Ini kesalahpahaman yang sejatinya sangat-sangat sepele, tetapi bagi saya amat mengganggu:
Penggunaan -nese sebagai imbuhan produktif dalam nama bahasa Inggris dari sebuah suku
Orang Indonesia ketika menyebut etnisnya dalam bahasa Inggris cenderung menyematkan imbuhan -nese yang sebenarnya tidak diperlukan sama sekali. Tak terhitung sudah berapa kali saya pernah membaca atau mendengar istilah semacam Bataknese,[1] Lampungnese,[2] Dayaknese,[3] atau bahkan Minangkabaunese[4] digunakan oleh orang Indonesia saat berbahasa Inggris. Dan setiap kali itu pula saya harus menangkupkan kedua tangan saya ke muka.
Supaya telinga dan mata saya tidak lagi meringis setiap kali mendengar atau melihat hal ini, dan juga agar saudara-saudara sebangsa dan setanah air tidak salah paham lagi, ada baiknya disimak penjelasan berikut.
- Pertama, imbuhan ini bentuk dasarnya bukan -nese, tapi -ese.
Penyelipan bunyi [n] sebelum -ese, seperti dalam istilah Javanese, Sundanese, dan Balinese murni hanya agar pengucapannya lebih berterima dan tidak terasa aneh (dalam linguistik ini diistilahkan sebagai eufoni[5]). Kalau diperhatikan dengan seksama, ketiga nama etnis ini bersuku kata dua dan berakhir dengan bunyi vokal. Seandainya vokal akhirnya dihilangkan dan diganti -ese, kedengarannya ya pasti aneh dan rancu—kan lucu kalau istilahnya Javese, Sundese, Balese, ahaha.
Memang ada juga kasus seperti Chinese, yang meski didasarkan pada kata China yang bersuku kata dua dan berakhir dengan bunyi vokal, tapi tidak menggunakan [n] eufonis. Menurut saya, ini karena suku kata pertamanya mengandung diftong, jadi dikecualikan dari aturan di atas. Sementara, kalau sebuah nama etnis bersuku kata dua dan berakhiran konsonan, tidak perlu susah-susah mengikuti aturan ini, seperti dalam kasus Japanese (bukan Japanese!) dan Siamese.
Jadi setidaknya kalau mau salah mengeja, cobalah kesalahannya dilakukan dengan benar dan konsisten. Misalnya menulis suku Batak, Lampung dan Dayak sebagai Batakese, Lampungese, dan Dayakese.
- Kedua, imbuhan ini bukan imbuhan produktif dalam bahasa Inggris.
Imbuhan produktif maksudnya adalah imbuhan yang masih umum digunakan untuk membentuk kata baru. Imbuhan semacam ini bisa digunakan sesukanya pada kata apapun dan hasilnya (semestinya) dapat langsung dipahami tanpa perlu mengecek kamus. Contoh imbuhan produktif misalnya imbuhan “ber-” yang dapat bermakna “memakai” dalam bahasa Indonesia. Saya bisa saja menggunakan imbuhan ini untuk membentuk frasa seperti “wanita ber-ao dai” dan orang akan langsung paham bahwa maksud saya adalah “perempuan yang memakai ao dai” terlepas dari tahu-tidaknya orang tersebut akan ao dai.[6]
Sementara imbuhan tidak produktif adalah imbuhan yang tidak lagi digunakan untuk membentuk kata baru, karena asosiasinya dengan makna yang dimaksud sudah tidak lagi terlalu kuat. Contohnya adalah imbuhan “si-” yang aslinya bermakna “saling”, seperti dalam kata “bersitatap” dan “bersitegang”. Seandainya saya menggunakan imbuhan ini untuk membuat kata baru, misal “bersitendang”, orang belum tentu paham apa yang saya maksud.
Nah, dari pengamatan saya, banyak orang Indonesia yang menganggap imbuhan -ese ini sebagai semacam imbuhan produktif dalam bahasa Inggris, dengan asumsi bahwa setiap kata yang disematkan dengan imbuhan ini akan otomatis dipahami sebagai “suku/bahasa/budaya [nama]”. Padahal sebenarnya imbuhan ini sangat jarang digunakan untuk menurunkan kata baru dalam bahasa Inggris. Bahkan, secara teknis, imbuhan ini bukanlah imbuhan asli bahasa Inggris.
Penggunaan -ese diserap dari dan dipengaruhi oleh bahasa-bahasa Roman, terutama bahasa Prancis dan Portugis (atau, dalam bahasa Inggris, Portuguese). Imbuhan -ese diserap dari bahasa Prancis Kuno -eis,[7] dan sebagian besar nama suku bangsa atau bahasa yang memiliki imbuhan ini berhubungan dengan penutur bahasa-bahasa Roman (lihat, misalnya, etimologi Congolese[8]). Di Indonesia sendiri, nama suku yang mengandung -ese dalam bahasa Inggris sebenarnya ejaannya dipengaruhi oleh bahasa Portugis. Kenyataan bahwa banyak sukubangsa di seluruh dunia yang berbagi imbuhan -ese hanya merupakan kebetulan belaka, dan bukan karena adanya usaha sistematis dari penutur bahasa Inggris untuk menyematkan imbuhan ini ke dalam nama setiap etnis yang mereka temui—ingat bahwa imbuhan -ese itu bukan imbuhan produktif!
- Ketiga, tidak seluruh istilah Inggris bagi sukubangsa di Indonesia menggunakan -ese
Oke, ini inti masalahnya. Seperti yang sudah saya jabarkan di atas, alasan terbesar yang menyebabkan banyak nama suku bangsa yang berakhiran -ese adalah karena nama-nama ini diserap dari bahasa-bahasa Roman. Jika istilah Inggris bagi sebuah etnis diserap secara langsung dari bahasa etnis tersebut atau dari bahasa selain Roman, maka hampir pasti namanya tidak akan mengandung -ese. Ini juga berlaku bagi nama-nama sukubangsa di Indonesia.
Suku bangsa di Indonesia yang istilah Inggrisnya hampir selalu menggunakan -ese di antaranya adalah sebagai berikut:
- Aceh—Acehnese, Achinese (yang kedua ejaan lama)
- Jawa—Javanese
- Sunda—Sundanese
- Bali—Balinese
- Madura—Madurese
- Cirebon—Cirebonese
- Banten—Bantenese
- Buton—Butonese
- Ambon—Ambonese
- beberapa etnis/gabungan etnis di NTT, semisal Timor—Timorese, Rote—Rotinese, Sabu—Savunese.
Terkadang ada beberapa kelompok yang istilah modern bahasa Inggrisnya bervariasi, semisal:
- Makassar—Makassarese, Makassar (jamak tetap Makassar),Makassan/ Macassan (jamak Makassans/ Macassans)
- Bugis—Buginese, Bugis (jamak tetap Bugis)
- Banjar—Banjarese, Banjar (jamak Banjar atau Banjars)
Variasi untuk kesemua suku di atas semuanya sah dan lazim digunakan dalam bahasa Inggris.
Selain kelompok yang saya sebut di atas, jauh lebih aman menggunakan ejaan Indonesia—atau kalau bisa, sekalian ejaan dalam bahasa asli yang digunakan oleh kelompok tersebut—ketika menulis tentang suku asal Indonesia dalam bahasa Inggris. Terutama jika tidak ada acuan mengenai ejaan yang lazim bagi nama suku tersebut.
Gunakanlah Batak (jamak Batak atau Bataks) alih-alih Batakese, Minangkabau (jamak tetap Minangkabau) alih-alih Minangkabauan apalagi Minangkabaunese, Dayak (jamak Dayak atau Dayaks) alih-alih Dayakese, dan seterusnya.
Semoga membantu!