WIKA dibentuk oleh proses nasionalisasi sebuah perusahaan Belanda bernama, Naamloze Vennotschap
Technische Handel Maatschappij en Bouwbedijf Vis en Co. atau NV Vis en Co. Berdasarkan Pemerintah
Peraturan No. 2/1960 dan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik (PUTL) No. 5 tanggal 29
Maret 1961, dinamai Perusahaan Negara Bangunan Widjaja Karja.
Pertumbuhan signifikan pertama adalah pada tahun 1972, ketika Perusahaan Negara Widjaja Karja diubah menjadi PT Wijaya
Karya.WIKA kemudian berkembang menjadi kontraktor konstruksi dengan menangani berbagai proyek penting, seperti
pemasangan jaringan listrik di Asahan dan proyek irigasi Jatiluhur.
Tujuan Perusahaan adalah menjadi salah satu Teknik, Pengadaan, dan Pengintegrasian terintegrasi terbaik
Konstruksi (EPC) dan Perusahaan Investasi di Asia Tenggara, dan Objective Memberikan yang luar biasa
dan produk dan layanan terintegrasi dalam EPC dan investasi untuk infrastruktur, bangunan, energi, industri
pabrik, industri, realty dan properti, memenuhi harapan pemangku kepentingan utama, menerapkan etika bisnis untuk
mempromosikan warga korporat yang baik dan keberlanjutan perusahaan, ekspansi ke luar negeri yang strategis dan untuk
Menerapkan Sistem Manajemen Terpadu “Praktik Terbaik”.
Perusahaan secara langsung memiliki lebih dari 50% saham pada anak perusahaan sebagai berikut: PT Wijaya Karya Beton, PT
Wijaya Karya Realty, PT Wijaya Karya Industri dan Konstruksi, PT Wijaya Karya Rekayasa Konstruksi, PT
Gedung Wijaya Karya Bangunan, PT Wijaya Karya Bitumen, dan PT Wijaya Karya Serang Panimbang.
Pada tahun 2018 Perusahaan menerima penghargaan: Top 2 Strategi Pertumbuhan Terbaik untuk BUMN Terdaftar dan Keunggulan di Indonesia
Hubungan Interpersonal, Top 2 Inovasi Bisnis Terbaik, op 2 Best Human Capital Development, SWA
Magazine Awards-Kategori CFO Terbaik 2018, IDC Award-Kategori Top 50 Kapitalisasi Besar Publik
Perusahaan, Living Legend Companies Award 2019, Indonesia Top Digital PR Award 2019, Indonesia
Pemenang ASEAN 2018, Penghargaan Dana Perwalian Konservasi Keanekaragaman Hayati Indonesia 2018.

source: idx