Seorang perempuan memanjat patung Liberty pada Rabu, 4 Juli 2018, di Staten Island, sebagai bentuk protes terhadap kebijakan imigran Presiden AS, Donald Trump.

Perempuan berkulit hitam ini bernama Therese Patricia Okoumou, 44 tahun, berasal dari Kongo. Dia telah tinggal di New York selama sepuluh tahun terakhir. Sehari-hari, Okoumou adalah seorang pelatih kebugaran dan terapi fisik.

“Dia adalah anggota aktif dari gerakan “Rise and Resist”, yang telah berjalan selama empat bulan terakhir,” kata Jay Walker, salah satu anggota kelompok itu seperti dilansir Daily News, Rabu, 4 Juli 2018.

Aksi Okoumou ini bertepatan dengan peringatan Hari Kemerdekaan AS. Okoumou bersama teman-temannya di kelompok itu memasang spanduk besar yang isinya meminta agar lembaga ICE dibubarkan. Dia juga mengangkat baju bertuliskan “Rise and Resist” saat berada di bagian bawah kaki patung Liberty

Seperti dilansir Reuters, ICE merupakan singkatan dari Immigration and Custom Enforcement dan bertugas di perbatasan. Lembaga ini dituding terlibat dalam pemisahan anak dan orang tua imigran tak berdokumen, yang berlangsung di perbatasan AS dan Meksiko. Sekitar 2000 anak imigran telah dipisahkan dari orang tua mereka sejak Trump memberlakukan kebijakan toleransi nol untuk imigrasi pada Mei 2018.

Mengenai aksi ini, Walker mengaku kelompok itu tidak menduganya. “Kami tidak tahu jika dia melakukan ini secara spontan atau sudah merencanakannya sejak lama,” kata Walker.

Menurut Walker, keprihatinan utama kelompok ini adalah agar Okoumou tidak terluka saat polis berusaha menurunkannya dari bagian bawah kaki patung Liberty.

Akibat aksinya ini, Okoumou akan menjalani persidangan dengan dakwaan melakukan tindakan mengganggu, melanggar batas, dan beberapa tuduhan lainnya. Dia akan mulai menjalani persidangan pada Kamis, 5 Juli 2018. Pada 20017, Okoumou juga pernah ditangkap untuk kasus tindakan penyerangan saat terjadi unjuk rasa terhadap kementerian Tenaga Kerja AS. Isu imigransedang trending di AS sejak adanya rencana pemisahan anak dan deportasi oleh pemerintahan Trump.

source: Tempo