Bulan Februari identik dengan bulan kasih sayang, tepatnya tanggal 14 Februari. Tanggal tersebut terdapat sebuah perayaan dengan nama hari valentine. Hari valentine atau kasih sayang adalah hari di mana sepasang anak manusia (laki-laki dan perempuan) saling menyatakan kasih sayangnya atau cintanya.
Tercetusnya hari valentine telah terekam dalam sejarah yang cukup terkenal, khususnya di dunia barat. Menurut kalender Athena kuno, pertengahan Februari menjadi hari pernikahan Dewa Zeus dan Hera. Selain itu, bulan Februari menjadi bulan kesuburan dengan nama Lupercus.
Artinya, dewa kesuburan yang dilambangkan setengah telanjang dan berpakaian kulit kambing. Kepercayaan tersebut dilakukan oleh para pendeta-pendeta waktu itu, mereka berjalan-jalan menggelilingi Kota Roma dan menyentuh siapa saja yang dijumpai, tak terkecuali para wanita. Wanita-wanita tersebut percaya jika itu adalah sebuah karunia akan kesuburan bagi dirinya.
Itulah sedikit sejarah hari valentine. Valentine yang mengatasnamakan hari kasih sayang telah menjadi sebuah tradisi negara barat. Di Indonesia sendiri awalnya tak mengenal perayaan tersebut, karena Indonesia menganut budaya ketimuran.
Seiring perkembangan zaman yang mengharuskan suatu negara fleksibel terhadap mordenisasi dari segala aspek, rakyat Indonesia akhirnya mengenal hari valentine.
Tulisan ini, akan membahas isu sensitif terkait hari valentine, yaitu keterkaitan hari valentine dengan kondom. Awalnya rakyat Indonesia memilih cokelat dan mawar sebagai simbol perayaan valentine. Simbol tersebut lambat-laun hilang hingga tergantikan kondom. Terbukti meningkatnya penjualan kondom di hari valentine.
Menurut situs Biopsychology (Kumparan, 10 Februari 2020) kasih sayang dapat diartikan sebagai perasaan yang diberikan dan diterima kepada seseorang, namun tidak mutlak. Karena kasih sayang bisa diartikan sebagai emosi yang dirasakan seseorang, seperti senang ataupun sedih.
Kasih sayang dalam ranah sensitif dapat berbentuk nonseksual dan seksual. Nonseksual memiliki cakupan yang luas, bisa ayah kepada anak, manusia kepada hewan, sesama saudara, dan banyak lagi. Sedangkan seksual terdapat batasan-batasan norma yang harus dipatuhi.
Negara-negara barat sebagian besar menganut liberalisme dan sekulerisme, membuat rakyatnya bebas melakukan apa saja asalkan tidak merugikan orang lain.
Termasuk di hari valentine, orang barat merayakannya dengan menyalurkan hasrat seksual terhadap pasangan (belum menikah), bahkan nonpasangan. Fungsi dari kondom sendiri, jelas sebagai penghalang kehamilan ataupun risiko penyakit yang tak terduga (HIV, serviks, dan lain-lain).
Perayaan valentine di Indonesia beberapa tahun terakhir mengikuti budaya barat. Pasangan muda-mudi yang belum halal mengekspresikan valentine day dengan berhubungan layaknya suami istri dengan pasangan. Pergaulan bebas telah membuat mereka mengabaikan norma-norma.
Perayaan salah tersebut tidak jarang menimbulkan masalah baru, seperti kehamilan di luar nikah ataupun status keperawanan dan keperjakaan yang dipertanyakan ketika seseorang menikah kelak. Itulah yang menjadikan kondom begitu laris saat hari valentine.
Hari valentine merupakan budaya barat yang terbukti tidak baik dianut oleh masyarakat Indonesia. Kasih sayang tidak hanya tersampaikan saat 14 Februari, tapi setiap saat adalah hal yang bisa dilakukan untuk mengutarakan kasih sayang terhadap apapun.
Perayaan hari valentine juga melanggar norma-norma di Indonesia. Seperti pesta pora, minuman keras, seks bebas, bahkan ada komunitas yang membagi-bagikan kondom saat valentine.
Sudah semestinya masyarakat Indonesia tidak merayakan valentine. Karena lebih banyak memberikan dampak negatif. Peran pemerintah dan masyarakat sangat diperlukan dalam menghindarkan generasi muda akan budaya valentine. Sebagai upaya menciptakan generasi muda yang berkarakter dan memajukan Bangsa Indonesia.