Home Budaya JEPANG Universitas Wanita di Tokyo Akan Mulai Menerima Murid Transgender

Universitas Wanita di Tokyo Akan Mulai Menerima Murid Transgender

466
0
fortuner.id

Pada hari Senin (2/7) lalu, sebuah universitas wanita nasional di Tokyo mengatakan bahwa dimulai dari April 2020, universitas ini akan menerima siswa yang lahir sebagai laki-laki tetapi yang mengidentifikasi diri mereka sebagai perempuan atau transgender

Menurut Kementerian Pendidikan Jepang, Ochanomizu University, lembaga pendidikan tinggi pertama Jepang bagi wanita dengan sejarah 142 tahun lamanya, diyakini menjadi universitas wanita pertama di negara itu yang menerima mahasiswa transgender.

Universitas wanita di Jepang telah membatasi pelamar untuk mereka yang terdaftar sebagai wanita di bawah sistem pendaftaran keluarga negara. Namun banyak universitas, termasuk Tsuda University dan Japan Women’s University, mempertimbangkan untuk memodifikasi kualifikasi mereka karena langkah serupa telah diambil oleh universitas di Amerika Serikat dalam beberapa tahun terakhir.

Ochanomizu University akan mengadakan konferensi pers dalam waktu dekat untuk menjelaskan rinciannya, termasuk bagaimana rencananya untuk mengkonfirmasi apakah seorang pelamar adalah transgender atau bukan. Universitas mengatakan bahwa mereka bermaksud untuk menerima “mahasiswa transgender yang berharap untuk belajar di universitas perempuan berdasarkan identitas gender mereka.”

“Tidak ada alasan untuk menolak transgender selama mereka ingin belajar di universitas perempuan,” kata seorang mahasiswa berusia 20 tahun yang belajar di universitas tersebut.

Seorang mahasiswa pascasarjana, 25, menyambut langkah itu dan mengatakan, “Beberapa siswa mungkin keberatan mengenai apa yang harus dilakukan dengan toilet dan ruang ganti, tapi saya pribadi tidak memiliki masalah dengan itu. Keragaman yang lebih besar pada orang-orang di kampus membawa lebih banyak hal yang menarik.”

Langkah terbaru ini datang karena Jepang secara perlahan mulai mengakomodasi kebutuhan lesbian, gay, biseksual dan transgender. Beberapa kotamadya telah menerima pasangan LGBT, sementara beberapa sekolah menengah pertama memperkenalkan seragam tanpa gender atau kode seragam yang fleksibel untuk mendukung siswa yang mengalami minoritas seksual.

Menurut survei yang dilakukan pada tahun 2015 oleh perusahaan periklanan Jepang Dentsu Inc, satu dari 13 orang di Jepang diperkirakan menjadi anggota komunitas lesbian, gay, biseksual dan transgender.

Source : Japan Today