Makanan khas pengganti beras yang berbahan baku singkong disebut juga nasi tiwul. Gunung Kidul dan Wonogiri sering mengonsumsi nasi tiwul namun hanya Wonosobo yang berani berinovasi sejak 2008.

 

Nasi tiwul atau lebih tepatnya tiwul telah diproduksi dan dikemas. Sebelumnya nasi tiwul hanya dikonsumsi oleh masyarakat pedesaan namun sejak dikemas menjadi makanan cepat saji, tiwul dikonsumsi juga oleh masyarakat perkotaan.

 

Terbuat dari tepung gaplek, yaitu singkong yang dikeringkan terus ditumbuk. Rasanya manis khas singkong, warnanya kecoklatan. Nasi tiwul rasa natural dengan citarasa singkong dapat dimasak dan disajikan dengan lauk pauk yang lain sedangkan nasi tiwul yang manis dengan rasa pandan, stroberi, coklat, carica tidak tepat kalo dicampur lauk lainnya.

 

Biasanya nasi tiwul yang demikian dijadikan kue atau wade. Penyajiannya hanya dengan ditaburi parutan kelapa atau karamel gula jawa.

 

Nasi tiwul terkadang di sebagian wilayah Jawa disebut juga dengan leye. Leye dapat digoreng dan rasanya nikmat sekali.