CEO dan pendiri Huawei Ren
Zhengfei yakin perusahaannya masih bisa menjadi merek smartphone
top dunia, meskipun tidak memakai software dan aplikasi Google.
Saat
ini, perusahaan China tersebut tengah berusaha menjadi perusahaan
pembuat peralatan telekomunikasi terbesar di dunia untuk menggantikan
posisi Samsung. Namun, terkendala karena masuk daftar blacklist
perdagangan AS.
Dengan pembatasan ini, maka sekarang
pangsa pasar Huawei yang diraih dengan susah payah kembali menurun.
Hal ini karena pelanggan di luar China khawatir membeli handphone
yang tidak memiliki akses ke Google Play Store dan aplikasi populer
seperti Facebook (FB), Uber (UBER) dan Google Maps.
“Saya
tidak berpikir itu akan menjadi masalah,” ujar Ren Zhengfei
dikutip dari CNN Business, Sabtu (30/11/2019).
Sebelumnya, Washington mengatakan
produk Huawei menimbulkan risiko keamanan nasional. Tuduhan tersebut
pun ditolak oleh perusahaan China tersebut.
Beberapa
perusahaan AS, seperti Microsoft, menerima lisensi dari Departemen
Perdagangan AS yang mengesahkan pembatasan bisnis yang boleh masuk ke
AS. Departemen itu juga mengatakan bahwa beberapa perusahaan telah
ditolak izinnya.
Ren mengatakan kepada CNN Business
bahwa Google belum menolak ataupun menerima lisensinya. Huawei juga
telah berulang kali mengatakan bahwa ia akan lebih suka bekerja
dengan Google jika memungkinkan.
Saat ini, Huawei telah
mengembangkan sistem operasinya sendiri, yang disebut HarmonyOS,
serta app storenya sendiri. Tetapi Huawei hanya memiliki 45.000
aplikasi yang tersedia untuk diunduh, bandingkan dengan sekitar 2,8
juta aplikasi di Google Play Store.
Ren mengatakan bahwa Amerika Serikat
masih merupakan negara yang paling kuat dalam hal inovasi, dan tidak
ada seorang pun, termasuk Cina yang dapat menyalip negara itu untuk
“masa yang akan datang.”
Namun dia menilai, AS hanya
akan menimbulkan perusahaan pesaing secara tidak sengaja jika terus
membatasi perusahaan AS yang bisa berdagang ke negara lain.
“Jika Huawei tidak dapat
bekerja dengan pemasok AS, kita harus menggunakan alternatif. Jika
alternatif itu sudah matang, saya pikir itu akan menjadi lebih kecil
kemungkinannya untuk beralih kembali ke versi sebelumnya,” kata
Ren.
“Ini adalah momen kritis bagi kita semua, saya
berharap pemerintah AS dapat mempertimbangkan apa yang terbaik untuk
perusahaan-perusahaan Amerika,” tambahnya.