Setiap 39 detik, satu anak di dunia meninggal karena pneumonia. Laporan tersebut diungkapkan oleh United Nations Children’s Fund (UNICEF).
UNICEF mencatat bahwa dalam lima tahun terakhir, 800 ribu anak di bawah usia lima tahun meninggal karena pneumonia. Sebagian besar terjadi di kelompok anak di bawah usia dua tahun dan sekitar 153 ribu terjadi di sebulan pertama kehidupan.
“Setiap hari, hampir 2.200 anak di bawah usia lima tahun meninggal karena pneumonia, penyakit yang dapat disembuhkan dan sebagian besar dapat dicegah,” kata Direktur Eksekutif UNICEF Henrietta Fore seperti dikutip dari laman resmi UNICEF pada Rabu (13/11/2019).
Pneumonia merupakan penyakit yang bisa disebabkan oleh bakteri, virus, maupun jamur. Masalah itu membuat anak-anak kesulitan bernapas karena paru-paru mereka dipenuhi nanah atau cairan.
Data dari UNICEF mengungkapkan bahwa lima negara teratas dengan kematian anak terbanyak akibat pneumnonia pada tahun 2018 adalah: Nigeria (162 ribu), India (127 ribu), Pakistan (58 ribu), Republik Demokratik Kongo (40 ribu), dan Ethiopia (32 ribu). Sementara, Indonesia berada di urutan keenam dengan 19 ribu anak meninggal dunia dalam daftar tersebut.
“Jutaan anak sekarat karena kekurangan vaksin, antibiotik yang terjangkau, dan perawatan oksigen rutin,” kata Chief Executives Save the Children Kevin Watkins.
“Krisis pneumonia adalah gejala kelalaian dan ketidaksetaraan yang tak dapat dipertahankan terkait akses ke perawatan kesehatan.”
Penyakit ini sesungguhnya bisa dicegah dengan vaksin. Pengobatannya juga bisa dilakukan apabila diberikan antibiotik dengan dosis yang benar. Namun, UNICEF menyatakan bahwa masih banyak anak yang tidak mendapatkan vaksin karena berbagai alasan. Selain itu, satu dari tiga anak dengan gejala tidak mendapatkan perawatan medis yang penting.
Anak pasien pneumonia juga mungkin membutuhkan perawatan oksigen. Namun, di negara-negara miskin, fasilitas tersebut seringkali tidak tersedia.
source: unicef