Sunat pada pria tidak hanya karena alasan agama atau budaya. Sunat juga bermanfaat untuk mencegah pria dari risiko beberapa penyakit. Dr Mahdian Nur Nasution SpBS, dokter spesialis bedah dari Rumah Sunatan, mengatakan, pria yang tidak disunat akan lebih mudah terjangkit berbagai macam penyakit. 

Di antaranya lebih dari 80% kasus HIV tertular dari penis yang tidak disunat, pria yang tidak disunat memiliki risiko dua kali lebih besar terkena kanker prostat. “Pria dewasa yang disunat lebih kecil 4,5 kali terkena risiko HIV/AIDS,” ungkap dr Mahdian, di Jakarta, belum lama ini.   Selain itu, lanjut dia, ada juga penyakit-penyakit yang mengharuskan pria segera disunat. Salah satunya fimosis, yaitu penyempitan dari ujung kulit depan (foreskin) penis. Fimosis bisa ditemukan karena faktor genetikal atau bawaan sejak lahir.

Bahkan, juga bisa akibat peradangan lubang pada kulit penis. Hal ini akan membuat kulit di sekitar penis tersebut tidak bisa ditarik ke belakang. Bahkan, apabila fimosis terjadi pada anak, akan menyebabkan demam berulang.   Menurut dr Mahdian, fimosis juga dapat terjadi akibat hygiene yang buruk atau akibat penarikan kulup berulang dengan cara dipaksa sehingga timbul jaringan parut. Penderita fimosis lebih berisiko mengalami infeksi saluran kemih, infeksi pada kulit penis, dan parafimosis.

Tidak hanya itu, pada orang dewasa apabila fimosis tidak ditangani akan mengganggu aktivitas seksual mereka. Sebab, fimosisi akan membuat lecet akibat gesekan yang terjadi pada kulit tersebut. Alhasil, akan menyebabkan nyeri setiap mereka melakukan aktivitas seksual. “Bahkan penderita fimosis juga lebih berisiko mengalami karsinoma sel skuamosa atau keganasan,” jelas dr Mahdian.

Selain itu, lanjut dia, parafimosis ialah kondisi saat kulup penis tidak dapat ditarik kembali ke kepala penis. Dapat menyebabkan kulup penis membengkak dan tersangkut, sehingga mencegah peredaran darah terjadi secara optimal pada penis.

Di masyarakat Indonesia, kondisi ini malah dianggap sebagai sunat jin. Karena orang tuanya mendapati anak yang tiba-tiba sudah terbuka kulupnya dan tidak bisa dikembalikan lagi. “Masyarakat pendidikan kurang, parafimosis disebut disunat jin, bukan disunat tapi terjepit, terkunci. Jadi harus segera disunat,” tegas dia.

Adapula penyakit balanitis yang merupakan infeksi yang terjadi pada kepala penis. Balanitis dapat menjalar pada batang penis atau disebut postitis, sehingga disebut balanopostitis dan menimbulkan nyeri saat berkemih. Hal ini dapat terjadi akibat hygiene yang buruk atau akibat kulup sulit dibuka yang menyebabkan kulup sulit dibersihkan. Infeksi ini menyebabkan keluarnya nanah dari kulup.

Kondisi ini cenderung lebih sering terjadi pada pria yang tidak disunat.   Penyakit menular juga bisa ditularkan apabila pria tidak disunat. Sebut saja kondiluma akuminata atau kutil di dalam atau di sekeliling vagina, penis, atau dubur yang ditularkan melalui hubungan seksual. Kulit genitalis paling sering tumbuh di permukaan tubuh yang hangat dan lembab.

Pada pria, area yang sering terkena adalah ujung atau batang penis dan di bawah kulit depannya (apabila jika tidak disunat).   Tidak hanya itu, pada pria tidak disunat juga berisiko terjangkit karsinoma sel skuamosa (KSS), yaitu kanker yang berasal dari lapisan tengah epidermis.

Penyakit bowen adalah suatu bentuk karsinoma sel skuamosa yang terbatas pada epidermis dan belum menyusup ke jaringan di bawahnya (dermis).   “Kulit yang terkena tampak coklat-merah dan bersisik atau berkeropeng dan mendatar, kadang menyerupai bercak pada psoriasis, dermatitis atau infeksi jamur,” jelas dia.   Dr Mahdian menambahkan, sirkumsisi merupakan terapi standar pada infeksi berulang pada fimosis dan fimosis patologis, terutama jika pemberian steroid topikal tidak berhasil melepaskan perlengketan.

Untuk sunat yang segera dilakukan karena terjangkitnya penyakit, harus dilakukan oleh tim medis yang profesional. Jika tidak dilakukan tindakan, maka akan terjadi komplikasi karena pria dewasa yang melakukan sunat lebih rentan terkena komplikasi.   “Kesalahan saat menyunat dapat menimbulkan komplikasi seperti perdarahan, infeksi, kosmetik yang kurang baik, hingga penis terasa nyeri bila ereksi karena kulit yang dibuang terlalu banyak,” papar dia.

Hal itu karena sunat yang dilakukan pada anak-anak lebih mudah dilakukan lantaran kulit kulup masih tergolong elastis. Sehingga, memudahkan dokter saat melakukan tindakan. Berbeda halnya dengan sunat pada orang dewasa, yang memiliki kesulitan yang lebih tinggi dan dalam proses penyembuhannya juga tergantung faktor umur.   Oleh karena iu, pendekatan emosional terhadap pasien juga sangat penting agar pasien merasa nyaman dan lebih terbuka kepada dokter.

Orang dewasa yang hendak disunat perlu diberikan kesempatan untuk berkonsultasi lebih jauh mengenai prosedur yang akan dilakukan. “Ruangan sunat yang terpisah antara orang dewasa dan anak tentu juga akan mengurangi rasa malu pria dewasa karena tidak perlu duduk mengantre di antara anak-anak,” tutup dia.


Source : Investor