Untuk menghadapi kemungkinan serangan dan spionase di Perancis, Angkatan Udara Perancis melatih sejumlah elang emas untuk memburu dan melumpuhkan pesawat tanpa awak yang bisa kita sebut Drone Hal Ini sebenarnya telah dipersiapkan sejak pertengahan 2016, D‘Artagnan telah dilatih untuk menghalau potensi acaman udara. Selain D’ Artagnan ada burung elang lainnya di Pangkalan Udara Mont-de-Marsan, yaitu Athos, Porthos dan Aramis. Ketiganya dinamai berdasarkan karakter dalam novel Alexandre Dumas, “The Three Muskateers.”

Mont-de-Marsan itu sendiri adalah satu dari lima pangkalan udara di Perancis yang menggunakan tempat pelatihan elang. Elang ini kerap menakuti burung-burung lain untuk tidak mendekati landasan pacu. Hal ini dapat mengurangi resiko kecelakaan ketika pesawat lepas landas ataupun mendarat. Elang-elang ini kini bertugas sebagai pemburu pesawat nirawak sebagai respon serangkaian serangan teroris sejak 2015 lalu.

Dalam 20 detik D‘ Artagnan berhasil mencengkram pesawat nirawak, membawanya ke darat dan menutup dengan kedua sayap lebarnya. Ide burung pemangsa untuk menghadang drone pertama kali dicetuskan oleh Kepolisian Belanda. Akhir 2015 mereka mulai menggunakan spesies elang botak untuk bertugas.

Kecepatan burung elang bisa mencapai 80 km/jam. Besar di penangkaran, sejak umur tiga minggu keempat elang diajarkan untuk menyantap makanan yang disajikan diatas drone. Hal ini membuat mereka berpikir jika menangkap drone mereka akan dapat makanan. Sekarang, jika mereka mendengar bunyi drone, naluri pemburu mereka muncul. Sepotong daging menjadi hadiah bagi mereka jika berhasil menangkap drone.

Militer Perancis memilih menggunakan elang emas untuk memburu drone. Burung-burung ini terlahir dengan insting pemburu alami, paruh bengkok, mata emas, dan sayap selebar 2,2 meter. Seperti burung pemangsa kebanyakan, elang emas memiliki penglihatan tajam dan mampu melihat targetnya dari jarak 2 kilometer.

Elang emas memiliki kaki-kaki yang kuat, seluruh tubuhnya dilapisi bulu yang lebat, dan cakarnya mampu menyambar ragam mangsa dari kelinci hingga tupai. Namun di Mont-de-Marsan, mereka memangsa drone.

Untuk melindungi elang-elang ini, pihak militer membuat pelindung berbahan kulit, berserat kuat, dan tahan ledakan, untuk melindungi cakar mereka. Pelatih mereka mengatakan, sayang pada elang-elangnya. Ia juga tidak mengirim elang untuk melakukan tugas yang tidak mungkin dilakukan, misalnya menangkap drone besar dengan baling-baling yang bisa mematikan. Penulis: Nadine Berghausen

source: dw Indonesia