Proyek kota terapungnya, Green Float, dapat menampung hingga 50.000 orang.
Dengan begitu banyak tanah yang harus dilalui, Singapura yang kelaparan ruang memandang rumah terapung sebagai kemungkinan untuk mengurangi kekurangan tanah yang melumpuhkan. Perusahaan teknik yang berkantor pusat di Jepang, Shimizu Corporation, berpikir bahwa lebih banyak ruang dapat dibuka oleh perairan saat menguji model kota terapungnya di berbagai pasar — termasuk Singapura.
Dijuluki Green Float, proyek kota terapung ini diharapkan mampu menahan bencana alam seperti angin topan dan tsunami dan dapat bertahan selama 100 tahun.
Pulau buatan manusia itu akan berdiameter 3 kilometer, menampilkan kota pencakar langit setinggi 1.000 meter. Sebuah “kota di langit” akan terletak di atas 300 meter dan tingkat yang lebih rendah akan digunakan untuk menampung pertanian dan toko alami. Tingkat menengah diperuntukkan bagi pabrik-pabrik tanaman, sedangkan tingkat atas akan menampung daerah perumahan yang dapat menampung 30.000 hingga 50.000 orang.