Manajemen Starbucks mengumumkan kebijakan baru yang memungkinkan siapa pun untuk duduk di kafe kopi itu atau menggunakan toiletnya, tanpa harus memesan minuman terlebih dulu.
Perusahaan itu mengatakan siapa pun bisa masuk ke kafe itu, duduk di teras atau bekerja di sana tanpa harus membeli apa pun. Namun, manajemen menyatakan karyawan masih harus menghubungi polisi jika ada ancaman keamanan.
“Siapa pun yang memasuki ruang kami, termasuk teras, kafe, dan toilet, terlepas dari apakah mereka melakukan pembelian atau tidak, dianggap sebagai pelanggan,” demikian pernyataan manajemenStarbucks dalam email kepada karyawan, seperti dilansir CNN Money pada 21 Mei 2018.
Kebijakan baru itu dibuat lima minggu setelah dua pria kulit hitam, yang tidak membeli produk kafe kopi populer ini, ditangkap di salah satu outlet di Philadelphia saat hendak menggunakan toilet.
Kedua orang itu ditangkap pada 12 April 2018 ketika sedang menunggu teman lain, yang sedang perjalanan, untuk berdiskusi soal bisnis di sana.
Salah satu dari mereka tidak diizinkan menggunakan toilet karena tidak membeli apa pun di Starbucks.
Seorang karyawan kemudian menghubungi polisi dan dua orang itu, Rashon Nelson dan Donte Robinson, ditangkap dengan alasan keduanya melanggar. Mereka menghabiskan berjam-jam di sel tahanan polisi sebelum dibebaskan.
Insiden ini terekam oleh seorang pengunjung perempuan dan menggungah video itu ke jejaring media sosial sehingga menjadi viral. Ini memberikan pukulan bagi citra perusahaan jaringan minuman kopi terbesar dunia itu.
Starbucks sebelumnya telah mempromosikan bisnisnya sebagai perusahaan yang sadar sosial dan sebagai tempat berkumpul bagi masyarakat.
Menanggapi protes luas terkait penangkapan itu, Starbucks berencana untuk menutup lebih dari 8.000 gerainya di seluruh Amerika Serikat pada 29 Mei untuk pelatihan sensitivitas rasial bagi karyawan.
Eksekutif perusahaan menyatakan kebijakan sebelumnya longgar dan tidak jelas, sehingga keputusan apakah masyarakat umum dapat duduk di tempat atau menggunakan kamar kecil mereka tergantung pada manajer toko.
Pada awal bulan ini, Komisaris Starbucks, Howard Schultz, mengatakan manajemen tidak ingin toilet di gerai menjadi toilet umum. “Tapi kami tidak ingin siapapun di Starbucks merasa bahwa kami tidak memberi akses kepada mereka untuk ke toilet karena Anda dianggap kurang. Kami ingin kalian dianggap lebih dari itu.” Menurut Schultz, polisi lama seperti yang terjadi di sebuah gerai di Philadelphia itu,”Salah sama sekali.”
source: Tempo