Ini adalah hari bersejarah di Republik Irlandia karena aborsi dilegalkan sepenuhnya untuk pertama kalinya dalam hampir 200 tahun,padahal kita ketahui bahwa negara Irlandia adalah Negara yang mayoritas penduduk Kristen Itu sendiri yang dimana agama tersebut sangat menentang tindakan aborsi.

Pada tahun 1861 aborsi pertama kali dilarang ketika negara itu memperoleh kemerdekaannya dari Inggris, yang berarti perempuan sering harus bepergian.

Sejak 1980, 170.000 perempuan dan gadis telah melakukan perjalanan dari Irlandia ke negara lain untuk melakukan aborsi – 3.000 bepergian ke Inggris pada tahun 2018 saja.

Dalam referendum 2018, lebih dari 66 persen pemilih memilih untuk mencabut amandemen yang banyak diperdebatkan dalam konstitusi Irlandia yang berarti semua aborsi ilegal kecuali dalam ‘keadaan yang sangat terbatas’.

Tindakan baru itu berarti kehamilan dapat dihentikan hingga 12 minggu, dan akan memberikan aborsi jika ada risiko serius bagi kehidupan wanita hamil.

Di bawah tindakan tersebut, aborsi dapat dilanjutkan dalam kasus-kasus ‘kelainan janin yang fatal’ bersama dengan kasus-kasus di mana ibu berada dalam bahaya dengan masalah kesehatan fisik atau mental.

Dalam sebuah wawancara dengan Sky News, menteri kesehatan Irlandia Simon Harris mengatakan perubahan tersebut mewakili ‘hari yang sangat signifikan bagi perawatan kesehatan wanita’ tetapi menambahkan bahwa akan membutuhkan waktu untuk berkembang sepenuhnya dan menanamkan layanan terminasi sepenuhnya ke layanan kesehatan Irlandia.

Dia berkata: “Ketika seorang wanita mengangkat telepon dan mencari opsinya akan ada banyak, banyak lokasi di seluruh negara di mana [dia] dapat mengakses layanan ini.”

Seorang juru bicara untuk British Pregnancy Advisory Service (BPAS), sebuah organisasi yang telah membantu sekitar 3.000 wanita bepergian dari Irlandia ke Inggris untuk melakukan aborsi setiap tahun, mengatakan mereka mengharapkan jumlah wanita yang melakukan perjalanan untuk mengakses layanan terminasi akan turun.

Clare Murphy, Direktur Urusan Eksternal BPAS, mengatakan kepada Guardian: “Jumlah itu pasti akan turun, tanpa keraguan.”

Dia juga menambahkan bahwa organisasi tersebut berpikir bahwa persyaratan periode pendinginan tiga hari setelah membuat keputusan hanya ada di sana untuk para aktivis pro-kehidupan dan tidak ditambahkan berdasarkan bukti medis.

Murphy mengatakan ada juga kekhawatiran bagi perempuan yang mencari aborsi setelah 12 minggu, dengan mengatakan: “Kami berharap akan ada kelompok perempuan yang signifikan yang tidak akan dipenuhi.”

Meskipun masih ada beberapa kendala bagi perempuan di Irlandia untuk melakukan aborsi, ini masih merupakan hari yang penting dalam sejarah negara tersebut.

Source: ladible skynews

image: mother jones