Kementerian Kesehatan Prancis menghitung jumlah korban tewas akibat gelombang panas selama musim panas di negara itu menyentuh angka 1.500 kematian. Gelombang panas yang melanda Eropa disebut Kementerian Kesehatan Prancis tidak normal.
Dikutip dari rt.com, Minggu, 8 September 2019, sepanjang tahun ini ada 18 hari, dimana suhu di Prancis mengalami panas ekstrim sehingga tidak semua orang bisa mengatasi kondisi ini. Menteri Kesehatan Prancis, Agnes Buzyn, mengatakan gelombang panas pada Juni dan Juli 2019 mencapai 40 derajat celsius.
Kondisi ini dialami di lebih dari 50 kota di penjuru Prancis. Di wilayah selatan Gallargues-le-Montueux, suhu mencapai rekor panas tertinggi, yakni 46 derajat celsius.
“Kami telah mengobservasi ada sekitar 1.500 kematian pada bulan-bulan itu (saat gelombang panas terjadi),” kata Menteri Buzyn.
Dari sekitar 1.500 kematian itu, separuh dari jumlah tersebut adalah manula atau yang sudah berusia diatas 75 tahun. Sisanya adalah warga negara Prancis dengan usia lebih muda. Dikatakan Buzyn, secara keseluruhan gelombang panas telah berdampak negatif pada kesehatan hampir 20 juta orang di seluruh Prancis
Sedangkan data stasiun radio France Info memperlihatkan dari 1,435 kematian, sebanyak 567 orang meninggal pada saat terjadi gelombang panas pada akhir Juni 2019 dan awal Juli. Sedangkan 858 orang meninggal saat suhu sangat ekstrim, yakni pada hari-hari terakhir Juli.
Prancis mengalami gelombang panas paling terik pada musim panas 2003. Ketika itu, sekitar 15 ribu kematian diduga akibat gelombang panas ini.
source: rt news