Perselingkuhan adalah hal yang menyakitkan karena perselingkuhan merupakan bentuk pengkhianatan suatu cinta. Menyadari bahwa dirimu juga mempunyai potensi untuk selingkuh, dan tidak lebih baik daripada pasangan kita.
Banyak orang yang beranggapan bahwa jika pasangan kita yang selingkuh, maka kita “pasti tidak akan pernah mungkin bisa selingkuh” (maafkan kalau bahasanya hiperbolik). Sikap tidak mau selingkuh mungkin bukanlah bentuk kesetiaan kepada komitmen tetapi adalah bentuk kesombongan dan balas dendam. Dan orang yang merasa dirinya lebih baik, secara tidak sadar, sudah tersimpan sebuah pemikiran bahwa “jika dia yang lebih buruk dariku saja selingkuh, apa salahnya kalau saya juga melakukannya?”
- Mengetahui penyebab pasangan kita selingkuh.
Perselingkuhan bukanlah sebuah perkara yang mudah. Kita merasa kesal karena kita merasa heran mengapa ketika kita sudah berbuat baik, malah dibalas dengan hal yang buruk. Hal itu tidak masuk akal dan rasa takut itulah yang membuat kita buta untuk memahami akar masalahny. Jika kita tidak tahu dari mana akarnya, kita tidak akan tahu bagaimana menyelesaikannya, dan itu membuat kita menjadi semakin cemas.
- Dengan begitu, kita harus melihat bagaimana mekanisme orang yang mulai sebuah perselingkuhan
Perselingkuhan terjadi karena dia tidak sungguh-sungguh berkomitmen kepada dirimu, tetapi dia hanya ingin mengikat kontrak bersamamu selama dia bisa menarik manfaat darimu – kecantikan/kegantengan, uang, kecerdasan, dll. Sehingga, ketika dia mulai menemukan orang lain yang lebih menawan hatinya, dia berpindah mangsa, dan anda ditinggalkan.
- Berbicara dengan kepala dingin dengan pasangan anda.
Saya berharap bahwa masalah perselingkuhan ini terjadi di antara kalian yang masih berpacaran. Jika demikian, maka langkah yang paling sederhana adalah memaafkan pasangan pacar anda, dan putus. Sakit tentu sakit, namun itu lebih baik daripada harus mempertahankan sebuah relasi yang menyakitkan.
Sebaliknya, jika ini terjadi di antara hubungan pernikahan. Maka, saya tidak bisa memberi banyak komentar sebab saya sendiri juga belum menikah. Meski demikian, berdasarkan pengamatan saya terhadap hal perselingkuhan dan sebuah hubungan pernikahan, saya melihat bahwa pasangan yang berselingkuh akan lebih cepat merasa kecewa dan bosan dengan “pasangan yang baru”.
Mengapa demikian? Karena ekspektasi pemuasan yang lebih tinggi yang diarahkan kepada pasangan kedua justru membuatnya semakin cepat lelah dan menjenuhkan. Jika dalam sebuah komitmen pernikahan saja seseorang bisa merasa bosan dan kecewa, apalagi kalau hal itu dijalankan dalam hubungan yang random. Siapa yang dapat menjamin bahwa dia akan bersamamu selama-lamanya? Orang yang berkomitmen saja bisa mengecewakan, apalagi orang yang hanya datang dan pergi saja.
Dalam situasi pernikahan, bila saya berada di dalamnya, maka saya akan mengambil langkah yang sangat ekstrim tetapi tidak menceraikannya (karena ini akan menyebabkan luka yang jauh lebih besar lagi apalagi jika sudah mempunyai anak): Berpisah ranjang/rumah, ambillah waktu untuk menyendiri terlebih dahulu, memaafkan pasangan, lalu kembali lagi. Biarkan itu bisa sampai berbulan-bulan atau berpuluh tahun, itu masih lebih baik daripada terjebak dalam pernikahan yang kedua dengan selingkuhan – itu akan jauh lebih menyakitkan lagi seperti ikan yang lepas dari akuarium yang kurang oksigen malah jatuh ke dalam kolam bersama ikan piranha.