Selain tak menikah, laki-laki miskin juga lebih berpotensi menghadapi perceraian.

Jika dibandingkan laki-laki dari latar belakang keluarga kaya, laki-laki miskin rentan untuk tetap sendiri, tidak menikah, bahkan mengalami perceraian. Data dari IFS menunjukkan 11 persen laki-laki miskin bercerai, sedangkan hanya 5 persen laki-laki dari keluarga berada yang mengalaminya.

Persentase mereka tidak menikah juga jauh lebih besar (36 persen) dibandingkan laki-laki kaya (20 persen). Dari penilaian IFS, laki-laki dengan latar belakang kurang beruntung sulit untuk menarik dan mempertahankan pasangan mereka. Sebenarnya ini bukan hal baru. Namun, IFS menekankan bahwa jurang perbedaannya semakin melebar.

Pasangan dari laki-laki kaya memiliki pendapatan lebih besar dari pasangan laki-laki miskin.

IFS juga menemukan fakta yang mengejutkan. Dari penelitian mereka ternyata didapati bahwa pasangan dari laki-laki berada menghasilkan 73 persen uang yang lebih banyak dari pasangan laki-laki kurang beruntung.

“Penghasilan perempuan semakin hari semakin menjadi komponen penting dalam kehidupan rumah tangga dan tren ini secara signifikan mengurangi penghasilan rumah tangga dari laki-laki yang berlatar belakang keluarga miskin dibandingkan dengan mereka yang besar di keluarga kaya,” tulis IFS.

Menariknya, ini adalah fenomena baru. Menurut IFS, sebelumnya perbedaan dalam status hubungan dan pendapatan pasangan dari latar belakang keluarga terbilang cukup kecil. Kini, perbedaan-perbedaan tersebut semakin kentara.

“Sebagaimana mendapatkan penghasilan lebih tinggi, mereka yang dari keluarga kaya lebih berpotensi mendapat pekerjaan, lebih berpotensi memiliki pasangan dan lebih berpotensi memiliki pasangan dengan pendapatan tinggi dibandingkan mereka yang berasal dari latar belakang kurang beruntung.”