Seorang pengusaha real-estate berusia 37 tahun dengan nama Hiroaki Sakaue asal Saitama, Jepang, ditahan pada 27 November 2019 atas dugaan penculikan anak di bawah umur. Sebelumnya ia pernah ditahan pada Oktober 2018, juga karena tuduhan yang sama.
Sakaue berkenalan dengan seorang siswi dari Prefektur Hyogo lewat sosial media dan mengajaknya untuk tinggal di apartemennya di Saitama asalkan siswi itu mau belajar real-estate, menurut laporan polisi setempat seperti dilansir dari Japan Times.
Siswi tersebut pada awalnya memposting sebuah cuitan Twitter di mana ia menuliskan ingin kabur dari rumah. Twit itu lalu dibalas oleh Sakaue.
“Datang ke Saitama, aku akan merawatmu bila kamu belajar [real-estate],” bunyi ajakan Sakaue kepada seorang siswi asal Hyogo.
Siswi asal Hyogo itu lalu datang ke Saitama dan tinggal di apartemen milik Sakaue dari akhir Agustus tahun ini hingga akhir Oktober. Ia juga telah mengirimkan sepucuk surat kepada keluarganya untuk memberitahukan bahwa ia masih hidup. Siswi dari Hyogo tersebut tinggal dan belajar real-estate bersama seorang siswi lain asal Saitama yang lebih dulu tinggal di apartemen milik Sakaue itu.
Pada pertengahan September tahun ini, ayah dari siswi asal Saitama yang tinggal di apartemen Sakaue melaporkan kepada kepolisian Urawa akan hilangnya putri mereka. Ia lalu ditemukan di apartemen Sakaue pada akhir Oktober, bersama dengan siswi asal Hyogo. Tidak ditemukan adanya indikasi tindak kekerasan baik fisik maupun psikologis pada dua siswi tersebut.
Dari laporan pihak kepolisian, kedua siswi tersebut diberi makan tiga kali sehari, diberi fasilitas hidup yang layak, kamar pribadi, boleh menggunakan ponsel dan internet, serta bebas keluar masuk apartemen Sakaue. Semua itu dengan syarat kedua gadis muda tersebut mau belajar real-estate — termasuk juga belajar sesuai kurikulum pendidikan di sekolah Jepang. Sakaue sendiri tinggal di bangunan terpisah.
Menurut polisi, Sakaue mengakui semua tuduhan yang diarahkan kepadanya. Ia mengaku mengdukasi kedua gadis muda itu akan bisnis real-estate agar keduanya bisa bekerja di perusahaannya bila sudah lulus sekolah.
Ia mengajak keduanya untuk menjawab kuis-kuis rutin mengenai real-estate, dan bahkan mempersiapkan keduanya untuk mengambil ujian untuk memperoleh lisensi menjalankan bisnis real-estate.
Polisi sendiri menegaskan bahwa meski tidak melakukan perbuatan tidak pantas terhadap kedua siswi di bawah umur itu, Sakaue tetap melanggar hukum karena tidak meminta restu orangtua dari kedua siswi itu.
Netizen Jepang turut bersimpati atas ditangkapnya Hiroaki Sakaue, dan ia pun disebut sebagai “Daddy Long Legs.”
Kasus Daddy Long Legs diatas terjadi dijepang dan menjadi berita yang cukup menghebohkan beberapa bulan ini.
Kenapa Laki-laki diatas dijuluki Daddy Long Legs?
Apa sebenarnya Daddy Long Legs tersebut?
Daddy Long Legs adalah serial animasi/kartun jepang pada era 1990 yang mengisahkan tentang anak perempuan yatim piatu bernama Judy Abbott. Dalam kisah tersebut Judy adalah seorang yatim piatu yang telah diberikan kesempatan untuk belajar di Lincoln Memorial High School yang prestisius oleh seorang dermawan misterius yang hanya dikenalnya sebagai “John Smith”.
Gadis itu tidak mengenal si John Smith yang membiayai semua biaya dan pendidikanya. Karena perawakan Laki-laki itu memiliki kaki yang panjang. Jadilah si bapak John Smith dijuluki Daddy Long Legs atau ayah berkaki panjang oleh Judy.
Si Daddy Long Legs itu tidak mengharapkan pamrih apapun, hanya meminta Judy untuk mengiriminya surat setiap bulan.
Karena Hal itulah Netizen di jepang menjuluki Hiroaki Sakaue, orang yang ditahan pada kasus diatas sebagai Daddy Long Legs.