Saya dan suami adalah orang yang berbeda latar belakang dan selisih usia kami 9 tahun. Ketika menikah, saya adalah seorang gadis perawan berusia 24 tahun dan dia adalah seorang duda 33 tahun dengan putri berusia 9 tahun.
Kami dekat selama 2 tahun, sebelum akhirnya menikah.
Saya pertama kali bertemu dengannya di Bromo ketika saya memandu rombongan wisatawan dari Batam, sedangkan dia memandu wisatawan dari Jakarta. Setelah beberapa waktu menjadi pemandu wisata, saya bergabung dengan sebuah organisasi pemandu wisata kota saya. Dan dia ada disana, bergabung satu tahun lebih awal dibanding saya. Kemudian, dia ditunjuk menjadi ketua panitia buka bersama untuk insan pariwisata se-kota oleh organisasi, dan saya ditunjuk menjadi sekretaris, intensitas kedekatan kami semakin meningkat. Dari sanalah hubungan kami bermula, saya jadi tahu tentang masa lalunya dan semua latar belakangnya. Saya, yang tidak pernah terlalu dekat dengan lelaki dan belum pernah mempunyai pacar seumur hidup saya selama 22 tahun, jatuh cinta padanya. Rekan saya dan lingkungan sekeliling saya mencibir bahkan membenci kedekatan kami. Rekan-rekan tau masa lalu buruk pasangan saya, dan menilai bahwa saya hanya tertipu. Tapi, bagi saya, apa yang saya temukan dalam sosoknya sungguh berbeda. Dia mungkin memiliki masa lalu kelam, tapi dia sungguh telah berubah dengan perjalanan hidupnya, hal yang tidak diketahui oleh orang-orang.
Sejak dekat dengannya, saya banyak dicibir karena dianggap hanya gadis bodoh yang menjadi pelarian, karena mantan pacar pasangan saya sebelumnya adalah seorang MC dan Presenter terkenal di kota saya. Pasangan saya dianggap downgrade karena putus dengan seorang yang cantik, pintar, berbakat dan terkenal, kemudian menjalin hubungan dengan saya yang “biasa saja”. Mantan istri mas juga seorang wanita yang cantik dan elegan. Bahkan rekan saya ada yg beranggapan saya hanya dijadikan bahan untuk teman tidur pasangan saya. Saya, yang saat itu kaget dan shock dituduh demikian, sampai menangis memohon supaya saya melakukan tes visum hanya agar mereka percaya bahwa saya masih gadis, tidak seperti yang mereka duga. Saya dijauhi banyak orang karena pilihan saya mencintai duda beranak satu.
Di sisi lain, pasangan saya mendukung saya untuk bertahan dan membuktikan bahwa apa yang orang lain pikirkan tentang kami semuanya salah dan keliru. Dua tahun lamanya, kami dicibir. Bahkan, rekan-rekan pasangan juga pernah memvideocallkan mantan ketika saya sedang bekerja ke Bromo kemudian dijadikan story dengan kalimat “Pantas saja main drum keliru, ternyata dividcall mantan.” Ketika saya merasa down dan sakit hati, mereka berpendapat bahwa saya sangat kekanakan dan tidak bisa menerima bercandaan yang mereka lakukan.
Tapi, saya lanjut terus. Apapun yang ada saya terjang, ibu saya juga selalu menegaskan bahwa saya berhak menikahi orang yang saya cintai, bukan yg orang lain ingin saya nikahi.
Hingga akhirnya, mas dan keluarganya datang melamar dan keluarga kami menerima pinangan itu. Tepat pada 22 Mei 2020, akhirnya kami menikah.
Pernikahan sederhana yang saya impikan. Meski banyak yang menyesalkan bahwa mungkin saya masih bisa terbang tinggi dengan karir dan aktifitas saya, saya memutuskan menikah dengan orang yang saya pilih. Banyak rekan lama yang berpendapat saya bisa mendapatkan yang lebih dari ini, tapi saya meyakini pilihan saya. Entah apa yang akan ada di depan, saya telah menyiapkan diri saya. Hidup memang tidak mudah, tapi saya yakin, bersama dia saya harusnya bisa melaluinya dengan baik. Saya mempunyai mertua yang baik, dan seorang malaikat kecil yang mau menerima kehadiran saya dengan tulus. Sosok kecil yang juga membuat saya jatuh cinta. Sosok yang menunggu saya dengan buku pr setiap kali saya datang berkunjung, gadis yang membuat saya menitikkan air mata ketika memanggil saya “Bunda.”
Kini, saya menjalani hidup saya dengan percaya diri. Saya tidak peduli orang lain yang mengomentari hidup saya. Saya yang menjalani dan saya yang mengetahui.
Saya selalu berterima kasih kepada orang tua saya yang mengijinkan saya menikah dengan lelaki pilihan saya. Meski orang tua saya juga dicibir karena dianggap “tidak bisa mendidik anak” ketika tahu saya akan menikahi seorang duda beranak satu. Mereka orang tua terhebat dengan hati paling mulia yang saya miliki. Saya beruntung menjadi anak mereka.
Hidup memberikan banyak kejutan untuk saya, tapi, pilihan saya lah yang menentukan seberapa bahagia saya di masa mendatang.
Penulis: Della Sintya Ari Murti
ยท