Kalau kita mencoba membayang-bayangkan pseudocoma, kamu sering dengar tentang “tertindih” saat tidur kan? Katanya kalau itu terjadi, kamu bisa melihat ke sekitar, tapi badanmu tidak bisa digerakkan sama sekali. Sekarang bayangkan kalau itu bukan cuma fenomena tidur, tapi berlangsung sampai bertahun-tahun bahkan seumur hidup dan kamu sadar sepenuhnya, cuma tidak bisa bergerak saja. Nah, kira-kira begitulah pseudocoma.
Pseudocoma ini sebenarnya adalah locked-in syndrome (LIS). Penderitanya memiliki kesadaran penuh akan tubuhnya, tapi dia tidak bisa menggerakkan seluruh badannya kecuali melirikkan mata dan berkedip. Ini karena hampir seluruh otot sadar badan menjadi lumpuh. Mengerikannya, ada juga yang disebut completely locked-in syndrome (CLIS) di mana mata pun tak bisa digerakkan.
Dugaan penyebab dari penyakit ini di antaranya stroke, overdosis obat-obatan, trauma otak, kerusakan pada sel saraf, bahkan juga bisa diakibatkan oleh racun atau bisa dari reptil yang disebut bungarus.
Masalahnya mendiagnosa penyakit ini lumayan sulit karena mirip dengan kehilangan kesadaran atau seperti pingsan. Salah satu pilihan terbaik adalah menggunakan pencitraan otak untuk memantau keberadaan fungsi pada bagian otak.
Salah satu kisah pilu penderita LIS adalah Tony Nicklinson (1954-2012), seorang mantan pemain sepak bola amerika dan ahli teknik sipil yang sukses. Dia mengalami stroke di tahun 2005 yang menyebabkan dirinya tidak bisa menggerakkan tubuhnya kecuali kepala dan matanya. Dia mendeskripsikan hidupnya setelah itu sebagai “living nightmare” atau hidup dalam mimpi buruk. Saking menderitanya dia menuntut negaranya agar dokter yang melakukan eutanasia (menghilangkan nyawa seseorang atas permintaannya yang dilakukan oleh dokter) kepadanya tidak terkena tuntutan pembunuhan. Namun, dia kalah dan pengadilan U.K. tetap melarang eutanasia padanya. Akhirnya karena merasa sakit hati dan kecewa, dia memutuskan untuk berhenti makan dan meninggal dunia di rumahnya. Dia sempat meminta keluarganya untuk mengirimkan cuitan di Twitter “Goodbye world the time has come, I had some fun” (Selamat tinggal dunia, waktunya sudah tiba, saya sudah cukup bersenang-senang).