TOKYO – Kamis lalu pemerintah Jepang mengusulkan langkah untuk memberikan siswa miskin yang berjuang secara finansial karena krisis Wuhan coronavirus covid-19 antara ¥ 100.000 dan ¥ 200.000. Uang itu setaraf sekitar Rp 15 juta hingga Rp 25 juta.
Langkah itu disampaikan kepada kepala kebijakan Partai Demokrat Liberal yang berkuasa, Fumio Kishida, dan mitranya dalam oposisi Partai Demokrat Konstitusi Jepang, Seiji Osaka.
Bantuan tersebut, sesuai dengan proposal LDP, diperkirakan menelan biaya sekitar ¥ 50 miliar.
Pemerintah Jepang diharapkan untuk menggunakan dana cadangan di bawah anggaran tambahan tahun 2020 fiskal yang lulus Diet pada akhir April.
Siswa-siswa Jepang yang berjuang dari rumah tangga berpenghasilan rendah yang dibebaskan dari pajak penduduk akan memenuhi syarat untuk menerima ¥ 200.000, sedangkan mereka yang berasal dari keluarga berpenghasilan tinggi akan diberikan setengah dari jumlah tersebut.
Sekolah bahasa di Jepang juga banyak yang berjuang untuk bertahan hidup karena virus membuat siswa warga negara asing yang sekolah disana keluar dari Jepang.
Langkah pemerintah Jepang ini diperkirakan akan mencakup sekitar 400.000 siswa yang menghadapi kesulitan melanjutkan studi di universitas, akademi, sekolah kejuruan dan sekolah bahasa Jepang karena penurunan pendapatan di tengah krisis COVID-19.
Seiji Osaka memuji rencana masuknya siswa sekolah bahasa Jepang. Mereka mengatakan bahwa dia akan membawa proposal itu ke kelompok oposisi partai parlemen untuk dipertimbangkan.
Kepastian janji perwakilan pemerintah Jepang ini terhadap kebijakan bantuantterhadap dampaknya Wuhan coronavirus covid-19 ini ternyata bisa ditepati bukan sekadar janji kosong tanpa bukti.
“Kami meminta ¥ 200.000, jadi apakah ¥ 100.000 dapat diterima adalah salah satu pokok pembicaraan,” kata Seiji Osaka seperti yang diliputi oleh Japan times.
Sumber: japantimes