Istri saya dulu adalah tetangga kost. Mempunyai sifat yang bertolak belakang dengan saya. Kalo saya cenderung pendiam, susah bergaul, dan cenderung tertutup. Istri kebalikannya. DIa suka cerewet, mudah bergaul. Dalam setiap pertemuan dengan banyak orang, dia suka menjadi pusat perhatian.
Sebelum menikah dulu, saya sudah tahu bahwa istri suka gonta ganti pacar. Namun saat itu saya tetap memilih dia, karena merasa bahwa saya dan dia akan bisa saling menutupi. Ditambah lagi, dia cukup agresif dengan saya dibanding dengan saya yang pasif.
Setelah menikah, istri saya ajak merantau. Saya kerja di sebuah perusahaan dan dia belum bekerja. Setahun menikah, mempunyai seorang anak. Beberapa kali ada gangguan dari mantan pacarnya. Ada 2 orang yang rajin menelepon dan kirim sms. Saya sempat tidak enak, namun istri bisa meyakinkan saya bahwa dia tidak menanggapinya. Lambat laun, gangguan itu hilang.
Enam tahun menikah, istri mulai main serong. Dia berkenalan dengan seorang yang mengaku sebagai anggota TNI. Tinggal di Malang, saya di Surabaya. Perselingkuhan melalui media sms. Dulu belum ada medsos. Hingga istri nekat janjian ketemuan di terminal Nganjuk. Alasan yang digunakan kepda saya adalah dia mau njenguk orang tuanya yang tidak enak badan. Karena saya kerja, saya nggak bisa mengantar.
Di sana istri mengaku dirayu untuk diajak ngamar di hotel. Namun karena waktunya pendek, dia menjanjikan untuk kencan di Malang. Perseligkuhan ini terbongkar, karena istri curhat dengan temannya. Dan temannya memberi tahu saya. Disini belum ada HS. Baru pegang2 dan cium2 di terminal itu. Rencana kencan di Malang gagal karena keburu kebongkar.
Saat itu saya marah besar. Bahkan saat itu juga saya mau mengambil keputusan untuk menalak dia. Menjual rumah yg baru proses pembangunan. Namun saudara2 istri meyakinkan saya untuk memaafkannya. Akhirnya karena melihat anak, sayapun memaafkannya. Istri berjanji untuk tidak mengulanginya.
Bertahun-tahun setelah kejadian itu, saya belum bisa melupakannya. Istri bernasib baik, dengan diterima sebagai PNS guru. Selama itu juga tidak ada gejala mengarah ke perselingkuhan lagi. Pernah dia dilabrak oleh istri teman gurunya. Namun dia bisa membuktikan bahwa dia tidak ada hubungan selingkuh dengan teman guru tersebut. Labrakan itu salah alamat.
Delapan tahun kemudian. Anak sudah menjadi 2. Kehidupan lumayan membaik. Rumah sudah ada, mobil juga ada. Dan istri berulah lagi. Terbongkar ketika dia ada acara piknik bersama guru yang lain. Tujuannya adalah Lombok. Sepulang dari Lombok, dia langsung tertidur karena kelelahan. Saya periksa HP-nya. Ternyata di galerinya ada puluhan foto dia dengan rekan guru. Fotonya laiknya seperti foto prewedding. Pakai acara peluk2 juga. Si laki-laki adalah juniornya. Guru GTT yang baru masuk. Umur 25 tahunan. Istri berumur 41 tahun.
Besoknya istri saya interogasi. Dia mati2an menolak bahwa dia selingkuh. Dia bilang bahwa itu hanya foto iseng. Nuruti temannya yang nyoba kamera dari HP barunya. Foto itu memang dikirim oleh temannya melalui WA. Saya diam karena tidak ada bukti pendukung, tapi tidak percaya. Hingga kemudian saya membaca di internet, cara menyadap WA. Sayapun mulai sadap WA istri.
Dan…. siangnya saya pasang sadapan. Malamnya istri chatingan dengan berondong itu. Chatingan mesra, pakai kata2 mesra. Dan istri beberapa kali bilang : “Saya akan berbuat apa saja asal njenengan bahagia”. Beberapa kali juga dia bilang : “I love you” dengan emotikonnya. Saat itu saya sedang posisi di luar. Istri di rumah.
Sepulang di rumah. Saya langsung interogasi istri. Dia tetap menolak bahwa dia selingkuh. Dia bilang bahwa dia menganggap si berondong itu sebagai junior. Seperti anak. Karena kondisi berondong itu yatim piatu. Saya tidak percaya lagi. Istri mengakui bahwa hubungan itu berlangsung sekitar 3 bulan. Selama itu mereka baru beberapa kali makan bareng dan jalan bareng. Belum ada HS. Dalam menjawab, istri terkesan arogan. Dia bahkan bicara dengan saya,”Kalo ini menyakitkan buat ayah, biarlah aku yang pergi. Biarlah anak2 ikut ayah, karena anak2 butuh figur orang tua yang bersih”. Saya sungguh speechless. Sungguh terpuruk. Seakan istri sudah menganggap remeh rumah tangga ini demi si berondong.
Saya telepon si berondong. Saya bicara baik2. Agar dia tahu posisi dia dan istri saya. Saya beritahukan ke saudara2nya. Dan sekali lagi, saudara2nya merayu saya untuk tidak menceraikan istri. Mereka para saudara itu berjanji dan menjamin untuk istri tidak berbuat ulah lagi. Dengan alasan anak. Di kemudian hari, ketahuan bahwa selama 3 bulan berhubungan dengan berondong itu, tabungan istri senilai 9 juta ludes.
Saya laporkan ke Kepala sekolahnya. Dan celakanya, si Kepala Sekolah adalah kerabat si berondong itu. Endingnya, istri dimutasi ke sekolah lain. Dan saya hanya bisa menekan dan mengancam kepala sekolah, bila sampai saya tahu kejadian ini terulang, maka akan saya laporkan ke diknas. Saya akan kejar si berondong sampai dipecat sebagai GTT.
Selama proses mutasi itu, saya mengawasi ketat istri. Beberapa kali ketahuan mencoba menghubungi si berondong lagi melalui HP. Hal itu berjalan sampai beberapa bulan. Selama itu pula, walau sudah pindah sekolah, tapi masih sering ke sekolah lamanya. Mungkin dia berharap bisa ketemu sama si berondong.
Ketika mengalami kejadian kedua tersebut. Saya merasakan stress yang luar biasa. Saya sampai sakit maag, karena sering telat makan. Saya di persimpangan jalan. Di satu sisi saya ingin mengakhiri hubungan ini, supaya di kemudian hari tidak disakiti lagi. Namun disisi lain, ada anak yang menjadi beban. Semua teman dan sahabat, saudara melarang untuk cerai. Semua menasehati saya, karena anak akan menjadi korban.
Selama beberapa bulan saya dengan kondisi terpuruk, saya beberapa kali buat status melow di FB. Ada seorang teman wanita di medsos yang perhatian. Dia seorang TKW yang bekerja di Hongkong. Tidak sekolah tinggi. Namun dia memberikan perhatian lebih kepada saya. Seringkali dia telepon untuk menerima curhatan dari saya. Dia yang telepon. Dia melarang saya meneleponnya, karena biayanya akan mahal. Sayapun merasa baikn setelah curhat kepada dia, dan menerima sumbang sarannya. Dia sempat dua kali mengirim bingkisan pakaian kepada saya dari Hongkong. Pertama berupa kaos dan kedua berupa sarung. Saya tidak meminta itu semua. Bahkan melarangnya. Namun dia memaksa, dengan alasan dia juga nyaman berbincang dengan saya.
Pada akhirnya, teman FB ini yang kemudian menjadi kunci saya mematahkan upaya istri untuk terus berusaha berhubungan dengan si berondong. Yah, selama hampir setahun, beberapa kali saya menangkap gejala itu. Hingga suatu ketika, saya menggunakan teman FB untuk memancing masalah. Saya biarkan HP saya yang berisi chat dengan teman tersebut tergeletak. Dan dibuka oleh istri saya. Dan, dia marah besar mengetahui saya sering chatting dengan teman saya itu. Disitulah akhirnya saya bisa memaksa istri saya untuk menghentikan keinginan untuk selingkuhnya. Hingga sekarang, istri berubah menjadi istri yang patuh kepada saya. Jauh lebih patuh dari sebelumnya. Mudah2an, kondisi ini bisa bertahan selamanya.
source: hasan riadi