Polisi Prancis telah menangkap pengusaha Rwanda Felicien Kabuga, yang diyakini sebagai penyandang dana utama genosida 1994 di negara itu. Dia ditemukan hidup dengan nama palsu di sebuah apartemen dekat Paris setelah puluhan tahun bersembunyi dalam pelarian di Eropa.
Felicien Kabuga, yang pernah menjadi salah satu orang terkaya di Rwanda, ditahan oleh pasukan keamanan Prancis pada Sabtu pagi. Dia telah dikejar oleh keadilan internasional selama 25 tahun untuk kejahatan yang diduga dilakukan selama perang saudara di negara itu. Orang terkaya Afrika itu ditangkap saat sedang menikmati hidup dan bersantai di Eropa. Ia terkenal korup dan kejam karena kasus pembantaian beralasan tentang SARA.
Penjahat Perang ini Ditangkap menyusul pengakuan Seorang lelaki di Nyamata, 18 mil selatan Kigali melihat ratusan tengkorak dalam sebuah peringatan untuk para korban genosida 1994 di Rwanda.
Menurut jaksa Rwanda, Kabuga menggunakan perusahaannya untuk mengimpor parang dan alat berkebun mengetahui bahwa mereka akan digunakan sebagai senjata dalam gelombang kekerasan yang menewaskan sekitar 800.000 orang Tutsi dan Hutu moderat di negara Afrika Timur. Dia diyakini telah membentuk milisi Interahamwe yang terkenal kejam dan memberikan pelatihan dan peralatan yang digunakan dalam pembantaian itu.
Negara Rwanda umumnya seperti benua Afrika yang kaya akan kandungan barang tambang dan lemahnya demokrasi. Negara itu selama lebih dari 20 tahun di bawah ‘diktator yang baik hati’ di Rwanda, Paul Kagame.
“Felicien Kabuga dikenal sebagai donor genosida Rwanda,” kata polisi Prancis dalam sebuah pernyataan.
Tersangka genosida kunci diekstradisi ke Rwanda. Kabuga juga berada di belakang penciptaan Radio Televisi Mille Collines yang menyiarkan propaganda untuk menghasut kekerasan selama pembunuhan 100 hari yang mematikan itu.
Pria yang paling dicari karena terbukti merupakan otak dari pembantaian ras dan suku di Rwanda ini terekam sebagai seorang yang kejam. Ia merupakan Pengusaha koruptor etnis Hutu yang hidup bersembunyi di Eropa dengan nama samaran di sebuah flat di Asnieres-sur-Seine, tepat di utara Paris, tampaknya dengan bantuan anak-anaknya.
Pada hari Sabtu, polisi Prancis mengatakan Kabuga “dengan impunitas telah tinggal di Jerman, Belgia, Kongo-Kinshasa, Kenya dan Swiss” sejak 1994.
Penangkapan pelaku genosida Rwanda menawarkan penghiburan bagi mereka korban yang selamat.
Pada tahun 1997, Pengadilan Kriminal Internasional PBB untuk Rwanda mendakwa Kabuga dengan tuduhan konspirasi untuk melakukan genosida, penganiayaan, dan pemusnahan. Dia menjadi orang yang paling dicari di Rwanda dan menjadi subyek hadiah $ 5 juta (€ 4,6 juta) yang ditawarkan oleh Amerika Serikat.
Pada 2015, pengadilan Rwanda secara resmi ditutup dan kasus-kasus diajukan ke Mekanisme untuk Pengadilan Kriminal Internasional (MICT).
Sumber: DW