Budaya membungkuk di Jepang ini disebut dengan お辞儀 (ojigi). Ojigi adalah salah satu kegiatan dalam budaya orang Jepang untuk melakukan penghormatan bagi orang lain. Sikap membungkuk ini dilakukan pada saat pertemuan pertama dengan seseorang atau orang asing. Namun, sikap membungkuk ini kadang terlihat ketika seseorang sedang bercakap-cakap secara intens, hal tersebut mencerminkan bahwa sang pembicara sangat menghormati lawan bicara. Bahkan ketika seorang karyawan menerima telepon dari atasannya pun akan membungkuk-bungkuk (padahal bicara lewat telepon kan tidak bertemu langsung). Ungkapan terimakasih dan maaf juga disertai dengan membungkukkan badan.
Bagi pembelajar budaya dan bahasa Jepang, mungkin budaya membungkuk atau ‘ojigi’ membingungkan karena tidak jelas kapan harus dilakukan. Ojigi dilakukan untuk menunjukkan rasa hormat dan kesopanan terhadap lawan bicara. Sama halnya dengan penggunaan bahasa Jepang yang harus berubah tingkat kesopanannya tergantung lawan bicara, cara melakukan ojigi pun berbeda-beda tergantung objeknya. Berikut ini adalah pengetahuan dasar mengenai ojigi yang wajib diketahui bila ingin berbaur dengan baik dalam masyarakat Jepang.
Ojigi Dulu dan Sekarang
Budaya ojigi mulai dilakukan orang Jepang antara tahun 500-800. Budaya yang berasal dari Tiongkok dan disampaikan melalui ajaran agama Buddha ini dilakukan untuk menunjukkan status seseorang. Contohnya saat memberi salam kepada orang dengan kedudukan lebih tinggi, seseorang harus membungkuk untuk memberi tanda bahwa mereka bukanlah ancaman. Pemandangan seperti itu masih dapat dilihat di film atau drama berlatar sejarah terutama saat adegan orang biasa berhadapan dengan raja, ratu, atau orang berkuasa lainnya.
Di zaman modern ini, budaya ojigi pun masih dilakukan di Jepang. Ojigi digunakan untuk berterima kasih, memohon sesuatu, memberi selamat, dan meminta maaf. Orang Jepang dari anak-anak hingga orang dewasa harus tahu caranya melakukan ojigi dengan benar untuk dapat bergaul dengan baik dalam masyarakat.
Esensi Budaya Membungkuk
Ojigi memiliki dua posisi dasar, yaitu berdiri dan duduk. Sementara itu, ada 3 hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan ojigi, yaitu punggung direnggangkan namun tetap lurus, posisi kaki dan pinggul harus lurus, serta menarik nafas saat menurunkan kepala lalu mengembuskan nafas saat mengangkat kepala. Dasar ini digunakan di semua jenis ojigi. Nah, berikut ini adalah jenis-jenis ojigi yang perlu diketahui.
Eshaku
Melakukan ojigi kepada teman atau saudara tidak masalah walau hanya dengan menganggukkan kepala sekilas. Akan tetapi, bila objeknya adalah teman sejawat di kantor, gunakanlah ‘eshaku’. Eshaku biasa digunakan antar teman sejawat di kantor untuk sekedar memberi salam seperti ucapan selamat pagi atau ‘otsukaresama desu’ (terima kasih kerja kerasnya). Caranya tinggal berdiri sambil menundukkan kepala 15 dengan sudut sekitar 15 derajat.
Senrei
‘Senrei’ adalah ojigi yang dilakukan sambil duduk. Biasanya digunakan saat situasi formal atau semi-formal. Caranya adalah dengan membungkukkan badan dan kepala 30 derajat, kemudian tahan posisi ini selama 2-3 detik.
Keirei
‘Keirei’ adalah jenis ojigi yang paling resmi dan biasa dijumpai. Dilakukan dengan cara berdiri lalu membungkuk 30 derajat. Umumnya digunakan untuk memberi salam pada orang lain seperti pelanggan, untuk menunjukkan rasa terima kasih atau saat berkenalan dengan orang baru.
Saikeirei dan Shazai
Jenis ojigi ini cukup jarang ditemukan. Ojigi ini dilakukan kepada manajer, mertua, atasan atau rekan bisnis yang penting, dan sebagainya sebagai wujud hormat serta permintaan maaf yang mendalam. Cara melakukannya dengan membungkukkan tubuh 45 derajat dengan kepala diturunkan, lalu tahan posisi ini selama kurang lebih 3 detik.
Inilah jenis ojigi yang paling jarang ditemukan. Tubuh membungkuk 70 derajat dan posisi ini ditahan sampai kurang lebih 4 detik. Cara membungkuk seperti ini biasanya dilakukan ketika melakukan kesalahan besar dalam perusahaan sampai menyebabkan masalah bagi klien.
Mempelajari Cara Membungkuk
Selain yang disebutkan di atas, masih banyak bentuk budaya ojigi lainnya yang hanya digunakan untuk kepentingan ritual agama. Aturan ojigi mungkin terlalu sulit untuk dipelajari sekaligus, tapi ingatlah dua hal penting ini. Semakin formal situasi atau semakin tinggi kedudukan lawan bicara Anda, membungkuklah semakin dalam dan lama. Jangan melakukan ojigi dengan tangan diletakkan di depan dada karena sekarang ini cara tersebut hanya digunakan untuk ibadah di kuil saja.