Baru- baru ini Jepang dikagetkan dengan kemunculan ikan oarfish di Teluk Toyama, Jepang, yang mendatangkan berbagai persepsi. Ikan oarfish yang panjang seperti belut ini dianggap sebagai pembawa kabar buruk. Sebagian orang meyakini kemunculan ikan ini menjadi sinyalemen agar masyarakat waspada akan gempa bumi dan tsunami.

Ikan oarfish ramping Regalecus russelii [8] (竜 宮 の 使 い “Ryūgū-No-Tsukai”,) dikenal dalam cerita rakyat Jepang sebagai Utusan dari Istana Dewa Laut, muncul di perairan dan di pantai Jepang, penampilannya dikatakan untuk meramalkan gempa bumi.
Oarfish diperkirakan menghuni lapisan samudera epipelagic hingga mesopelagic, mulai dari 200 meter (660 kaki) hingga 1.000 meter (3.300 kaki) dan jarang terlihat di permukaan. Beberapa ditemukan masih hidup, tetapi biasanya ikan ini tidak bisa bertahan hidup di air yang bergejolak lebih dangkal

Ikan oarfish berwarna perak dengan sirip merah. Panjang ikan oarfish yang ditemukan nelayan di Teluk Toyama mencapai 4 meter. Selain ikan oarfish, ada pula binatang lain yang menarik di perfektur Toyama, yakni cumi kunang-kunang atau watasenia scintillans.

Jika datang ke teluk Toyama pada malam hari di setiap bulan Maret sampai Juni, pengunjung akan melihat pendaran cahaya biru di tengah laut yang berasal dari cumi kunang-kunang. Mengutip laman Atlas Obscura, cumi kunang-kunang yang hidup berkelompok itu naik ke permukaan laut dari habitatnya sedalam 365,76 meter. Cumi kunang-kunang bergerak ke permukaan melalui arus dari sebuah ngarai di Teluk Toyama. Saat di permukaan pancaran cahaya biru berkilauan menampilkan pesona yang berpadu dengan gelap malam. Para pengunjung yang ingin melihat lebih dekat bisa menumpang perahu nelayan di Namerikawa pada pukul 03.00.

Cumi kunang-kunang betina muncul di permukaan saat musim pemijahanan pada April dan Mei. Mengutip News Deeply, kelap-kelip warna biru dari cumi itu telah menarik penelitian ilmuwan untuk memahami bioluminesensi atau emisi cahaya yang dihasilkan oleh makhluk hidup karena adanya reaksi kimia.

Ahli biokimia dari Universitas Mie, Katsunori Teranishi mengatakan spesies yang menggunakan bioluminesensi bertujuan menarik mangsa. “Misteri ekologis adalah mengapa cumi kunang-kunang memancarkan cahaya,” katanya. Teranishi menjelaskan sebagian besar spesies cumi hidup tanpa bioluminesensi.

SOURCE: NEWSDEEPLY

PICTURE: WIKIPEDIA