Hampir semua jenis makanan populer di dunia pasti menggunakan dan mengandung Unsur MSG… Dari Bakso, nasi goreng sampai Kerupuk dan keripik. Sebenarnya aman ga sih? Darimana asalnya MSG ini sih? MSG Kok bisa enak sih? Penasaran? Ayo baca artikel berikut ini, kita bahas deh biar jelas…

Sewajarnya zat MSG itu muncul secara alami di banyak makanan, seperti tomat dan tebu dan bahkan keju. Orang-orang di seluruh dunia telah makan makanan kaya glutamat sepanjang sejarah peradaban manusia. Misalnya, hidangan sejarah dalam komunitas Asia Timur seperti Jepang dan Taiwan, penggunaan kaldu rumput laut yang kaya akan Glutamate sudah menjadi bagian dari kuliner setiap hari dan dinikmati saat sarapan pagi maupun sebagai campuran kuah soup.

Sejarah MSG bermula pada tahun 1908, seorang profesor Jepang bernama pak Kikunae Ikeda dapat menemukan Cara untuk mengekstraksi glutamat dari kaldu ini dan memastikan bahwa glutamat memberikan rasa gurih pada sup. Profesor Ikeda kemudian mengajukan paten untuk memproduksi MSG dan produksi komersial dimulai pada tahun berikutnya.

Saat ini, MSG tidak lagi diproduksi di laboratorium dengan mengekstraksi dan mengkristalkan MSG dari kaldu rumput laut, melainkan MSG bisa diproduksi oleh proses fermentasi pati, bit gula, tebu atau bubur gula molase. Jepang memang dikenal memiliki ilmu fermentasi pada masa lalu, dan proses pengembangan bahan fermentasi dan jenis mikro organisme yang bervariasi dan sudah dikembangkan ribuan tahun itulah yang membuat hasil fermentasi bisa berubah bentuknya dan berbeda manfaatnya. Tidak semua hasil fermentasi bisa dimakan, ada yang menjadi bahan kimia lain, dan ada pula yang bisa bermanfaat untuk dikonsumsi manusia. Proses fermentasi ini mirip dengan yang digunakan untuk membuat yogurt, cuka, tape, kecap, sirup, teh, sake dan anggur.

Apakah MSG aman dikonsumsi?

FDA atau food and drug agency lembaga pengawas makanan pemerintah Amerika Serikat menganggap penambahan MSG pada makanan sebagai bumbu masak “umumnya diakui sebagai hal yang aman” (GRAS). Meskipun banyak orang mengidentifikasi diri mereka sensitif terhadap MSG, dalam studi dengan orang-orang seperti itu diberikan MSG atau plasebo, para ilmuwan belum dapat secara konsisten memastikan bahwa MSG bisa memicu reaksi alergi.

Apakah “glutamat” dalam suatu produk berarti mengandung gluten?

Tidak — glutamat atau asam glutamat tidak ada hubungannya dengan gluten. Seseorang dengan penyakit Celiac dapat bereaksi terhadap gandum yang mungkin ada dalam kecap, tetapi tidak dengan MSG dalam produk tersebut.

Apa perbedaan antara MSG dan glutamat dalam makanan?

Glutamat dalam MSG secara kimia tidak dapat dibedakan dari glutamat yang ada dalam protein makanan. Tubuh kita pada akhirnya memetabolisme kedua sumber glutamat dengan cara yang sama. Rata-rata orang dewasa mengonsumsi sekitar 13 gram glutamat setiap hari dari protein dalam makanan, sementara asupan MSG tambahan diperkirakan sekitar 0,55 gram per hari.

Bagaimana saya bisa tahu jika ada MSG dalam makanan saya?

FDA mensyaratkan bahwa makanan yang mengandung MSG tambahan mencantumkannya di panel bahan pada kemasan sebagai monosodium glutamat. Namun, MSG muncul secara alami dalam bahan-bahan seperti protein nabati terhidrolisis, ragi terautolisis, ragi terhidrolisis, ekstrak ragi, ekstrak kedelai, dan isolat protein, serta dalam tomat dan keju. Sementara FDA mengharuskan produk-produk ini terdaftar di panel bahan, agensi tidak memerlukan label untuk juga menentukan bahwa mereka secara alami mengandung MSG. Namun, makanan dengan bahan apa pun yang secara alami mengandung MSG tidak dapat mengklaim “Tidak MSG” atau “Tidak menambahkan MSG” pada kemasannya. MSG juga tidak bisa disebut sebagai “bumbu dan perasa.”

Mana yang lebih aman MSG atau garam dapur?

WHO menganjurkan konsumsi garam maksimal 5 gram atau 1 sendok per hari. Sayangnya, hal ini sulit dilakukan, di mana data Riskesdas 2007 menyebut asupan garam harian masyarakat Indonesia bisa mencapai 3 kali lipat lebih tinggi daripada anjuran WHO.

Nah, penggunaan MSG sebagai bumbu masakan disebut bisa menjadi alternatif diet rendah garam. Penelitian menyebut, penggunaan MSG sesuai takaran sebagai pengganti garam bisa menjaga tekanan darah secara bertahap. Bahkan, penelitian yang dilakukan di Queen’s University Belfast menemukan makanan dengan MSG membuat lansia mengalami peningkatan signifikan pada asupan energi, protein, dan lemak.

Apakah FDA telah menerima laporan kejadian buruk yang terkait dengan MSG?

Selama bertahun-tahun, FDA telah menerima laporan gejala seperti sakit kepala dan mual setelah makan makanan yang mengandung MSG. Namun, kami tidak pernah dapat mengkonfirmasi bahwa MSG menyebabkan efek yang dilaporkan.

Laporan-laporan peristiwa buruk ini membantu memicu FDA untuk meminta kelompok ilmiah independen Federasi Masyarakat Amerika untuk Biologi Eksperimental (FASEB) untuk memeriksa keamanan MSG pada 1990-an. Laporan FASEB menyimpulkan bahwa MSG aman. Laporan FASEB mengidentifikasi beberapa gejala jangka pendek, sementara, dan umumnya ringan, seperti sakit kepala, mati rasa, kesemutan, kesemutan, jantung berdebar, dan kantuk yang mungkin terjadi pada beberapa individu sensitif yang mengonsumsi 3 gram atau lebih MSG tanpa makanan. Namun, satu porsi makanan dengan MSG tambahan mengandung kurang dari 0,5 gram MSG. Mengkonsumsi lebih dari 3 gram MSG tanpa makanan pada satu waktu itu justru tidak mungkin karena badan akan bereaksi dengan perasaan eneg atau merasa sudah cukup.


Sumber: FDA. Gov