Menurut seorang anthropolog Lynne Isbell, telah diketahui bahwa ular sesungguhnya memiliki pengaruh siginfikan bagi evolusi primata. Reptil tak berkaki ini menjadi alasan utama monyet dan primata lain, termasuk manusia, mengembangkan kepekaan yang memungkinkan mereka segera mengenal seekor ular ketika berpapasan.
Sebagaimana, berkat kekuatan penglihatan mereka, monyet dan primata lain mengembangkan kepekaan konstan pada ular, mereka tidak buang-buang waktu untuk memberikan peringatan saat menemukan seekor saja. Tanpa peduli seekor ular pembelit raksasa yang membunuh dan memakan primata jika diberi kesempatan (piton dan anakonda) atau jenis beracun (kobra dan viper). – faktanya, Isbell bahkan menklaim bahwa monyet yang terbiasa berpapasan dengan ular beracun telah mengembangkan indera penglihatan lebih baik daripada spesies lain!
Bagaimanapun, masih tersisa suatu teka-teki yang membingungkan para ilmuwan: Apakah penglihatan monyet benar-benar dikembangkan untuk mendeteksi ular? Jika benar, apakah ada bukti biologis di belakang ini?
Penelitian telah membuktikan bahwa bahkan individu yang belum pernah melihat ular sekalipun bisa dengan cepat mempelajari rasa takut terhadap reptil ini, mengaitkan reptil tersebut dengan kematian karena belitan atau racun. Tapi masih belum jelas apakah respon otak mereka menunjukan ophiodiophobia sejati (ketakutan abnormal pada ular) atau suatu kemampuan bawaan untuk mengenali potensi bahaya pada reptil.
Source: Serge Alia