Pak Toni Rüttimann, lahir di kota kecil Pontresina, Swiss 21 Agustus 1967. Pak Toni si orang Swiss ini terus dikenal sebagai pembangun jembatan Swiss yang bekerja di Asia Tenggara dan di Amerika Latin, di mana ia dikenal sebagai Toni el Suizo (Toni si orang Swiss).

Di Indonesia 71 jembatan sudah dibangun oleh pak Toni Rüttimann. Insiniyur jembatan asal Swiss ini dikenal Karena membangun jembatan di berbagai daerah terpencil di seluruh indonesia. Pak Toni ini bekerja secara independen bersama komunitas kurang mampu, menggunakan bahan-bahan daur ulang dan tanpa memasang tarif untuk pekerjaannya.

Toni yang diam-diam keluar masuk kampung terpencil untuk membangun jembatan gantung. Dia bahkan rela mendatangkan bahan baku jembatan dari negara asalnya. Selain itu, Toni juga mengupayakan bantuan pipa tiang jembatan dari perusahaan ternama. Tahun 2016 silam, Pipa-pipa tersebut dikirim dari Argentina ke Indonesia. Namun sayang, upaya pengiriman bahan baku jembatan terhambat. Dalam catatannya, Imam mengatakan, pengiriman bantuan bahan jembatan seperti kabel perancang atau wirerope terhambat birokrasi. Imam menuturkan, proses pengiriman barang terkendala penetapan denda demurrage atau batas waktu kontainer. Alhasil, tagihan demurrage yang harus dibayarkan kala itu mencapai Rp 195.650.000. Selain itu, proses impor wirerope membutuhkan waktu hingga dua bulan sejak kontainer tiba di Pelabuhan Tanjung Priok. Lamanya proses tersebut dikarenakan lambannya proses rekomendasi dari kementerian-kementerian terkait.

Kisah viral Toni akhirnya berbuah manis. Bantuan datang dari berbagai pihak. Salah satunya dari Direktorat Jenderal (Ditjen) Bea dan Cukai Kementerian Keuangan Heru Pambudi, yang memperlancar proses administrasi tiga kontainer bahan baku jembatan. Kemudian, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono juga mengupayakan bantuan untuk Toni. Menurut Imam, Basuki berjanji akan melunasi biaya demurrage dan seluruh administrasi serta proses impor wirerope sebanyak tiga kontainer.

Perusahaan-perusahaan mau dengan rela mensponsori dan membantu Pak Toni karena memang ia bisa dipercaya dan tidak pernah lari dan memang ikhlas dari setiap proyek yang direncanakannya. Banyak pihak swasta yang menolong dengan cara mendonasikan bahan-bahan bekas mereka dan pemerintah daerah memberikan izin dan bantuan transportasi sebagai penghargaan terhadap suatu upaya yang utamanya dilakukan oleh masyarakat. Tidak ada seorang pun yang meminta imbalan dan jembatan-jembatan tersebut dimiliki oleh masyarakat yang membangunnya.

Mantan Dirjen Bina Marga Kementerian PUPR Arie Setiadi Moerwanto mengatakan akan membayar semua denda dan biaya pelabuhan. Menurut Arie, komitmen tersebut merupakan bentuk apresiasi serta dukungan untuk Toni Ruttiman. Tak hanya membayar denda, Kementerian PUPR juga memberikan pendampingan bagi Toni dan relawan yang turut membantu pembangunan jembatan hingga proses pasca-konstruksi. Atas semua bantuan untuk memperlancar proses pelepasan tiga kontainer wirerope tersebut, Imam mengucapkan terima kasih. Bantuan lainnya datang dari Kepala Staf Kepresidenan saat itu, Teten Masduki. Teten menjanjikan bantuan semen dari Semen Indonesia.

Jembatan-jembatan hasil karyanya tersebut digunakan oleh pejalan kaki, hewan pikul, sepeda motor, traktor roda dua – tetapi tidak untuk mobil. Di setiap negara dimana Toni bekerja, ia membentuk sebuah tim kecil yang terdiri dari tukang las lokal dan mencari “mitra pembangun jembatan” yang akan diajarkan keahliannya dan yang pada nantinya akan melakukan tugas-tugas perawatan terhadap jembatan yang dibangun.

Tamansari, Jember, Jawa Timur

Toni tidak memiliki rumah tinggal: ia selalu membawa semua yang ia perlukan dalam dua tas. Satu tas untuk barang-barang pribadi dan satu tas lagi untuk laptop dan beberapa alat untuk pekerjaannya.

Dengan bekerjasama dengan masyarakat lokal, Toni telah membangun 648 jembatan yang digunakan oleh 1,9 juta orang (per 20 Maret 2014).

Di akhir tahun 2010, Toni el Suizo memulai karyanya di Indonesia. Tenaris menyumbangkan pipa-pipa dari anak perusahaannya di Indonesia. Tawaran pipa baja sumbangan di Cilegon oleh perusahaan pipa Argentina Tenaris itu disambut baik oleh Toni, sementara pemerintah nasional memberikan izin dan menawarkan suatu bengkel las di luar Jakarta. Angkatan Laut Indonesia dan Angkatan Darat Indonesia berkontribusi dalam sebagian besar transportasi laut di republik yang wilayahnya sangat luas ini. Namun, transportasi darat biasanya dibayarkan oleh masyarakat dimana jembatan tersebut dibangun.

Tim Indonesia terdiri dari Suntana, yang asalnya merupakan operator pabrik konstruksi di Dubai, dan tiga tukang las. Dari tahun 2011 sampai Maret 2014, tim ini sudah membangun 30 jembatan di Pulau Jawa dan Sulawesi. Prestasinya secara keseluruhan dengan bekerja sama masyarakat setempat, ia telah membangun total 760 jembatan yang melayani dua juta orang (per 22 Agustus 2017).


Sumber: Toni