Etiopia adalah salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di dunia dan negara dengan penduduk terbesar kedua di Afrika. Hampir 50% penduduk Etiopia berusia lebih muda dari 18 tahun. Walaupun jumlah orang yang mengenyam pendidikan dasar dan lanjut telah meningkat, jumlah lapangan kerja tidak sebanding dengan jumlah orang yang lulus dari institut-institut pendidikan. Negara ini harus menciptakan ratusan ribu lapangan kerja setiap tahunnya agar tetap sejalan dengan pertumbuhan penduduk.

Di bidang ekonomi, Ethiopia secara umum memiliki ketergantungan tinggi atas barang impor. Sebagai negara landlocked, barang impor diperoleh melalui pelabuhan udara, Bole Addis Ababa dan pelabuhan laut di Djibouti, yang kemudian diangkut melalui jalan darat. Pada bulan Oktober 2016, Pemerintah Ethiopia telah meresmikan jalur kereta listrik dari Ethiopia menuju Djibouti, sehingga pengangkutan barang dari pelabuhan Djibouti menuju Ethiopia hanya memakan waktu 12 jam dengan trasportasi kereta listrik dari yang sebelumnya 3 hari.

Saat ini banyak produk Indonesia yang telah beredar dan dikenal luas di pasaran Ethiopia karena harga dan mutu yang baik (mass cheap production), seperti garment, tekstil, batu baterai, baterai kendaraan, kertas/ produk kertas, bahan kimia, tissue, sabun mandi, sabun cuci, glassware, benang, furniture, enamelware, barang-barang plastik, bahan kimia, farmasi, alat kesehatan, makanan (mie instant). Namun, sebagian dari produk Indonesia tersebut diimpor oleh Ethiopia melalui pihak ketiga, seperti Singapura, Dubai dan Saudi Arabia.

Berdasarkan data International Trade Center, impor Ethiopia dari Indonesia didominasi oleh sabun, minyak sawit dan turunannya, kertas, benang, suku cadang elektronik, margarin, dan furnitur. Adapun produk Indonesia lainnya yang telah beredar dan memiliki peluang masuk di pasaran Ethiopia, antara lain: kabel (acrylic dan yarn), garment, tekstil, batu baterai, bahan kimia, aki/ baterai kendaraan, glassware, enamelware, barang plastik, pakaian bayi/anak-anak, ban mobil/truk, makanan/foodstuff (mie instant, wafer, permen), dan peralatan medis.

Indonesia mengimpor kapas, kulit kambing, rempah-rempah, dan kopi.Sebagai catatan, impor utama Ethiopia adalah bahan pangan, hewan ternak, minuman, tembakau, minyak mentah, produk minyak, bahan kimia, pupuk, produk farmasi/ obat-obatan, sabun, produk karet, kertas/produk kertas, tekstil, pakaian, gelas (glassware), logam/produk logam, mesin-mesin dan pesawat terbang, kendaraan bermotor, perlengkapan elektronik, serta perlengkapan telekomunikasi dsb.

Selain itu PT Indofood menjual produknya di Ethiopia sejak awal 2005. Pada 2014 perusahaan itu mulai mendirikan pabrik diatas tanah seluas 12.000 meter persegi dan beroperasi secara penuh pada pertengahan 2015.

Saat ini, PT Indofood memproduksi 80 juta Indomie setahun. Produksi ini akan terus ditingkatkan.

“Investasi di Ethiopia memberi banyak keuntungan bagi Indonesia. Antara lain peningkatan ekspor barang dan bahan baku dari Indonesia, penyerapan tenaga kerja Indonesia, peningkatan remittance ke Indonesia serta keuntungan bagi parent dan partner companies di Indonesia,” kata Dubes Al Busyra Basnur.

“Bahkan banyak bahan bangunan kantor dan pabrik Indonesia di Ethiopia yang didatangkan langsung dari Indonesia,” kata Dubes Al Busyra.

Source: wiki.kemenlu, KBRI Addis Abab