Home Budaya JEPANG Mengapa Perdana Menteri Jepang lebih memilih menggunakan interpreter daripada mempraktekkan kemampuan bahasa...

Mengapa Perdana Menteri Jepang lebih memilih menggunakan interpreter daripada mempraktekkan kemampuan bahasa Inggris saat menghadiri pertemuan dengan pemimpin negara lain?

417
0

Ada beberapa alasan mengapa Beliau dan beberapa kepala negara lain —tidak hanya Jepang— dengan sengaja tidak berbahasa Inggris.
Pertama, diplomatis.
Kadang kala kesengajaan penggunaan dan ketidakpenggunaan bahasa Inggris dengan alasan hubungan suatu negara dengan negara dengan mayoritas berbahasa Inggris.

Sebagai contoh, Ariel Sharon, perdana menteri Israel selalu berbahasa Inggris di setiap kesempatan yang ada sebagai bentuk dukungan kepada Amerika Serikat. Walaupun sebenarnya bahasa Inggris yang digunakan lebih mendasar daripada saat berbicara Ibrani.

Contoh lain adalah Hassan Rouhani, presiden Iran. Beliau adalah lulusan Universitas Glasgow Caledonian, Skotlandia, Britania Raya. Saya yakin Beliau sangat fasih berbahasa Inggris, bahkan ada yang bilang Beliau fasih dalam beberapa bahasa lain, yakni bahasa Jerman, bahasa Prancis, bahasa Rusia, dan bahasa Arab. Namun karena hubungan Iran dan Amerika Serikat saat ini tidak terlalu baik, Beliau memilih menggunakan bahasa Persia.

Diplomasi cukup rumit. Salah pengucapan dapat menjadi masalah besar. Oleh karena itu dengan menggunakan bahasa asal akan lebih aman.

Kedua, waktu.
Seperti alasan pertama, diplomasi membutuhkan waktu.

Dengan menggunakan penerjemah, maka sang diplomat dapat mendapatkan waktu tambahan untuk berpikir merumuskan pemilihan kata yang disampaikan kepada lawan bicara. Walaupun hanya berhasil mengulur waktu beberapa detik, itu sangat berharga.

Ketiga, kebanggaan.
Menggunakan bahasa asal juga memperkenalkan bahasa tersebut.

Semakin sering dipakai, maka semakin terkenal bahasa itu. Hal itu juga dapat menyebabkan bangsa lain mulai mempelajari bahasa negara tersebut.

Contoh tersebut adalah bahasa Mandarin, bahasa resmi di Tiongkok Daratan. Banyak kalangan di sana saat di kancah internasional tidak terlalu mahir menggunakan bahasa Inggris. Saat kunjungan ke negara lain, Xi Jinping, presiden Republik Rakyat Tiongkok selalu menggunakan penerjemah.

Sebagai negara dengan salah satu ekonomi terbesar di Asia Timur, muncul anggapan bahwa bila ingin melakukan bisnis di Tiongkok Daratan harus mahir berbahasa Mandarin, sehingga banyak yang mempelajari bahasa tersebut.


Selain Pak Shinzō Abe, ada beberapa kepala negara yang sengaja tidak berbahasa Inggris.

  • Narendra Modi, perdana menteri India. Beliau sebenarnya mampu berbahasa Inggris;

  • Angela Merkel, kanselir Jerman. Beliau tampak jarang berbicara dalam bahasa Inggris, tetapi Beliau pernah berpidato di depan parlemen Britania Raya dalam bahasa Inggris yang tidak sempurna tetapi masih dapat dipahami;

  • Vladimir Putin, presiden Rusia. Pak Vladimir Putin fasih berbahasa Jerman dan tampak sering berbicara dengan Bu Angela Merkel, yang juga dapat berbicara Rusia. Beliau belajar bahasa Inggris beberapa tahun dan sering menggunakannya saat wawancara.

Seperti kebanyakan orang berpendidikan di Jepang, Pak Shinzō Abe sebenarnya mendapatkan banyak pendidikan mengenai bahasa Inggris, tetapi tidak banyak latihan di dunia nyata.

Bahan Bacaan:

  • Trump questions whether Japan’s first lady can speak English | The Japan Times

  • Sometimes it’s not what you say or how you say it… it’s the language you pick – PRI

  • Narendra Modi may join the list of world leaders who don’t want to speak English – The Washington Post

Semoga membantu.

Catatan Kaki

[1] Misc.

[2] Putin Speaks English for CNN

[3] Edward Ray’s answer to Can Japanese Prime Minister Shinzo Abe speak English?