Pada mulanya tidak ada Kristen Protestan. Di Eropa Barat hanya ada Katolik Roma. Di Eropa Timur dan Rusia ada Kristen Ortodoks Timur. Di Timur Tengah lebih beragam lagi ada Kristen Koptik di Mesir, Kristen Maronit di Lebanon, Kristen Ortodoks Syria di Suriah, Kristen Ortodoks Armenia di Armenia, Kristen Assiria di Irak, dsb.

Kristen Protestan muncul dari dalam Katolik Roma di Eropa Barat pada abad 15, tepatnya di Jerman (yang waktu itu masih dinamakan Kekaisaran Romawi Suci). Pada saat itu kerajaan-kerajaan di Eropa Barat lagi sibuk melawan invasi Kesultanan Turki yang ingin menguasai Eropa Barat. Selain itu Gereja St. Petrus di Vatikan mau direhab dengan gaya seni yang lagi booming pada waktu itu: gaya Rennaissance.

Kedua hal ini membutuhkan dana yang sangat besar. Pada waktu itu Gereja Katolik tidak hanya berperan sebagai pemimpin umat tapi juga pemimpin politik dan ekonomi. Punya peran secara militer membendung kekuasaan Turki.

Karena kekurangan dana, Gereja Katolik memutuskan menghimpun dana dari umat Katolik di seantero Eropa Barat dengan menjual Surat Indulgensi (Surat yg berkuasa mentransfer jiwa orang Katolik yang berada di Api Penyucian ke Firdaus).

Tampaknya penjualan surat ini dianggap penyalahgunaan wewenang oleh seorang biarawan Katolik dari Jerman, namanya Marthin Luther. Sebagai bentuk ketaksetujuannya, Marthin Luther memasang 52 dalil ketaksetujuan di depan pintu gereja di Wittenberg Jerman. Alhasil, bikin heboh orang se-Jerman.

Tulisan-tulisan Luther semakin banyak tersebar berkat penemuan mesin cetak di Guttenberg. Akhirnya tulisan Luther yang pada intinya meragukan kekuasaan Pemimpin Tertinggi Katolik Roma (Sri Paus), mengekspose korupsi dan kemunafikan di dalam gereja Katolik Roma, dan nekanin kalau masuk surga itu bukan perbuatan manusia tapi semata-mata pemberian Tuhan saja (melalui iman kepada karya penebusan Yesus Kristus di salib), bikin berang Vatikan. Inilah cikal bakal lahirnya Kristen Protestan dari dalam Gereja Katolik.

Marthin Luther dianggap musuh gereja dan seorang penyesat. Halal darahnya dibunuh kalo ketemu di jalan. Tapi Luther diselamatkan dan disembunyikan oleh seorang bangsawan Jerman yang juga sahabatnya di sebuah kastil. Di situ Luther menerjemahkan Alkitab ke bahasa Jerman. Pada masa itu Alkitab gak boleh diterjemahin ke bahasa-bahasa yang enggak suci macam bahasa Jerman, Inggris, Perancis, dsb dan harus tetap dalam bahasa Latin, bahasa religius gereja Katolik Roma.

Gerakan keagamaan yg dirintis oleh Martin Luther bikin banyak rakyat dan bangsawan Jerman memberontak dari gereja Katolik Roma dan mutusin ikatan dengan Vatikan. Kekaisaran Romawi Suci sendiri rakyatnya terbelah dan masa-masa itu terjadi banyak kerusuhan sosial di masyarakat. Tawuran antara pemeluk Katolik dan Protestan sering terjadi. Saling kafir mengkafirkan dan saling bunuh sering terjadi.

Akhirnya supaya mencegah saling bunuh membunuh, muncullah negara-kota, negara-kota otonom di Kekaisaran Romawi Suci yg dinamakan Kanton. Orang-orang Swiss dan Jerman yang Katolik tinggal di kanton terpisah dengan orang-orang-orang Swiss dan Jerman yang Protestan.

Gerakan Protestan ini gak cuman terjadi di wilayah Kekaisaran Jerman saja tapi meluas ke Perancis, Denmark, Swedia, Belanda dan Inggris sehingga bikin negara-negara yang disebutkan itu menjadi negara Protestan.

Gerakan Protestan ini membawa ide baru ke Eropa Barat, misalnya di ranah sekuler: tanggungjawab individu dihargai (cikal bakal lahirnya individualisme), melayani Tuhan bukan hanya di gereja tapi juga saat bekerja (kerja keras dan keahlian individual dihargai), seorang yang bekerja berhak menikmati hasil kerjanya (cikal bakal kapitalisme), dan lahirnya negara bangsa yang tidak lagi tunduk di bawah otoritas keagamaan.

Pada awal-awalnya gerakan Protestan ini sangat ekstrim, banyak pendukungnya yang merusak gedung ibadah gereja Katolik, menghancurkan patung-patung, dan merusak lukisan-lukisan.

Melihat hal ini Gereja Katolik melakukan perlawanan tapi bukan hanya perlawanan secara fisik melainkan budaya yang dinamakan Kontra Reformasi.

Saat kaum Protestan anti patung dan lukisan religius, gereja Katolik semakin getol mengadopsi gaya Rennaisance, Baroque, dsb dalam lukisan dan arsitektur keagamaan. Alhasil banyak warisan jaman Rennaissance dan Baroque dilestarikan di dalam bangunan gereja Katolik (seperti di Vatikan).

Karena banyak kaum Protestan yang ditindas di Eropa, akhirnya mereka melarikan diri ke Benua Amerika dan menjadi cikal bakal bangsa Amerika Serikat.

Banyak misionaris-misionaris Eropa yang mendakwah agama Kristen ke Nusantara pada abad 18 dan 19 adalah misionaris Katolik (dibawa oleh bangsa Portugis dan Spanyol) dan Protestan (dibawa bangsa Belanda, Jerman, dan Inggris). Mereka saling bersaing untuk nyebarin pengaruh di Nusantara sebagai kelanjutan Reformasi – Kontrareformasi di Eropa Barat.

Di abad 20, khususnya setelah konsili Vatikan ke 2, gereja Katolik tidak lagi bersikap frontal terhadap gereja Protestan dan berniat mencari jalan dialog dengan agama Yahudi, dan Islam, juga agama² Timur.

Begitu juga di dalam gerakan Protestan, muncul gerakan Ekumene untuk merangkul ribuan aliran Protestan dan membuka dialog dan rekonsiliasi dengan gereja Katolik. Perang agama antara gereja Katolik Roma dan Protestan selama 30 tahun adalah salah satu perang agama terburuk di dunia.

Semoga menjadi suatu pelajaran berharga bahwa nilai suatu kedamaian sangatlah mahal dan berharga.