Oh, tentu saja ada! Tidak hanya pernah ada, namun juga ternyata kasus dua negara dengan nama yang sama cukup umum terjadi. Toh, tidak ada peraturan yang menegaskan bahwa dua negara yang berbeda tidak boleh memiliki nama yang sama, kan?
Perlu diingat, dalam menjawab pertanyaan ini, saya akan sering menggunakan nama pendek dari suatu negara ketimbang nama resminya. Bedanya nama resmi dengan nama pendek adalah seperti perbedaan antara nama “Indonesia” yang merupakan nama pendek dari “Republik Indonesia”.
Hal lain yang perlu diingat adalah bahwa perbedaan bahasa dalam nama akan dimitigasikan dengan menggunakan terjemahan ke dalam Bahasa Indonesia.
Satu hal lagi, saya tidak pandai menggambar, jadi maafkan jika ilustrasinya tidak begitu bagus.
Sudah paham peraturannya? Mari kita mulai!
Republik Kongo – Republik Demokratik Kongo
Jika bingung Kongo yang mana adalah yang mana, selalu ingat bahwa Kongo dengan nama yang lebih panjang adalah Kongo yang lebih besar.
Kedua negara ini sama-sama mengemban nama “Kongo” karena pusat peradaban dari masing-masing Kongo berada di sekitar Sungai Kongo dan terbagi atas dua penjajah yang berbeda. RK adalah bekas jajahan Perancis yang bernama “Kongo Perancis” sedangkan RDK adalah bekas jajahan Belgia yang bernama “Kongo Belgia”, dan keduanya sama-sama menggunakan Bahasa perancis. DRK adalah yang pertama kali merdeka, yaitu sejak tanggal 30 Juni 1960 lalu disusul oleh RK pada tanggal 15 Agustus di tahun yang sama. Saat merdeka, keduanya sama-sama menggunakan nama panjang “Republik Kongo”, jadi selama beberapa dasawarsa, bekas Kongo Perancis disebut sebagai “Kongo-Brazzaville” sedangkan bekas Kongo Belgia disebut sebagai “Kongo-Leopoldville”. Keduanya disebut berdasarkan nama ibukota masing-masing.
Nah, nama panjang kembar ini kemudian sempat selesai ketika Kongo-Leopoldville mengganti namanya menjadi DRK di tanggal 1 Agustus 1964, meskipun nama pendeknya masih sama-sama “Kongo”. Kemudian di tanggal 31 Desember 1968, Kongo-Brazzaville ikut mengganti nama panjangnya menjadi “Republik Rakyat Kongo”, yang lagi-lagi tidak mengubah keadaan bahwa nama pendek kedua negara ini masih sama persis.
Barulah di tanggal 29 Oktober 1971, nama kedua negara tersebut akhirnya benar-benar berbeda, ketika DRK mengubah nama panjangnya menjadi “Republik Zaire”. Nama pendeknya juga ikut berubah menjadi “Zaire”. Sayangnya di tanggal 21 Mei 1997, Zaire kembali berganti nama menjadi DRK, dan jadilah kondisi di mana hingga saat ini memiliki nama pendek yang sama persis.
Kedua negara ini, dan kasus berikutnya, adalah dua kasus di dalam jawaban ini yang tidak memakai nama yang sama karena masalah klaim penerusan atas suatu entitas terdahulu dengan nama yang sama. Oh, negara nama “Kongo” bisa saja berjumlah tiga, jika Cabinda (Kongo Portugis) tidak dijadikan satu entitas yang sama dengan Angola.
Republik Guinea-Bissau – Republik Guinea – Republik Guinea Khatulistiwa
Sama seperti kasus Kongo di atas, ketiga negara Guinea ini diberi nama berdasarkan nama dari daerah “Guinea” dan terbagi oleh tiga penjajah yang berbeda. RGB adalah bekas jajahan Portugal dengan nama “Guinea Portugis”, RG adalah bekas jajahan Perancis dengan nama “Guinea Perancis”, dan RGK adalah bekas jajahan Spanyol dengan nama “Guinea Spanyol”.
Jika mereka merdeka di tahun yang sama, maka mereka bertiga kemungkinan akan mengemban nama panjang yang sama persis, yaitu “Republik Guinea”. Untungnya tidak demikian. Negara yang pertama merdeka adalah negara yang saat ini mengemban nama “Republik Guinea” itu sendiri, yaitu Guinea Perancis di tanggal 2 Oktober 1958. Wajar saja, toh dua Guinea yang lain masih belum merdeka.
Guinea yang merdeka selanjutnya adalah Guinea Spanyol di tanggal 12 Oktober 1968. Karena nama “Republik Guinea” sudah ada yang pakai, maka nama baru yang dipakai dibuat lebih spesifik menjadi “Republik Guinea Khatulistiwa”, karena RGK adalah Guinea yang paling dekat dengan garis khatulistiwa.
Nah, Guinea Portugis adalah yang paling sial, di mana negara inilah yang paling terakhir merdeka dan tidak punya fitur geografis yang cukup unik untuk dijadikan patokan. Jadi ketika Guinea Portugis merdeka di tanggal 24 September 1973, negara tersebut memakai langkah dari kembaran Kongo, yaitu menggunakan format “Negara-Ibukota”. Jadilah nama negara ini menjadi “Republik Guinea-Bissau” hingga saat ini.
Republik Korea – Republik Demokratik Rakyat Korea
Sekarang kita masuk ke dalam negara-negara bernama kembar yang muncul akibat perang ideologi. Kedua negara yang memiliki nama “Korea” di dalamnya memilih nama demikian karena keduanya sama-sama mengklaim Semenanjung Korea secara keseluruhan.
Alasan mengapa Korea terbagi menjadi dua negara yang sama-sama bernama Korea adalah karena di tanggal 15 Agustus 1945, Jepang menyerah kepada Kubu Sekutu, kemudian duo Uni Soviet dan Amerika Serikat sepakat untuk menduduki Korea secara bersamaan. Bersamaan di sini bukan berarti menduduki Korea secara utuh dan menyeluruh, melainkan dengan membagi wilayah pendudukan pada garis lintang 38° utara. Uni Soviet menduduki belahan utara, sedangkan Amerika Serikat menduduki belahan selatan.
Meski demikian, baik Uni Soviet maupun Amerika Serikat sepakat untuk memerdekakan Korea sebagai satu kesatuan dan keluar dari Korea dalam waktu lima tahun. Artinya, paling tidak ada rencana bahwa Korea akan merdeka sebagai satu negara utuh di tahun 1950.
Ingatlah tahunnya.
Nah, meskipun terlihat mulus, proses dalam memediasikan pemerintahan Korea bersatu ternyata sangat lambat, karena Uni Soviet dan Amerika Serikat mengalami ketegangan ideologis setelah Perang Dunia Kedua selesai. Sampai tahun 1948 belum ada pembahasan untuk membentuk pemerintahan Korea dari kedua kubu sama sekali.
Akhirnya Amerika Serikat secara sepihak menggelar pemilu di selatan pada tanggal 10 Mei 1948 tanpa ada konsultasi dari pihak utara sama sekali. Oleh karena itu Uni Soviet menggelar pemilu di utara pada tanggal 25 Agustus 1948 yang juga tanpa konsultasi dari pihak selatan. Awalnya kasus terbentuknya dua pemerintahan yang sama-sama mengklaim Korea tidak akan menimbulkan masalah, karena kedua pemerintahan diprediksi akan membentuk koalisi bersama, dan memang dalam dua tahun pertama tidak ada gesekan panas antara keduanya.
Kemudian Uni Soviet dan Amerika Serikat menarik pasukan mereka dari Korea, dan kedua pemerintahan Korea mulai menikmati keregangan politik.
Oh, tahun 1950 telah tiba! Waktunya Korea merdeka!
Seharusnya memang demikian, namun sayangnya kedua pemerintahan Korea belum berkonsolidasi sama sekali. Tidak masalah, yang penting adalah Korea merdeka sebagai satu kesatuan di tahun 1950, jadi pemerintahan di utara tidak berpikir dua kali untuk menyerang pemerintahan di selatan dengan dasar untuk menyatukan Korea.
Meletuslah Perang Korea di tanggal 25 Juni 1950.
Perang ini berlangsung hingga tanggal 27 Juli 1953, dan selama perang tersebut berkecamuk, tidak ada pihak yang terlihat secara jelas menang atau kalah. Awalnya pihak utara nyaris menang, dengan pihak selatan hanya tinggal tersisa Kota Busan dan sekitarnya. Kemudian Amerika Serikat dan PBB datang membantu pihak selatan sampai-sampai pihak utara terpukul mundur hingga ke perbatasan Korea-Tiongkok. Kemudian Tiongkok datang membantu pihak utara sampai akhirnya kedua kubu sepakat untuk melakukan gencatan senjata dan menyepakati garis demarkasi yang sampai sekarang masih dipakai sebagai perbatasan antara pemerintahan di utara dengan pemerintahan di selatan.
Kedua Korea sampai saat ini masih mengklaim seluruh Semenanjung Korea.
Republik Tiongkok – Republik Rakyat Tiongkok
Satu hal yang sering dilupakan masyarakat awam adalah bahwa nama “Taiwan” bukanlah nama negara. Nama tersebut adalah nama dari sebuah pulau yang dikelola oleh pemerintahan Republik Tiongkok yang juga diklaim oleh pemerintahan Republik Rakyat Tiongkok. Keduanya sama-sama mengemban nama “Tiongkok” dan keduanya saling mengklaim satu sama lain.
Alasan mengapa bisa ada dua Tiongkok kurang lebih mirip seperti mengapa bisa ada dua Korea, yaitu karena terjadinya perang sipil antara dua ideologi dalam satu negara. RRT berhaluan kiri berdasar komunisme Mao, sedangkan RT berhaluan kanan berdasar nasionalisme.
Pecahnya Tiongkok dimulai sejak Pemberontakan Wuchang, yang mengawali Revolusi Xinhai di tahun 1911, di mana pemerintahan Dinasti Qing mulai kehilangan kendali atas Tiongkok. Secara kasat mata, revolusi 1911 adalah perang sipil antara kubu nasionalis yang dikepalai oleh Sun Yat-Sen melawan kubu imperialis yang dikepalai oleh si bocah Aisin Gioro Puyi. Akan tetapi, kenyataannya tidak demikian. Perang sipil ini lebih mengarah kepada perang antara kubu tradisionalis melawan kubu revolusionis dengan bobot penentu pada kondisi Tiongkok yang sedang mengalami kelemahan politik.
Jadi yang paling menentukan pihak pemenang dari perang sipil ini bukanlah berdasarkan kubu mana yang paling kuat idealnya, namun kubu mana yang paling kuat militernya. Makanya pihak nasionalis menang melawan pihak imperialis setelah berhasil membujuk Yuan Shikai, sosok yang memiliki kekuatan militer terbesar di Tiongkok saat itu, ke dalam kubu nasionalis. Yuan Shikai mau membelot dari kubu imperialis ke kubu nasionalis karena diberi tawaran untuk dijadikan presiden jika kubu nasionalis berhasil menang.
Kubu nasionalis menang, dan Yuan Shikai diangkat menjadi presiden pertama Republik Tiongkok selepas revolusi. Meski kubu nasionalis adalah pemenang perang, dan Partai Kuomintang (KMT) yang mewakili kubu nasionalis dibentuk di bawah parlemen Yuan Shikai, Yuan sendiri tidak berhaluan nasionalis, namun lebih ke imperialis.
Ingat bahwa pemenang dari revolusi tahun 1911 adalah pihak yang paling kuat militernya? Oleh karena itu pemerintahan Yuan Shikai sangat militeristik dan otoriter, sehingga ketika dia turun tahta di tahun 1916, dan tidak ada penggantinya yang cukup kuat dalam sisi militer, semua panglima perang di Tiongkok mendirikan pemerintahan regional mereka sendiri, mengakibatkan makin pecahnya Tiongkok.
Barulah masuk ke masa di mana kubu nasionalis, selaku pemenang perang benar-benar mendirikan pemerintahannya sendiri di Guangzhou, dengan KMT sebagai basisnya. Sayangnya, KMT tidak memiliki kemampuan untuk mengalahkan puluhan panglima perang di Tiongkok, jadi mau tidak mau KMT harus mencari bantuan. Dan bantuan tersebut datang dengan aliansi Kuomintang dengan Partai Komunis Tiongkok (PKT) di tahun 1922 membentuk Front Persatuan Tiongkok.
Gabungan kedua partai tersebut berhasil menyatukan kembali Tiongkok dari tangan para panglima perang. Karena tujuan dari KMT sudah terpenuhi, maka para petinggi KMT sudah tidak memerlukan kehadiran PKT lagi. Jadi di tahun 1926, Chiang Kai-Shek selaku penerus Sun Yat-Sen, menggelar kudeta untuk membasmi simpatisan PKT di Tiongkok.
Perang sipil lagi tuh Tiongkok sampai tahun 1937 di mana kubu nasionalis dan kubu komunis kembali membentuk Front Persatuan Tiongkok demi menangkal invasi Jepang. Kali ini, kohesi antara dua kubu jauh lebih erat, di mana kedua kubu sampai merencanakan untuk membentuk pemerintahan bersatu di bawah gabungan KMT dan PKT.
Nih, karena adanya kemungkinan terbentuknya pemerintahan nasionalis dengan komunis, maka pada kasus Korea sebelumnya, baik Uni Soviet maupun Amerika Serikat sempat yakin bahwa pemerintahan dua Korea dapat bergabung.
Oke, kembali ke topik Tiongkok.
Lagi-lagi, setelah Jepang kalah perang di tahun 1945, perang sipil antara KMT dan PKT lanjut kembali. Kali ini PKT sudah paham taktik KMT, jadi kali ini PKT lebih unggul dalam perang. PKT berhasil menguasai hampir keseluruhan wilayah Tiongkok dan mendeklarasikan berdirinya Republik Rakyat Tiongkok pada tanggal 1 Oktober 1949, dan KMT terpukul mundur ke Pulau Taiwan sambil membawa pemerintahan Republik Tiongkok sampai saat ini.
RT mengklaim pemerintahan sah Tiongkok atas dasar selaku penerus dari pemerintahan Tiongkok sebelum perang sipil, sedangkan RRT mengklaim pemerintahan sah Tiongkok atas dasar kuasa efektifnya atas wilayah Tiongkok.
Sekarang kita masuk ke negara-negara yang memiliki nama kembar yang sekarang sudah tidak ada lagi.
Republik Vietnam – Republik Sosialis Vietnam
Alasan mengapa bisa ada dua Vietnam simpelnya seperti begini:
-
Terdapat dua pusat peradaban di Vietnam; Hanoi di utara dan Saigon di selatan.
-
Ketika Perang Dunia Kedua selesai, kubu komunis yang dikepalai Ho Chi Minh membentuk pemerintahan baru di kala terjadi kekosongan pemerintahan.
-
Pusat dari pemerintahan komunis ada di Hanoi, sehingga sisi selatan Vietnam berada cukup jauh dari pengaruh pemerintahan baru di utara.
-
Perancis datang kembali ke Vietnam di tahun 1946, namun mengalami perlawanan sengit di utara tapi dapat mengendalikan kebanyakan wilayah di selatan.
-
Perancis membentuk Negara Vietnam yang berpusat di Saigon untuk mengelola sisi selatan selagi Perancis mencoba untuk merebut kembali sisi utara.
-
Setelah 8 tahun bertempur, Perancis menyerah kepada utara dan sepakat untuk sementara waktu membagi Vietnam menjadi dua, di mana kubu komunis berkuasa di utara dan Perancis di selatan.
-
Negara Vietnam melakukan referendum di tahun 1955 untuk menentukan masalah reunifikasi utara dengan selatan.
-
Hasil referendum menunjukkan bahwa Negara Vietnam memilih untuk menjadi negara yang terpisah dari utara, dan mendeklarasikan kemerdekaannya sebagai Republik Vietnam.
Pemerintahan utara dan selatan sama-sama mengemban nama Vietnam, dan seperti Korea dan Tiongkok, keduanya saling mengklaim satu sama lain. Kasus ini berakhir seiring dengan berakhirnya Perang Vietnam di tahun 1975, di mana pemerintah selatan jatuh ke tangan pemerintahan utara.
Republik Demokratik Jerman – Republik Federal Jerman
Jerman terpecah menjadi dua akibat kekalahan Jerman setelah Perang Dunia Kedua. Jerman kemudian diduduki oleh empat anggota dari Kubu Sekutu; Britania Raya, Perancis, Amerika Serikat, dan Uni Soviet. Pendudukan ini bertujuan untuk mempercepat perbaikan ekonomi dan infrastruktur Jerman selepas perang, dan juga supaya Jerman tidak memiliki potensi untuk bangkit kembali.
Nah, ternyata merskipun awalnya Kubu Sekutu tidak mau Jerman meraih kembali kekuatannya, Kubu Sekutu selain Uni Soviet beralih untuk menginginkan kehadiran Jerman yang cukup kuat. Alasannya: Supaya Jerman mampu menangkal pengaruh komunisme dari Uni Soviet.
Keinginan ini tentu tidak disambut hangat oleh Uni Soviet sendiri. Akhirnya pada tahun 1948, Uni Soviet undur diri dari Dewan Kendali Sekutu, yang bertugas untuk mengelola keempat wilayah Jerman yang diduduki Sekutu. Dengan mundurnya Uni Soviet dari DKS, wilayah-wilayah Jerman yang diduduki oleh Uni Soviet akan terpisah dari wilayah-wilayah Jerman lainnya.
Akhirnya di tanggal 23 Mei 1949, wilayah-wilayah Jerman yang diduduki oleh Britania Raya, Perancis, dan Amerika Serikat digabung membentuk Republik Federal Jerman. Uni Soviet tidak mau kalah, dan kemudian mendirikan Republik Demokratik Jerman pada tanggal 7 Oktober 1949.
Keduanya mengklaim sebagai pemerintahan Jerman yang sah, dan tampil di kancah perpolitikan sebagai Jerman. Kedua Jerman kemudian kembali menjadi satu ketika RDJ (bukan RDJ yang itu ya) bergabung dengan RFJ pada tanggal 3 Oktober 1990.
Sekarang kita akan membahas kasus-kasus negara bernama kembar yang lebih tua lagi.
Kerajaan Sisilia – Kerajaan Sisilia
Nah loh bingung dah, namanya sama persis. Mengapa bisa demikian?
Jadi pada tahun 1130, Kerajaan Sisilia didirikan, dengan pusatnya yang berada di Pulau Sisilia. Kerajaan ini memiliki wilayah yang membentang dari Sisilia hingga Italia Tengah. Karena pusat pemerintahannya ada di Palermo, Sisilia, maka wajar saja jika nama kerajaannya adalah Kerajaan Sisilia.
Sayangnya, di tahun 1282, Kerajaan Sisilia diserang oleh Tahta Aragon dan kalah. Tahta Aragon mengambil Pulau Sisilia dari Kerajaan Sisilia dan kemudian menjadikan Pulau Sisilia sebagai Kerajaan Sisilia di bawah Tahta Aragon pada tahun 1302.
Bingung? Begini, Kerajaan Sisilia memiliki pusat di Pulau Sisilia. Kemudian Kerajaan Sisilia kehilangan Pulau Sisila. Meskipun kehilangan Sisilia, Kerajaan Sisilia tetap memiliki hak untuk memakai nama “Kerajaan Sisilia” karena nama tersebut adalah nama yang telah dipakai sejak berdirinya kerajaan tersebut. Di lain sisi, Tahta Aragon berhasil merebut Pulau Sisilia, dan tentu saja mendapatkan hak untuk mendirikan kerajaan bernama “Kerajaan Sisilia” atas dasar kepemilikan Sisilia.
Jadi dari tahun 1302, terdapat dua kerajaan yang bersebelahan yang sama-sama bernama “Kerajaan Sisilia”.
Kasus nama kembar ini selesai di tahun 1816 ketika kedua Kerajaan Sisilia bergabung membentuk satu kerajaan yang bernama… “Kerajaan Dua Sisilia”.
Kekaisaran Romawi Timur – Kekaisaran Romania (Biru) – Kesultanan Romawi
Hal kayak gini tidak kalah ribet.
Pada tahun 1068 terdapat sebuah kekuatan baru yang bangkit dari arah timur. Kekuatan tersebut adalah Kekaisaran Seljuk yang beretnis Turk, dan hampir selalu berhasil memukul mundur Kekaisaran Romawi Timur dari tanah Anatolia. Kemudian, di tahun 1092, Kekaisaran Seljuk terpecah, dan pecahannya yang berada di Anatolia kemudian berambisi untuk menjadi Romawi selanjutnya. Untuk menggambarkan ambisi tersebut, Sultan Kilij Arslan menamai kesultanannya sebagai Kesultanan Romawi. Kesultanan Romawi kemudian menjadi musuh bebuyutan dari Kekaisaran Romawi Timur (KRT) yang berpusat di Konstantinopel.
Maju ke tahun 1204, ketika Perang Salib Keempat baru selesai. Perang tersebut memiliki tujuan awal menginvasi Mesir untuk merebut kembali Mesir ke tangan KRT. Akan tetapi, perang tersebut melenceng dari tujuan awal, dan para tentara salib bukannya menyerang Mesir malah menyerang Konstantinopel. Konstantinopel jatuh ke tangan tentara salib, dan pemerintahan KRT di Konstantinopel direnggut oleh bangsa Eropa Barat. Orang-orang dari Eropa Barat lebih mengakui Kekaisaran Romawi Suci (kita akan bahas negara ini nanti) yang berpusat di Jerman selaku penerus sah Kekaisaran Romawi ketimbang KRT yang berpusat di Konstantinopel, oleh karena itu wilayah rebutan bekas KRT didirikan ulang sebagai Kekaisaran Romania. Meskipun begitu, Kekaisaran Romania juga mengklaim sebagai penerus dari Kekaisaran Romawi dengan menjadi pemegang pemerintahan di timur bersamaan dengan Kekaisaran Romawi Suci yang memegang pemerintahan di barat.
Meskipun KRT runtuh dan pecah, pecahannya yang berpusat di Nicea tidak pernah melepaskan nama Romawi sama sekali. Pecahan Kekaisaran Romawi di Nicea adalah penerus langsung dari KRT atas dasar kelanjutan pemerintahan yang tidak terputus. Negara ini pulalah yang nantinya berhasil mengalahkan Kekaisaran Romania dan membangkitkan kembali KRT.
Jadi di tahun 1204, terdapat empat negara yang menyandang nama Romawi, dengan tiga di antaranya berada di sekitar Anatolia dan Balkan.
Kekaisaran Romawi Timur – Kekaisaran Romawi Suci
Barulah kita bahas Kekaisaran Romawi Suci secara lebih dalam.
Kekaisaran Romawi di tahun 395 memiliki dua penerus sah; Kekaisaran Romawi Barat dan Kekaisaran Romawi Timur. KRB runtuh dengan cepat di tahun 480, menyisakan KRT sebagai satu-satunya penerus sah dari Kekaisaran Romawi.
Tidak ada yang menafikkan klaim KRT atas warisan nama Romawinya. Bahkan negara-negara bekas wilayah KRB juga mengamini gelar KRT sebagai satu-satunya penerus Kekaisaran Romawi.
Hanya saja, di tahun 797, Kaisar Konstantinus dari KRT dikudeta ibunya sendiri, Irene, sehingga tahta dari KRT dipegang oleh seorang wanita. Tentu saja ini adalah hal yang sangat ditolak oleh kebanyakan tradisi saat itu, dengan demikian tahta KRT (dan tahta Kekaisaran romawi secara keseluruhan) dianggap kosong.
Oleh karena itu, di tahun 800, Paus Leo III memandatkan untuk mendirikan kembali KRB dengan memahkotai Karel Agung sebagai Kaisar Romawi yang baru.
Eh, di tahun 802, Irene dikudeta oleh Kaisar Nikephoros, sehingga sejak tahun 802, sekali lagi terdapat dua Kekaisaran Romawi di saat yang bersamaan. Cuma ya KRS tidak mengakui klaim KRT karena tahta Kekaisaran Romawi telah dipindah dari KRT ke KRS, dan KRT tidak mengakui KRS karena KRS tidak memiliki nasab langsung dari KRB.
Kekaisaran Romawi) – Kekaisaran Romawi
Ini nih biang kerok dari nama-nama kembar tentang Romawi. Jadi di tahun 395, Kekaisaran Romawi dibagi menjadi dua. Alasannya adalah untuk mempermudah proses administratif atas wilayah Kekaisaran Romawi yang terlalu besar untuk dikelola. Jadi Kekaisaran Romawi dibagi menjadi dua bagian, dengan bagian barat berbasis budaya Latin sedangkan bagian timur berbasis budaya Yunani.
Oh, meskipun kita dari tadi menyebut kedua penerus Kekaisaran Romawi menggunakan kata “Barat” dan “Timur”, kenyataannya kedua kekaisaran penerus Kekaisaran Romawi memiliki nama… “Kekaisaran Romawi”. Tidak ada embel-embel barat atau timur sama sekali.
Bahkan meskipun keduanya digadangkan sebagai penerus Kekaisaran Romawi, keduanya tidak memiliki permusuhan sama sekali. Mereka berdua sama-sama mengakui klaim masing-masing, karena keduanya dibentuk dari dua bagian Kekaisaran Romawi pada dua belahan yang berbeda. Tidak seperti banyak kasus sebelumnya yang mana kedua belah pihak saling beradu klaim atas diri mereka masing-masing.
Jadi meskipun keduanya terpisah secara legal, di mata kedua Kekaisaran Romawi, mereka tetaplah dua bagian dari satu Romawi.
Keberadaan dua Romawi berakhir ketika KRB runtuh di tahun 480.
Jadi demikianlah kasus-kasus dua negara atau lebih yang memiliki nama yang sama secara bersamaan. Semoga membantu dan menambah wawasan.