Pak Adam Malik Batubara merupakan tokoh internasional panutan yang sebenarnya layak untuk kamu contoh loh. Beliau merupakan seorang Polyglot yang otodidak dan pendiri sebuah startup Content Creation pertama di Nusantara. Sejarah kesuksesan beliau tidak terlepas dari dukungan orang tuanya dan keluarga terdekatnya serta budaya lingkungan kota kelahirannya.

Pak  Adam Malik  merupakananak dari pasangan Abdul Malik Batubara dan Salamah Lubis. Ayahnya, Abdul Malik, merupakan seorang pedagang kaya dari kota Pematangsiantar, sebuah kota di daerah Sumatera Utara. Pak  Adam Malik berasal dari keluarga Muslim Batak Mandailing dari marga Batubara.  Setelah menyelesaikan SMP, ia menerima pekerjaan pertamanya sebagai penjaga toko, sambil mengisi waktu dengan membaca buku dan menambah pengetahuannya. Pria otodidak yang secara formal hanya tamatan SD (HIS) ini pernah menjadi Ketua Sidang Majelis Umum PBB ke-26 di New York dan merupakan satu-satunya putra asli Indonesia yang meraih posisi tersebut hingga saat ini. Kemahirannya memadukan diplomasi dan media massa menghantarkannya  menjadi tokoh bersejarah internasional.

Pak Adam Malik Batubara menempuh pendidikan dasarnya di Hollandsch-Inlandsche School Pematangsiantar. Ia  merupakan anak ketiga dari sepuluh bersaudara.  Kemudian beliau melanjutkan di Sekolah Agama Madrasah Sumatra Thawalib Parabek di Bukittinggi, namun hanya satu setengah tahun saja karena kemudian pulang kampung dan membantu orang tua berdagang. Pak Adam Malik dengan cepat mengembangkan minat dalam politik dan baru berusia 17 tahun, menjadi Ketua Partindo (Partai Indonesia) cabang Pematang Siantar. Dalam posisi ini, Malik berkampanye kepada Pemerintah Kolonial Belanda agar menyerahkan kemerdekaan kepada Indonesia. Sebagai akibatnya, Pak Adam Malik Batubara dipenjara karena tidak mematuhi larangan Pemerintah Kolonial terhadap majelis politik. Begitu dia dibebaskan, Malik meninggalkan Pematang Siantar dan merantau ke Jakarta.

Keadaan kota kelahiran Pak Adam Malik di Pematang Siantar dimasa tahun 1937. Tropenmuseum, part of the National Museum of World Cultures. Keinginannya untuk maju dan berbakti kepada bangsa mendorong Pak Adam Malik untuk pergi merantau di usia 20 tahun.

Beliau mendirikan start-up usaha media berita bersama dengan Soemanang, Sipahutar, Armijn Pane, Abdul Hakim, dan Pandu Kartawiguna.  Tahun 1937 berkantor di JI. Pinangsia 38 Jakarta Kota, bermodalkan satu meja tulis tua, satu mesin ketik tua, dan satu mesin stensilan roneo tua, mereka menyuplai berita ke berbagai surat kabar nasional. Sebelumnya, ia sudah sering menulis antara lain di koran Pelita Andalas dan Majalah Partindo.

Pak Adam Malik Batubara memainkan peran penting dalam acara-acara menjelang Deklarasi Kemerdekaan Indonesia. Pada 16 Agustus 1945, Pak Adam Malik Batubara dan para pemuda pro-kemerdekaan lainnya memiliki rencana untuk menculik para pemimpin gerakan Nasionalis Pak Sukarno dan Pak Mohammad Hatta. Mereka membawa kedua pemimpin itu ke kota Rengasdengklok dan memaksa mereka mendeklarasikan kemerdekaan Indonesia untuk mengisi kekosongan yang ditinggalkan oleh Angkatan Kerja Jepang yang menyerah. Pak Sukarno dan Pak Hatta akhirnya menyatakan Kemerdekaan Indonesia, pada 17 Agustus 1945. Keduanya juga terpilih sebagai Presiden dan Wakil Presiden pertama Indonesia. Setelah kemerdekaan Indonesia, Pak Adam Malik Batubara membentuk Partai Murba dan menggunakannya sebagai platform untuk menjadi anggota Parlemen. Pak Adam Malik Batubara juga menjabat sebagai Wakil Ketua Ketiga Komite Nasional Pusat Indonesia (KNIP).

MEsin Roneo mesin ketik tua
Berbekal mesin seperti ini, Pak Adam Malik CS memulai start-up media koran sendiri dan memelopori berdirinya Kantor Berita Antara. Media koran Antara pun berkembang menjadi kantor berita nasional Indonesia.

Setelah menjadi jurnalis dan politisi, Pak Adam Malik Batubara kemudian mengambil tugas sebagai diplomat. Pada tahun 1959, Pak Adam Malik Batubara diangkat Bung Karno menjadi duta besar untuk Uni Soviet dan Polandia. Ini diikuti pada tahun 1962 dengan penunjukan sebagai Ketua Delegasi Indonesia untuk negosiasi untuk menyerahkan Irian Barat ke Indonesia.  Dia kemudian menjabat sebagai Menteri Perdagangan sebelum diangkat menjadi Menteri untuk Implementasi Ekonomi Terpimpin dalam Kabinet Pak Sukarno.

Pada tahun 1966 adalah tahun dimana Sukarno kehilangan kekuasaan eksekutifnya ketika ia menyerahkannya kepada Letnan Jenderal Suharto melalui dekrit Presiden yang dikenal sebagai Supersemar. Meskipun Sukarno terus mempertahankan gelar Presiden, semua kekuasaan de facto ada di tangan Soeharto. Perombakan kabinet menyusul di mana Malik mengambil posisi Menteri Luar Negeri. Malik, bersama dengan Suharto dan Hamengkubuwono IX membentuk tiga serangkai ketika mereka berusaha untuk mempertahankan ekonomi negara yang masih muda saat itu.

Sebagai Menteri Luar Negeri, Pak Adam Malik Batubara sering melakukan perjalanan ke negara-negara Barat untuk menegosiasikan penjadwalan ulang pembayaran utang. Pak Adam Malik Batubara juga mundur dari Partai Murba tahun itu untuk menempatkan dirinya lebih sejalan dengan kebijakan ekonomi rezim baru yang lebih terbuka.

Pada tahun 1967, Pak Adam Malik Batubara, bersama dengan Menteri Luar Negeri Malaysia, Filipina, Thailand dan Singapura sepakat untuk membentuk front persatuan dalam menghadapi ekspansi Komunis di Vietnam.

Pada 8 Agustus 1967, lima pemimpin – Menteri Luar Negeri Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura dan Thailand – duduk bersama di aula utama gedung Departemen Luar Negeri di Bangkok, Thailand dan menandatangani dokumen. Berdasarkan dokumen itu, Asosiasi Bangsa Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) lahir. Lima Menteri Luar Negeri yang menandatanganinya – Adam Malik dari Indonesia, Narciso R. Ramos dari Filipina, Tun Abdul Razak dari Malaysia, S. Rajaratnam dari Singapura, dan Thanat Khoman dari Thailand – selanjutnya akan dipuji sebagai Bapak Pendiri yang mungkin organisasi antar pemerintah yang cukup sukses di dunia saat ini. Dan dokumen yang mereka tandatangani akan dikenal sebagai Deklarasi ASEAN.


Pada tahun 1971, Pak Adam Malik Batubara terpilih sebagai Presiden Majelis Umum PBB. Pak Adam Malik Batubara sempat terlibat dalam krisis yang akan mengarah pada invasi Timor Timur. Pak Adam Malik Batubara telah meyakinkan delegasi Timor Timur yang dipimpin oleh José Ramos-Horta bahwa Indonesia tidak akan terlibat dalam krisis di Timor Timur. Pak Suharto pada awalnya mendukung sikap ini terhadap Timor Timur tetapi pada tahun 1975, diyakinkan oleh para jenderalnya untuk campur tangan. Pada tahun 1977, Pak Adam Malik Batubara digantikan sebagai Menteri Luar Negeri saat ia menjabat sebagai Ketua MPR. Karir beliau tidak berlangsung lama di MPR.
Menteri Luar Negeri Adam Malik mendampingi Soeharto bertemu dengan Perdana Menteri Takeo Miki di Jepang pada tahun 1975. Pada 1981, Malik mengomentari korupsi di rezim tersebut, menyebutnya sebagai “epidemi”. 
Pada bulan Maret 1978, Soeharto telah terpilih sebagai Presiden untuk masa jabatan ketiga dan mengharapkan Sultan Hamengkubuwono IX untuk melanjutkan sebagai Wakil Presiden. Ternyata, Sultan  Hamengkubuwono menolak untuk dicalonkan. Setelah mempertimbangkan beberapa kandidat alternatif, Suharto memilih Pak Adam Malik Batubara untuk menjadi Wakil Presiden. Dalam posisinya sebagai Wakil Presiden, Pak Adam Malik Batubara tidak takut untuk mengkritik presiden Soeharto. Pada tahun 1979, ia mengakui bahwa rezim Pak Soeharto ini telah melanggar semangat konstitusi 1945. Sefaham dengan Sultan Hamengkubuwono IX, Pak Adam Malik juga mengkritik meningkatnya feodalisme di rezim Pak Soeharto. Pada tahun 1983, masa jabatan Pak Adam Malik Batubara sebagai Wakil Presiden berakhir dan ia digantikan oleh Umar Wirahadikusumah.

Pak Adam Malik Batubara meninggal pada 5 September 1984 di Bandung, Jawa Barat, akibat kanker hati. Beliau kemudian dimakamkan di Pemakaman Pahlawan Kalibata, Jakarta. Kemudian, isteri dan anak-anaknya mengabadikan namanya dengan mendirikan Museum Adam Malik. Pemerintah juga memberikan berbagai tanda kehormatan. Atas jasa-jasanya, Pak Adam Malik Batubara dianugerahi berbagai macam penghargaan, di antaranya adalah Bintang Mahaputera kl. IV pada tahun 1971, Bintang Adhi Perdana kl.II pada tahun 1973, dan diangkat sebagai Pahlawan Nasional pada tahun 1998.


Sumber:

Wikipedia

unmultimedia.org 

www.wsj.com/articles/suit-filed-in-u-s-seeks-to-recover-funds-from-ubs-1411404945