Tidur merupakan salah satu cara yang tepat untuk melepas lelah sekaligus meningkatkan fungsi otak. Hal tersebut tak hanya berlaku untuk orang dewasa, tapi juga berlaku untuk anak-anak. Namun, beberapa anak-anak mengalami gangguan tidur atau tidur dengan kualitas yang rendah. Hal ini tak jarang membuat anak rewel dan membuat kedua orang tua merasa kewalahan. Tak hanya itu, kondisi tersebut juga bisa berpotensi mengganggu kesehatan dan menghambat pertumbuhan anak.
Ahli gizi medik Saptawati Bardosono menjelaskan bahwa tubuh anak membutuhkan hormon pertumbuhan yang biasanya dihasilkan tubuh antara pukul 22.00 hingga 24.00. Di waktu tersebut, nutrisi yang telah dikonsumsi akan dimanfaatkan untuk pertumbuhan anak menjadi anak yang bahagia, kreatif, mampu mengikuti pelajaran dengan baik, dan memiliki konsentrasi tinggi.
“Jadi kalau tidur itu, kalau kita bilang 8 jam itu tidak termasuk jam tidur siang. Yang kita inginkan tidur malam. Tidur malamnya harus nyenyak dan tidur nyenyaknya itu mulai dari jam 8 malam, kita harapkan itu untuk anak kecil di bawah 5 tahun, bisa 10 jam,” ujar Saptawati Bardosono. “Sehingga dengan nyenyak itu antara pukul 10 sampai jam 12 malam, hormon pertumbuhannya akan keluar. Makanan yang dia makan sore sampai malam itu dimanfaatkan betul untuk pertumbuhan dia.”
Beberapa hal pun bisa menjadi faktor tidur anak tidak nyenyak. Misalnya, kondisi perut anak yang tidak kenyang dan membuatnya bangun di malam hari. Namun, kenyang yang dimaksud tidak hanya sebatas makanan tapi juga kenyang bermain dan bersosialisasi dengan orang tua maupun lingkungan sekitarnya.
“Jadi anak tidurnya enggak nyenyak itu banyak faktornya. Salah satunya dia enggak kenyang. Kenyang itu artiannya dia dapat makanan yang lengkap selama sehari, dia merasa puas mendapatkan nutrisi dari makanan, dia akan nyenyak tidurnya. Kenyang itu tidak hanya makanan ya, kenyang juga main, bersosialisasi dengan orang tuanya,” kata Saptawati.
Saat anak tidak merasa ‘kenyang’, maka hal tersebut dapat menganggu tidurnya. Anak bisa terbangun di malam hari bahkan bisa tidur sambil berjalan atau sleep walking yang dapat mengurangi jam tidurnya. Padahal, idealnya, anak tidak terbangun sama sekali di malam hari dan membuat hormon pertumbuhannya dapat bekerja secara maksimal.
“Apalagi kalau tidur sambil jalan, itu enggak nyenyak. Jadi berapa kali dia terbangun di malam hari itu merupakan hal yang mengganggu pertumbuhannya. Kalau sebentar-sebentar bangun otomatis hormon pertumbuhan tidak keluar. Begitu dia bangun, dia pun perlu waktu untuk tidur lagi. Jadi jumlah jam tidurnya akan berkurang,” tandas Saptawati.
source: aura, Tempo