Kisah hidup Prof. Dr. Ing. H. Bacharuddin Jusuf Habibie, FREng (lahir di Parepare, Sulawesi Selatan, 25 Juni 1936; umur 81 tahun) memang sudah banyak menginspirasi orang Indonesia. Presiden Republik Indonesia yang ketiga sekaligus mantan kepala BP Batam periode 1978-1998 ini menggantikan Soeharto yang mengundurkan diri dari jabatan presiden pada tanggal 21 Mei 1998.
Sejak berumur lima tahun silam, Bacharuddin Jusuf Habibie kerap terpesona jika melihat karya manusia. Entah itu alat transportasi seperti sepeda, mobil, sampai prasarana transportasi seperti jembatan dan sebagainya. Diam-diam dalam benaknya selalu bertanya-tanya mengapa, sebab, dan bagaimana bisa terjadi. Pertanyaan itu terus meneror kesadarannya, hingga mendorong dirinya menjadi manusia dengan rasa keingintahuan yang tinggi.
Beliau kerap bertanya tentang apapun di luar sepengetahuannya. Kepada siapa pun di dekatnya, dia selalu bertanya. Hingga tiba saat ayahnya mulai bosan pada hobi bertanya Habibie. Akhirnya ayahnya membelikan buku. Dari sanalah jawaban atas berbagai pertanyaan dijelajahinya.
Namun pertanyaan-pertanyaan akhirnya berkembang menjadi kompleks dan meningkat jumlahnya. Sehingga kebiasaan saya bertanya sudah sampai pada tingkat mengganggu kesibukan orang tua dan guru saya, kenang BJ Habibie seperti dikutip dari buku Biografi Bacharuddin Jusuf Habibie; Dari Ilmuwan ke Negarawan sampao Minandito, A Makmur Makka.
BJ Habibie terpaksa mencari sendiri jawabannya dalam buku. Kebiasaan yang demikian menjadikan saya sebagai kutu buku. Akibatnya dia sering menghabiskan waktu untuk menyendiri untuk terus beranalisis, tak berhenti berpikir.
Untuk mendapatkan jawaban yang memuaskan, saya selalu didampingi oleh guru pribadi yang setia, yaitu otak saya! Ibu, ayah, keluarga, guru sekolah, guru besar di universitas, para ilmuwan, dan sebagainya saya anggap sebagai pembantu guru pribadi saya saja, ucapnya.
Bukan hanya kebiasaan bertanya, Habibie berani konsisten dalam memanajemen waktunya. Dia hanya membutuhkan waktu untuk tidur sebanyak lima jam saja. Sedangkan waktunya dua jam dipergunakan untuk salat. Satu setengah jam untuk rutinitas membaca Yasin dan Tahlil. Kemudian dua jam untuk berenang dan mandi. Sedangkan tiga jam dihabiskan untuk makan. Tiga jam lainnya ia manfaatkan untuk berbincang dengan para tamunya. Sehingga sisanya sebanyak tujuh setengah jam, dipergunakannya untuk membaca atau menulis.
Selain itu, BJ Habibie selalu mengingatkan bahwa kekuatan rantai ditentukan oleh keunggulan mata rantai terlemah. Kesimpulannya ialah, kualitas suatu produk ditentukan oleh mutu tiap detail. Sebab kualitas karya dan kualitas kerja ditentukan oleh kualitas rinci. Maka dari itu berpikirlah secara rinci dan positif. Di sisi lain BJ Habibie selalu ingin menjadi pribadi kreatif dan inovatif.
BJ. Habibie juga dikenal Karena kemampuan dan keahliannya Dalam berbahasa asing. Beliau memang memiliki latarbelakang blasteran Bugis Dan Jawa, namun dengan dukungan orangtua Dan kemauannya Yang keras mantan ketuaan BP Batam inipun mampu menguasai beberapa Bahasa asing sekaligus. Kegiatan hobi membaca buku Dalam berbagai bahasa. Dari Bahasa inggris dan Jerman pun telah sukses membuka pintu beasiswa dan pekerjaan baginya Di Europa. Lalu bagaimana dengan dirimu? Bisakah generasi muda indonesia meniru Dan mengikuti kesuksesan beliau? Persiapkanlah masadepan mu dari sekarang dengan belajar Bahasa asing seperti jepang, Jerman Dan Inggris hanya Di www.Fortuner.id