Lembaga pendidikan Jerman sejak lama terkenal dengan para insinyur dan ilmuwan berkualifikasi tinggi. Resepnya sederhana. Selain teori, mahasiswa juga banyak melakukan praktek kerja.
Lembaga pendidikan Jerman sejak lama terkenal dengan para insinyur dan ilmuwan berkualifikasi tinggi. Padahal konsep pendidikan di Jerman cukup sederhana. Selain teori, mahasiswa juga banyak melakukan praktek kerja, seperti halnya mahasiswa jurusan Teknik Penerbangan dan Luar Angkasa di universitas RWTH Aachen.
Dunia ibaratnya berada di kaki para mahasiswa ini. Mereka melayang dengan tenang di langit. Menganalisa emisi gas buangan dari mesin jet dalam laboratorium dengan standar keamanan tinggi. Atau membuat satelit dan meluncurkannya ke orbit bumi. Semua itu bisa dilakukan dari Universitas Teknik Terapan Aachen.
Desain dan praktek
Di pagi hari, ada jadwal khusus bagi pria dan perempuan yang berniat membuat desain pesawat masa depan. Selama dua pekan itu terbang melayang mendominasi jadwal pelajaran. Ini lahan baru bagi para mahasiswa di bidang teknik aerospace.
Bernama lengkap Technische Universität Darmstadt, popularitas lembaga pendidikan yang didirikan tahun 1877 ini mencuat berkat program sains, teknik dan matematika. Belakangan TU Darmstadt juga mencatat ranking terbaik untuk jurusan teknologi informasi.
Peter Dahmann memimpin kelas terbang. Pilot dan instruktur terbang ini menyadari antusiasme sejumlah relawan yang membantunya. Pekerjaan berdasarkan kesukaan, yang harus dilakukan dengan konsentrasi tinggi.
Semua pesawat dicek secara teknis, oleh karena itu pesawat yang akan digunakan para mahasiswa ini juga dicek. Teknologi penting, team work juga penting. Tujuan utama sekolah musim panas adalah untuk meningkatkan “soft skills”, baik secara teknis maupun sosial.
Prof. Peter Dahmann dosen pembimbing kelas terbang mengatakan: “Praktek pada sekolah musim panas juga berfungsi agar teori mekanisme penerbangan bisa dirasakan langsung. Benar-benar duduk dalam cockpit, bergerak bebas dalam tiga dimensi dan mendapat pengalaman mengendalikan segalanya. Untuk itu pesawat layang ideal dan kita melakukannya di sini.”
Seorang mahasiswa dan seorang instruktur menaiki pesawat yang beratnya 400 kilogram. Di sini, mahasiswa akan merasakan situasi yang tidak bisa diperoleh dari simulasi.
“Awalnya saya mengecek segalanya. Kami sangat berkonsentrasi dan harus menyiapkan diri dengan berbagai hal, yang bisa terjadi. Awalnya tidak lancar tapi cepat, dan tiba-tiba orang sudah di udara, ” ujar Johannes Jahnke mahasiswa TH Aachen yang ikut praktek selama musim panas.
Pengalaman praktek untuk profesi
Di menara pengontrol, petugas mengatur lalulintas udara dan berhubungan lewat radio dengan pilot. Ujicoba, tiga pesawat akan berada di udara pada saat bersamaan. Peter Dahmann menjadi pilot pesawat baling-baling, yang akan menarik pesawat layang hingga ketinggian 600m. Pesawat lepas landas dengan selisih 10 menit.
Jika kondisi udara baik, pesawat bisa terbang hingga 4 jam. Dari rumus matematika menjadi pengalaman praktis. Kekuatan 2 dan 3G dan gerakan 3D di udara, yang dialami secara langsung.
Nico Hoch, mahasiswa yang ikut ambil bagian dalam praktek kerja itu mengatakan : “Tidak ada batasan. Orang terbang tiga dimensional, dan sangat mengesankan untuk mengalaminya. Bagaimana sebuah pesawat bereaksi, jika misalnya orang mengarahkannya dengan kendali di bagian sayap? Benar-benar istimewa.
Para mahasiswa mendapat dua keuntungan sekaligus. Mereka mendapat pengalaman bagaimana rasanya terbang. Dan meningkatkan peluang untuk dipekerjakan di perusahaan, yang lebih memprioritaskan insinyur aerospace yang punya pengalaman terbang.
Sumber:
DW