Tempe atau tempe adalah produk kedelai tradisional Indonesia, yang dibuat dari kedelai yang difermentasi. Ini dibuat oleh proses fermentasi yang dikultur dan dikontrol secara alami yang mengikat kedelai menjadi bentuk kue.
Olahan tempe asal Indonesia akan laris manis di Amerika Serikat saat pandemi corona. Pasalnya, penjualan daging alternatif di negara Adidaya tersebut meningkat 53 persen pada periode April-Mei 2020.
Konsul Jenderal (Konjen) Republik Indonesia di New York Arifi Saiman mengatakan pandemi covid-19 memengaruhi rantai pasok daging hewan di negara itu sehingga mendongkrak produk vegetarian.
“Alternatif meat ini salah satunya adalah tempe, mengalami kenaikan yang ajeg dan signifikan sampai proyeksi 2025,” kata Arifi dalam webinar bertajuk ‘Potensi Bisnis Indonesia-AS’, Jumat, 17 Juli 2020.
Menurutnya keberadaan tempe mudah ditemui di kios vegetarian AS dengan berbagai jenis olahan. Karena itu, momentum tersebut perlu disambut pelaku usaha dalam negeri dengan menggenjot ekspor tempe.
“Ini kekuatan kita karena yang bisa buat tempe ada Indonesia. Perlu ada perhatian dari Pemerintah Indonesia,vegan grocery shop di AS tempe ada di sana dan ini potensi yang bisa kita manfaatkan, jangan sampai lepas,” ungkapnya.
Lebih lanjut, ekspor tempe bisa mendapatkan nilai tambah melalui industrifood processing dancold storage. Peluang ini sejalan dengan kebijakan Presiden AS Donald Trump yang ingin produk pertaniannya dibeli sebagai prasyarat perdagangan internasional. Misalnya memanfaatkan kedelai premium produksi petani AS untuk industri tempe dan diekspor kembali ke negara itu.
“Kita impor kedelai untuk tempe kemudian bisa dibuat untuk keperluan burger, sosis dan produk yang mudah diolah di AS. Strategi pemenangan pasar sama denganfrozen seafood yakni dengan meningkatkan nilai tambah,” pungkasnya.