Hasil perang tentu dipengaruhi oleh faktor. Tidak hanya finansial tapi juga personil, manajemen, propaganda, politik, ekonomi, ideologi, propaganda, mesin perang, iptek, hubungan luar negeri, strategi, logistik, informasi dan masih banyak hal lagi. Aku jelaskan sebab-sebab kekalahan Kuomintang yang selanjutnya kusingkat KMT setahuku saja ya.
Dari sudut pandang KMT :
1. Pejabat KMT terkenal korup
Dalam game Heart of Iron 4 dan ada kubu KMT di sana. Korupnya pejabat KMT itu ternyata juga muncul di game ini. Buset. Bahkan sampai masuk game. Korupnya sampai ke ubun-ubun. Rakyat sangat benci ke pemungut pajak sampai menjulukinya dengan blood-sucking devils. Hmm, mungkin maksudnya vampir yang loncat-loncat itu ya? Namanya Jiangshi kalau gak salah. Jadi, bukan tidak mungkin kalau beberapa persen bantuan finansial dari USA dicuri oleh pejabat-pejabatnya. Mereka juga sering menjual makanan dan amunisi untuk keuntungan pribadi. Padahal sebenarnya ini jatah tentara.
2. Kondisi ekonomi yang buruk
KMT sudah cukup pusing menghadapi perang tiga pihak di tanah Cina. Selain melawan golongan komunis, mereka juga harus menghadapi Kekaisaran Jepang. Tentu saja peperangan ini menghambat rekonstruksi ekonomi Cina. Menghimpun dana dan sumber daya untuk perang lebih diprioritaskan daripada perut rakyat. Pajak yang berat, utang negara yang besar, inflasi, pengangguran, kekurangan pangan dan krisis-krisis ekonomi yang lainnya menjadi hal yang umum di waktu itu. Sehingga rakyat tidak percaya pada rezim KMT.
3. Hubungan pemerintah dan rakyat tidak berjalan dengan baik.
Propaganda KMT masih kurang mantap untuk menumbuhkan semangat juang penduduk demi memenangkan perang melawan komunisme. Karena masalah ekonomi yang disebutkan di poin kedua, rakyat dan media memprotes rezim Chiang Kai Sek. Mereka ingin perang saudara ini segera berakhir dan membentuk pemerintah dimana kaum nasionalis dan komunis bersatu menjalankan negara bersama. Apa yang didapat oleh tokoh-tokoh yang memprotes pemerintah? Sikap represif dari pemerintah dan yang terparahnya sampai pembunuhan. Mereka lebih tertarik dengan bisnis-bisnis besar daripada penderitaan rakyat kecil.
4. Manajemen militer yang jelek
Kepemimpinannya sangatlah buruk karena tidak terkoordinasi dengan baik dengan markas pusat. Bahkan jalur logistiknya sangat tidak bisa diandalkan dan tidak memadai. Ditambah lagi logistiknya juga dikorupsi oleh pejabat-pejabat tak tahu diri. Hanya sedikit orang-orang yang benar-benar punya tekad bertempur demi rezim nasionalisnya Chiang Kai sek. Sebagian besar orang yang bergabung ke tentara nasionalis merasa terpaksa. Bisa karena diancam atau entah bagaimana. Bahkan ada yang diculik oleh militer. Ditambah lagi pelatihan, seragam dan makanan yang mereka dapatkan sangat tidak layak.
“Bagaimana cara mendisiplinkan mereka?”
“BEAT THEM!!!”
“Bagaimana cara agar mereka tidak kabur?”
“TIE THEM!!!”
Maaf ya, ini tentara atau segerombolan domba sih? Inilah salah satu sebab kekalahan kubu nasionalis. Para tentara tidak diperlakukan dengan baik. Selain itu juga kurang motivasi. Desertir, menyerah kalah dan bahkan berkhianat ke komunis seolah menjadi biasa di lingkungan militer kaum nasionalis.
Sekarang mari kita lihat dari sudut pandang komunis Cina
1. Propaganda yang kena di hati
Propaganda kaum komunis berhasil memanfaatkan semua kekacauan kubu nasionalis. Demi mendapatkan hati di kaum rakyat jelata, Mao punya slogan khusus.
“Bagaimana dengan slogan ‘pertempuran demi Cina’?” tanya teman Mao.
“Jangan. Kurang kena di hati,” jawab Mao, “Aku mengusulkan, pertempuran demi hati dan pikiran rakyat jelata.”
2. “COMMUNIST GIVEAWAY”
Setiap kaum komunis berhasil menguasai daerah, kader Mao mulai bekerja. Mereka mengadakan rapat perjuangan. Rakyat jelata dan buruh yang tidak punya lahan atau punya lahan yang kecil bertemu dengan tuan tanah yang kaya. Tuan tanah yang kaya ini dipaksa untuk mengakui perlakuan buruk mereka ke orang miskin. Dipaksa seperti apa? Biasalah kekejaman ala-ala komunis. SIKSA!! PUKUL!! BUNUH!!!
Para kader Mao kemudian menghapus semua utang, mendistribusikan tanah dan semua properti milik tuan tanah ke rakyat dan buruh yang miskin. Mao sendiri menghapuskan sistem tuan tanah tradisional dan mengubahnya dengan kepemimpinan ala komunis yang dikontrol langsung oleh Partai Komunis Cina. Lumayan, dapat tanah dan properti gratis.
Para tuan tanah baru ini pun mikir, “Kalau kaum nasionalis menang, tanah dan properti yang yang baru gw dapetin ini bakal hilang.”
Akhinya, mereka mendukung tentara Mao dengan makanan, transportasi dan tentara. Sebagian besar dari mereka tidak peduli tentang komunis-komunisan. Tapi kini mereka ada yang harus perjuangkan
Mao berkata, “Ayo yang mau ikut giveaway tanah dan properti! Syaratnya cuma dukung aku aja, kok.”
Rakyat bersorak-sorai bergembira, “HORE!!! GIVEAWAY!!!”
3. People Liberation Army lebih niat dari tentara nasionalis
People Liberation Army atau biasa disingkat dengan PLA kondisinya lebih baik daripada tentara nasionalis. Di awal perang, jumlah PLA memang lebih sedikit daripada tentara nasionalis. Tapi PLA lebih unggul di sisi manajemen dan koordinasi militernya. Pemimpinnya mantap dan ahli gerilya. PLA mampu bergerak cepat untuk menyerang tentara nasionalis yang lebih besar tapi koordinasinya buruk.