Mengawetkan mayat memang sudah menjadi hal yang biasa dan umum di lakukan di masyarakat, tidak hanya negara Barat dan Timur Tengah yang melakukanya. Bahkan di Indonesia, tepatnya di Toraja. Ada adat mengawetkan mayat. dan setiap 3 tahun sekali akan ada tradisi Maknene yaitu mengganti pakaian mayat-mayat yang sudah diawetkan tersebut. Tapi apa jadinya kalau yang diawetkan hanya bagian kepala nya saja, apalagi tujuan pengawetan adalah untuk penelitian? Mengerikan gak sih?
Pengawetan kepala di dalam tabung kaca ini dilakukan kepada Diogo Alves seorang laki-laki kelahiran Spanyol yang juga dikenal sebagai pembuhun berantai yang dingin. Kepala nya saat ini masih tersimpan di Fakultas Kedokteran, Universitas Lisbon. Kenapa kepala si pembunuh berdarah dingin ini bisa diawetkan dan disimpan di sana sampai sekarang, yuk cekidot kita ulas sejarah dan fakta dibaliknya.
Siapa Diogo Alves? Yang Kepalanya Diawetkan Di Dalam Toples Kaca?
Diogo Alves sebelum mendapat julukan sebagai “The Aquadect Murder” (Pembunuh Saluran Air), dulunya Diogo Alves merupakan seorang petani muda di kampungnya, namun saat usianya menginjak 19 tahun, ia mulai bekerja di Lisbon. Dan karena kinerjanya yang bagus ia diangkat menjadi pelayan oleh keluarga kaya di Lisbon. Namun sejak itu ia jadi memiliki kebiasaan buruk yaitu suka berjudi dan minum-minuman keras. Karena kedua hobi buruknya ini, Diogo mulai melakukan tindak kriminal awalnya hanya suka mencuri dan memalsukan kunci-kunci apapun. Namun tepatnya tahun 1836 Diogo Alves mulai melakukan pembunuhan.
Berapa Korban Diogo Alves ? Dan Dimana Pembunuhan Dilakukan?
Dalam jangka waktu 4 tahun, dari tahun 1836-1840, Diogo telah membunuh 70 orang. Gila bukan ! pantas saja Diogo dikenal sebagai pembunuh berdarah dingin kala itu. Korban pertama Diogo adalah seorang pejalan kaki miskin, setelah dirampok korban ditutup matanya dan diseret ke puncak saluran air. Lalu dilempar dari puncak saluran air. Padahal ketinggian saluran air ini mencapai 65 meter, bayangkan saja siapapun yang dilemparkan dari atas saluran pasti langsung mati seketika. Sejak saat itu Digo terus melakukan aksi perampokan dan pembunuhan, tempat pembunuhan selalu samitu di area saluran air.
Kenapa Butuh Waktu Lama Bagi Pemerintah Menangkap Diogo?
Walaupun sudah banyak mayat ditemukan di saluran air, pemerintah berpikir bahwa mayat-mayat tersebut adalah korban bunuh diri akibat krisis ekonomi dan politik akibat Revolusi Liberal sejak tahun 1820. Jadi pemerintah berpikir mayat-mayat tersebut adalah orang-orang yang mengakhiri hidupnya karena putus asa akibat keadaan ekonominya.
Pada tahun 1840 Tertangkapnya Diogo Alves.
Karena mayat semakin sering ditemukan di saluran air, masyarakat menjadi takut untuk pergi ke saluran air hingga akhirnya pemerintah menutup area saluran air tersebut sebagai upaya agar tidak ada yang mengakhiri hidup disana lagi. Upaya ini ternyata membuat Diogo kebingungan karena tempat membunuh satu-satunya telah ditutup. Dan Diogo akhirnya membuat geng kriminal untuk merampok rumah dan membunuh seisi orang didalamnya. Tapi tak berlangsung lama, Diogo ditangkap polisi dan dan dijatuhi hukuman mati.
Kepala Diogo Diawetkan Untuk Penelitian.
Saat Diogo Alves dijatuhi hukuman mati tepatnya pada tahun 1841, study ilmu frenologi tengah menjadi bidang study yang sangat populer. Untuk sekilas info ilmu frenologi adalah ilmu yang mendukung gagasan bahwa otak menyimpan semua aspek kepribadian seseorang, termasuk jika kriminal itu bisa diraba, dirasakan dan diukur pda tengkorak seseorang.
Oleh karena itu, tepat sekali, kepala Diogo Alves dianggap cocok untuk dijadikan bahan penelitian ilmu frenologi tersebut. Namun sayangnya setelah dilakukan penelitian hanya sedikit bukti yang berhasil terkuak. Penelitian menggunakan kepala Diogo Alves sendiri sebenarnya telah selesai lama, namun sampai saat ini tepatnya tahun 2020 kepalanya yang diawetkan dalam toples masih terpampang di Fakultas Lisbon.
Kalo menurut kami sih, gimana ya agak miris aja sih kepala manusia dijadikan sebagai objek penelitian. Memang si objek penelitian merupakan seseorang yang bisa dibilang tidak berprikemanusiaan karena telah membunuh lebih dari 70 orang, tapi tetap saja mengerikan kan, kepalanya masih dipajang sampai sekarang, Apalagi dengan mata yang masih terbuka seperti itu, Merinding aja serasa diawasi setiap saat sama yang punya kepala.