Hamil di usia 35 tahun atau lebih bukanlah hal yang mustahil. Tetapi dapat beresiko besar jika dibandingkan dengan ibu hamil berusia 20-an.
Meskipun begitu, tidak ada alasan untuk panik. Perbanyak informasi serta diskusikan dengan dokter agar ibu dapat dengan bijak mengatasi segala risiko.
Apa saja risiko memiliki kehamilan di atas usia 35 tahun? Indonesiar.com akan memberikan informasi mengenai risiko yang mungkin terjadi saat hamil di usia 35 tahun atau lebih beserta tips untuk mengatasinya. Mari kita simak.
1. Persalinan prematur
Persalinan prematur adalah saat persalinan dimulai sebelum usia kehamilan 37 minggu. Ini jelas merupakan komplikasi serius. Karena melahirkan bayi terlalu dini dapat mengakibatkan komplikasi kesehatan dan keterlambatan perkembangan.
Namun, jika diidentifikasi sejak awal, persalinan prematur adalah sesuatu yang dapat ditekan risikonya. Carilah tanda-tanda seperti kram (lebih dari lima kali dalam satu jam), perdarahan dari vagina, atau sakit punggung.
Hal pertama yang perlu dilakukan adalah menjaga pola makan baik dalam hal jumlah maupun kualitas makanan.
Konsumsilah makanan sehat, tambahkan lemak tak jenuh ganda, Vitamin D, dan DHA dalam menu makan. Pastikan untuk selalu memeriksakan kesehatan kandungan kepada bidan atau dokter sebelum melahirkan.
Berhentilah dari kebiasaan buruk, misalnya alkohol dan merokok berada di urutan teratas dalam daftar.
Jika ibu memiliki riwayat persalinan prematur, dokter mungkin akan merekomendasikan obat untuk mencegahnya.
2. Diabetes gestasional
Wanita yang hamil di usia 30-an memiliki peluang lebih tinggi terkena diabetes gestasional. Ini berarti bahwa ibu dapat memiliki kadar gula darah tinggi selama kehamilan, meskipun sebelumnya normal.
Gejalanya mungkin tidak terlalu terlihat, namun dapat diketahui melalui screening test.
Jika dapat menyadari bahwa ibu sering merasa sangat haus, lapar, atau sering ke kamar mandi, sebaiknya lakukanlah tes diabetes gestasional ini.
Jika kondisi ini tidak terkendali, dapat mengakibatkan berat lahir yang berlebihan pada bayi, kelahiran prematur, atau membuat anak berisiko terkena diabetes tipe 2 di kemudian hari.
Jika memiliki diabetes gestasional, ibu juga berisiko menderita tekanan darah tinggi atau preeklamsia, serta diabetes setelah melahirkan nanti.
Apa yang harus dilakukan? Untuk memperkecil risiko, penting bagi ibu untuk mempersiapkan tubuh untuk kehamilan. Kelebihan berat badan dapat meningkatkan risiko, jadi ibu dapat menurunkan berat badan sebelum hamil. Sering-seringlah makan dalam porsi kecil untuk menjaga gula darah tetap stabil.
3. Preeklampsia
Preeklampsia adalah komplikasi kehamilan yang berpotensi bahaya, biasanya ditandai dengan tekanan darah tinggi serta kemungkinan kerusakan pada sistem organ lain.
Tanda-tanda lain termasuk pembengkakan tangan dan kaki, retensi air (penurunan output urin), mual dan sakit kepala, perubahan penglihatan, dan sesak napas.
Kenaikan berat badan berlebih selama kehamilan juga menempatkan ibu pada risiko ini. Preeklamsia biasanya diikuti dengan solusio plasenta, kerusakan organ, serta pembatasan pertumbuhan janin.
Meskipun pencegahan total tidak mungkin dilakukan, ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menurunkan risiko mengalami kondisi ini. Menjaga berat badan akan sangat membantu. Catat kenaikan berat badan dan tekanan darah sepanjang kehamilan lalu ikuti rekomendasi dokter untuk mengendalikannya. Pastikan ibu selalu terhidrasi dengan baik.
4. Berat badan lahir rendah
Istilah ‘bayi dengan berat lahir rendah’ digunakan untuk bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram, sering kali merupakan situasi umum dalam kasus kelahiran prematur.
Penyebab lain bayi dilahirkan dengan berat badan lahir rendah juga bisa berupa komplikasi yang dihadapi selama kehamilan, pembatasan pertumbuhan intrauterin (IUGR), cacat lahir, atau masalah dengan plasenta ibu.
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan sehubungan dengan gaya hidup dan kesehatan untuk menghindari kemungkinan berat lahir rendah. Pertama, hentikan kebiasaan berbahaya yang dimiliki atau yang dapat menyebabkan ibu dan janin yang belum lahir bermasalah.
Perhatikan juga diet dan olahraga. Pastikan untuk selalu melakukan pemeriksaan ke dokter sesuai jadwal untuk memantau perkembangan kehamilan.
5. Operasi caesar
Ini adalah fakta yang diketahui bahwa semakin bertambah umur calon ibu, semakin besar peluangnya untuk melahirkan bayinya melalui operasi caesar.
Bahkan, kemungkinan ibu harus menjalani operasi caesar hampir 20 persen lebih tinggi di usia 30-an, daripada di usia 20-an.
Ibu dapat melakukan beberapa hal untuk mengurangi kemungkinan melahirkan melalui operasi caesar. Sebagai permulaan, ibu dapat menghadiri kelas prenatal yang akan membuat tetap sehat dan aktif, serta mengurangi risiko mengalami komplikasi di kemudian hari.
Dan seperti hal lainnya, tingkat diet dan olahraga juga akan memainkan peran utama dalam kehamilan mama.
6. Kehamilan Ektopik
Ini terutama berisiko bagi wanita yang berusia 35 hingga 44 tahun, di mana sel telur yang sudah dibuahi menempel di tempat lain selain rahim. Hal ini menyebabkan sel telur tidak dapat berkembang dengan baik.
Selain faktor usia, penyebab lain untuk kehamilan ektopik antara lain memiliki kehamilan ektopik sebelumnya, pernah melakukan operasi perut atau panggul, aborsi yang diinduksi, endometriosis, atau penggunaan obat kesuburan.
Jika mengalami pusing atau merasa lemah, rasa sakit menusuk tajam yang datang dan pergi (terutama di satu sisi tubuh), atau perdarahan vagina yang berat atau ringan, segera periksakan diri ke dokter.
Masalah dengan kehamilan ektopik adalah bahwa kemungkinan melahirkan yang sukses sangat jarang. Perawatan yang dilakukan biasanya dengan menghentikan kehamilan tersebut.
Oleh karena itu, sementara tidak ada cara untuk mengurangi risiko kehamilan ektopik, penting untuk mendapatkan bantuan medis segera setelah merasakan nyeri panggul, perdarahan melalui vagina, dan nyeri bahu.
Dalam beberapa kasus yang parah, ibu mungkin mengalami perdarahan hebat, sakit kepala ringan, sakit perut, dan bahkan syok. Meskipun kehilangan kehamilan dapat menghancurkan, harap diingat bahwa kesehatan dan keselamatan ibu juga dipertaruhkan jika terjadi kehamilan ektopik.
Kehamilan di atas usia 35 dapat menjadi hal yang menakjubkan dan seringkali berjalan dengan lancar. Namun ada kemungkinan ibu mengalami komplikasi tertentu.
Lakukan tindakan pencegahan yang diperlukan, ikuti diet sehat, olahraga teratur, dan hindari stres untuk melahirkan bayi yang sehat.
Nah, sekarang kamu sudah mengetahui risikonya dan bukan tidak mungkin untuk hamil ketika berusia di atas 35 tahun. Semoga kamu tetap sehat dan bahagia ya !