Penyebab utama yang paling diduga adalah wildlife animals trade (perdagangan hewan liar). Novel coronavirus diduga berasal dari Pasar Hewan Huanan di Wuhan yang memperdagangkan berbagai macam hewan liar.
Dari 41 pasien pertama yang datang ke Rumah Sakit Pusat Wuhan untuk berobat, terdapat 27 pasien yang sebelumnya pernah mendatangi pasar hewan tersebut. Pasar tersebut pun ditutup oleh pemerintah pada 1 Januari 2020.
Begitu juga dengan SARS 2002–2004 yang berasal dari Foshan, Provinsi Guangdong. Penyebabnya diduga berasal dari sebuah pasar hewan di sana. Pemerintah pun menutup pasar hewan liar dan melarang peternakan hewan liar saat itu. Tapi, setelah hanya beberapa bulan, larangan beternak hewan liar dicabut. Per 3 Maret 2020 (CDC), SARS ini sudah mewabah di 71 negara dan membunuh sekitar 3100 orang.
Perlu diketahui bahwa Tiongkok memiliki pasar hewan yang menyediakan banyak macam hewan liar untuk dikonsumsi.
Pada periode tahun 1959–1961, Tiongkok mengalami krisis yang memakan 15–30 juta nyawa akibat kelaparan. Karena itu, pemerintah memperbolehkan warganya untuk memiliki usaha ternak sendiri (private farming). Sebelumnya, produksi semua makanan dikontrol oleh pemerintah.
Karena perusahaan-perusahaan peternakan yang besar mendominasi produksi makanan terkenal seperti babi, sapi, dan ayam, para peternak kecil pun berburu hewan-hewan liar untuk bertahan hidup.
Dari sanalah, beternak hewan liar (wildlife farming) ini bermula. Warganya sudah bisa bertahan hidup dari beternak hewan liar. Pemerintah Tiongkok memperbolehkan aktivitas tersebut, asalkan warganya bisa terhindar dari kemiskinan dan kelaparan.
Setelah itu, industri peternakan hewan liar mulai bermunculan. Hewan liar yang diternak semakin lama semakin banyak, yang artinya potensi munculnya virus pun lebih besar. Hewan-hewan liar inilah kemudian dipasarkan di pasar hewan seperti di Wuhan. Salah satu dari hewan liar itu adalah trenggiling (pangolin) yang diduga menjadi medium penyebaran SARS-CoV 2 (COVID-19) oleh kelelawar.
Itulah pemaparan media Voxyang dibarengi oleh Peter Li, seorang profesor di bidang perdagangan hewan Tiongkok.
Di sisi lain, menurut Yi-Zheng Lian, seorang profesor di Yamanashi Gakuin University, Jepang, salah satu faktor yang memicu penyebaran virus adalah kepercayaan tradisional warga Tiongkok itu sendiri. Mereka menyakini makanan tertentu yang mujarab, yang bisa menambah energi dan mengobati penyakit, termasuk yang berasal dari tanaman dan hewan liar.
Dikatakan juga, musim dingin adalah waktu dimana tubuh memerlukan lebih banyak makanan “liar” tersebut. Contoh hewan-hewan liar itu seperti kelelawar (meningkatkan penglihatan), empedu beruang (mengobati penyakit kuning), musang + ular (mengobati insomnia), tulang harimau (meningkatkan ereksi), dan lain-lain.
Bahkan, ada kepercayaan bahwa hewan yang baru dibunuh sebelum disajikan lebih “bagus”. Itulah mengapa hewan-hewan liar di wet market dijual hidup-hidup.
Jadi, kesimpulannya, ada 2 penjelasan. Yang pertama berdasarkan sejarah dari Tiongkok itu sendiri dan yang kedua adalah soal budaya atau kepercayaan.
Jika ada informasi di atas yang salah, mohon perbaikannya. Informasi selengkapnya bisa dibaca di tautan-tautan artikel di bawah.
Catatan Kaki
[2] Great Chinese Famine – Wikipedia
[3] Why new diseases keep appearing in China
[4] Opinion | Why Did the Coronavirus Outbreak Start in China?
[5] Chinese Winter Tonics: Food Meets Medicine