Ada stigma tersendiri yang lekat pada Sastra Rusia. Meskipun Rusia itu negara yang banyak penggemarnya di dunia, sejarahnya keren, dan para wanitanya terkenal cantik-cantik. Saya pun menganggap Rusia sangat menarik. Stigmanya ialah kesulitan bahasa Rusia ini dan faham komunisme.

Kita bicarakan faham komunisme dahulu. Sebab inilah yang paling relevan di Indonesia. Faham komunisme digagas pertama kalinya oleh Karl Marx dan sahabatnya Friedrich Engels pada paruh kedua abad ke-19. Lalu pada bulan Oktober tahun 1917 Vladimir Lenin dari Rusia mendirikan negara komunis pertama, negara ini lalu dikenal dengan nama Uni Republik Sosialis Sovyet.

Lalu setelah melihat suksesnya paham komunisme ini, bisa memenangkan Revolusi Oktober tahun 1917, maka partai komunis muncul di seluruh dunia. Antara lain di Indonesia dengan nama PKI. Di Indonesia PKI sempat memberontak tiga kali. Para anggotanya dan orang-orang lain yang dituduh komunis banyak yang dibantai sia-sia pada tahun 1965 ke atas.

Mari kita lihat foto di atas ini.  Ini adalah seorang pramugari Aeroflot, maskapai nasional Rusia. Perhatikan seragamnya yang berwarna merah dan identik dengan warna komunisme serta lambang Aeroflot di topinya dan dadanya sebelah kiri: palu arit bersayap, meskipun Rusia resminya sudah tidak komunis lagi dan Uni Sovyet sudah bubar.

Nah ini adalah penyangkalannya (disclaimer) di Wikimedia Commons. Di sini tertulis bahwa gambar palu arit juga dilarang di Indonesia, selain di Ukraina, Latvia, Lituania, Hongaria, dan Georgia.

Jadi bahasa Rusia itu identik dengan paham komunisme bagi banyak orang.Lalu bahasa Rusia ditulis menggunakan huruf Sirilik. Bentuk cetaknya sih mudah dipelajari, sebab masih serumpun dengan huruf Latin. Namun bentuk tulisan tangannya atau kursif itu susah sekali.

ADA dua contoh di bawah. Pertama, cara untuk menulis kata лишишь (lišíšʹ):

Selain itu bahasa Rusia memiliki enam kasus tatabahasa: nominatif, genitif, datif, instrumentalis, akusatif, dan preposisional. Pokoknya sangat rumit deh!

Jadi inilah dua alasan penting saya tidak berkuliah Sastra Rusia, meskipun di Universitas Indonesia ada jurusan ini.