Saya belajar sangat banyak dari series ini hal-hal yang perlu saya ketahui, maupun hal-hal yang gak akan saya pakai sama sekali.
Sex Ed menjelaskannya dengan gamblang ditambah intrik-intrik drama anak SMA yang saya rasa gak lebay. Saya terkejut dengan pikiran orang-orang di film itu yang terlihat sangat open-minded. Mereka gak masalah ada orang ciuman di lorong sekolah dan bukan cuma pasangan normal ya, bahkan pasangan gay dan lesbian juga. Saya jadi mikir apakah di real life orang-orang negara itu juga demikian.
Bagi saya Sex Ed adalah film yang well-writed. Mereka bikin karakter dengan traits yang bikin kita open-minded. Kita disuguhkan Eric, pria berkulit hitam yang gay dan insecure karena selalu merasa dibully, tapi Eric selalu merasa bodo-amat dan show off dengan memakai pakaian yang glamour dan feminim, meskipun masih insecure.
Ada juga Jackson yang kedua orang tuanya adalah wanita. Anwar yang gay dan merasa fabulous. Lily yang punya fetish “space sex” dengan penis-penis luar angkasanya (ini karakter aneh banget. Sangat aneh). Macem-macem bentuknya deh siswa-siswa Moordale ini.
Sex Ed sebenarnya punya satu pesan penting: bahwa anak-anak, khususnya yang remaja, harus ditanamkan pendidikan seks YANG BENAR. Orang tua juga harusnya bersikap terbuka dan mau mendengarkan keluhan-keluhan anak-anak ini tentang seks. Di series tersebut macam-macam sekali keluhan anak-anak remaja, bahkan sampai yang aneh dan terdengar tabu untuk dibicarakan dengan orang lain, namun keluhan tetap keluhan, bukan?
Bagi saya Sex Ed adalah film yang well-writen. Acting karakter-karakternya bagus-bagus. Dramanya gak norak dan relate dengan kehidupan persekolahan. Saya nunggu season 3 nya sesegera mungkin!!