Aldi Novel Adilang pemuda berumur 19 tahun warga Desa Wori, Kabupaten Minahasa Utara ini adalah penjaga lampu di rompong (rumah rakit di lautan). Ia dikabarkan hilang dan terbawa arus air pada 14 Juli lalu di perairan Manado.

Rakit tersebut ibarat rumah, di dalamnya ada peralatan yang bisa digunakan untuk bertahan hidup. Dengan mengandalkan tabung gas, generator, HT, lampu, tenaga surya antena, baju, beras dan kelengkapan dapur, serta Alkitab.

Pagi di pertengahan Juli, Aldi seharusnya sudah menikmati hasil tangkapan ikan di Pulau Doi, Ternate. Namun ternyata, angin kencang yang bertiup pagi itu malah membuat tali rakitnya lepas akibat gosokan tali yang kuat pada bantalan rakit temannya. Rakit terus menjauh, Aldi menghubungi temannya melalui HT, namun beberapa kapal penangkap ikan yang sudah menunggu rakit Aldi tetap tak berhasil menemukannya. Sejak itu, Aldi dinyatakan hilang.

Aldi bukan tidak berusaha meminta bantuan, setiap ada kapal melintas, ia selalu berteriak meminta pertolongan tapi yang ada di atas kapal seakan tak menggubris atau mungkin tidak melihat.

Berbulan-bulan hanyut tentu menjadi mimpi buruk tersendiri bagi remaja ini. Pengalaman pahit dia rasakan selama berbulan bulan di tengah lautan tak tentu arah. Ia sempat memakan ikan mentah, memotong kayu rakit untuk umpan api, minum air laut yang asin, serta diburu oleh ikan buas. Tepatnya di minggu ketiga, ia melihat sirip hiu yang terus menerus tampak berputar di sekitar rakit selama seharian penuh. Tak hanya itu, ia melihat ikan raksasa yang hanya tampak separuh badannya, tak tau ikan jenis apa. Tidur pun hanya setengah jam dan sama sekali tidak lelap, dia terus berdoa dan berharap ada kapal yang melihat nya.

46 hari kemudian di Perairan Guam, kapal berbendera Panama MV Arpegio (kapal laut Amerika, ABK Filipina) menjadi penyelamatnya. Berkat ‘help’ yang ia suarakan melalui HT, kapal yang sudah melewatinya sejauh satu mil itu berputar arah dan melakukan penyelamatan.

Kapten Kapal tersebut awalnya bingung mengapa ada sinyal kecil di tengah lautan, seketika dia pun kaget ada gubuk kecil mengapung. Tidak banyak bicara mereka pun langsung menolong Aldi, Ia di angkat ke kapal, diberi makanan, pakaian serta sempat diinterview oleh kapten kapal.

Keesokan harinya Kapten yang baik hati ini menghubungi Kedutaan Indonesia menceritakan seluruhnya apa yang di alami Aldi, berkoordinasi dengan kedutaan sekitar akhirnya pada hari keempat, kedutaan meminta izin pemerintah Jepang agar bisa mengizinkan mereka mendarat. Setelah kapal bersandar, pada 6 September, Aldi dijemput oleh Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Osaka di Tokuyama, Prefektur Yamaguchi, Jepang. Izin kepulangan ke Indonesia sendiri diurus dari otoritas imigrasi Jepang.

Disini betapa kooperatifnya Pemerintah Jepang membantu Aldi, mempercepat proses serta memberikan fasilitas kesehatan bagi Aldi untuk cek kondisi dll.

Pada 8 September 2018, KJRI Osaka telah mendampingi kepulangan Aldi ke Manado dengan Garuda Indonesia melalui Tokyo. Saat ini Aldi telah berkumpul dengan keluarganya di Wori, Manado, dan dalam keadaan sehat.

source: Indonesian Consulate Osaka