Home INDONESIA Inferiority Complex, penyakit psikis yang diderita negeri miskin dan mantan jajahan

Inferiority Complex, penyakit psikis yang diderita negeri miskin dan mantan jajahan

0
829

Mungkin kamu pernah membaca atau mendengar temen yang nyeletuk saat ada pernikahan org Indonesia dengan bule, ada kata2 “memperbaiki keturunan”? Berarti ras kita nggak baik kah? Inferior itu banyak tandanya. Mengecilkan pencapaian orang lain untuk menunjukkan diri sejarar. adalah bentuk lain dari inferioritas. Orang inferior, supaya dianggap sejajar dengan orang yang dia pandang tinggi, bukan berusaha menaikkan levelnya. Tapi merendahkan level orang yang dia anggap tinggi supaya seolah terlihat sejajar dengan level dirinya.

Dan sialnya, Selfie sama orang barat dan merendahkan pribumi, betul, itu indikasi inferiority complex.

Tapi menyamakan level ilmu kedokteran ala Barat dengan segala pencapaiannya yang telah membuat cacar tak lagi penyakin mematikan tanpa obat, yang berhasil membuat harapan hidup ibu melahirkan dan bayinya meningkat pesat, sehingga tidak dari 10 bayi yang lahir cuma dua yang tumbuh dewasa dengan tabib dan dukun beranak, adalah INFERIORITY COMPLEX yang telah bermutasi dalam bentuk lain.

Orang Barat mengenalkan konsep bekerja untuk menghasilkan uang dan memenuhi kebutuhan. Kerja dulu baru bisa makan, beli rumah, piknik, dan lain-lain. Tapi orang Indonesia, punya konsep srawung yang mana warga bergotong royong saling membantu. Tidak pernah ada orang kelaparan karena tidak punya pekerjaan.

Standar-standar yang dibikin Barat ini yang bikin kita merasa rendah. Karena saat cara hidup Barat menjadi barometer utama capaian kehidupan, maka yang lain mengalami proses “perliyanan” (subalterization).

Ini yang bikin orang Indonesia, hormat banget sama orang Barat. Memperlakukan mereka dengan ramah, memuji, dan memuja. Tapi eh tapi tidak melakukan hal yang sama kepada saudara, teman, atau tetangga. Suka julid lah, bacot lah, minjem uang tapi jadi lebih galak dari orang yang minjeminnya lah.

Dan yang jarang kita sadari, mentalitas ala kolonial ini sudah nempel juga di masyarakat. Selalu ada kelompok yang lebih merasa superior dari kelompok lain. Kalau kamu mendadak minder dan takut ngomong pas ketemu orang kulit putih, tapi cenderung mengejek dan meremehkan kalau ketemu orang dari Afrika atau negara Asia tapi sama-sama dunia ketiga, fix kamu punya inferiority complex sisa-sisa era penjajahan. 

Orang kota selalu merasa lebih beradab dari orang desa, misal. Atau orang Jawa yang dianggap lebih baik dari orang luar Jawa. Lalu, yang merasa superior ini, melakukan kejahatan yang sama. Membuat standar-satandar moral, nilai, dan etika untuk menebalkan konstruksi “liyan” bagi orang di luar mereka. dengan cara itu lah, mereka mengatur dan mendisiplinkan orang-orang yang dianggap “liyan itu.


 

NO COMMENTS