Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang paling cepat pertumbuhannya di benua Asia. Walaupun istilah yang digunakan ketika membicarakan negara berkembang mengarah pada tujuan dan pembangunan negara-negara yang memakai istilah ini, indonesia membutuhkan banyak sumber dana untuk modal pembangunan pendukung pertumbuhan ekonomi. Istilah lain yang kadang digunakan adalah negara kurang maju (LDC), negara ekonomi kurang maju (LEDC), “bangsa belum maju” atau bangsa Dunia Ketiga, dan “bangsa non-industri”. Sebaliknya, ujung lain dari spektrum ini disebut negara maju, negara ekonomi sangat maju (MEDC), bangsa Dunia Pertama dan “bangsa industri”.
Sebenarnya untuk mengurangi aspek eufemistik dari kata berkembang, organisasi internasional mulai memakai istilah negara ekonomi kurang maju (LEDC) untuk negara miskin yang dalam hal apapun tidak dapat disebut sebagai negara berkembang. LEDC adalah subset termiskin dari LDC. Penggunaan ini dapat menentang keyakinan bahwa seluruh dunia berkembang memiliki standar hidup yang sama.
Pembangunan suatu negara sebenarnya diukur dengan indeks statistik seperti pendapatan per kapita (per orang) (PDB), harapan hidup, tingkat melek aksara, dan lain-lain. PBB telah mengembangkan HDI, sebuah indikator statistik untuk mendorong tingkat pembangunan manusia di negara-negara yang terdata oleh PBB. Indonesia merupakan negara yang memiliki ekonomi yang lebih maju daripada negara berkembang lainnya anggota non-blok, namun tidak sepenuhnya menampakkan tanda-tanda negara maju sehingga dikelompokkan dalam istilah negara industri baru.
Kenyataannya saat ini, Indonesia masih memiliki pinjaman luar negeri. Per Maret 2017, utang luar negeri pemerintah Indonesia (baik bilateral maupun multilateral) tercatat Rp 731,59 triliun, turun dari Februari 2017 yang sebesar Rp 735 triliun.
Untuk membangun indonesia dibutuhkan banyak investasi maupun pinjaman Dari negara lan. Kepercayaan negara investor pun diperoleh Dari situasi sosial dan politik yang harmonis. Secara bilateral, Jepang, Prancis, dan Jerman masih menjadi kreditur terbesar utang Indonesia. Sementara secara multilateral, Indonesia masih meminjam dari Bank Dunia, Bank Pembangunan Asia (ADB), dan Bank Pembangunan Islam (IDB).
Berikut adalah pemberi pinjaman bilateral dan multilateral terbesar buat Indonesia, seperti dikutip dari data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan, Selasa (25/4/2017).
6. Islamic Development Bank (IDB)
Per Maret 2017, utang pemerintah Indonesia ke IDB mencapai Rp 9,91 triliun, naik tipis dari bulan sebelumnya Rp 9,77 triliun. Persentasenya adalah 1,3% dari total utang luar negeri Indonesia.
5. Jerman
Hingga Maret 2017, utang pemerintah Indonesia ke Jerman mencapai Rp 24,66 triliun, naik tipis dari bulan sebelumnya Rp 24,6 triliun. Persentasenya adalah 3,3% dari total utang luar negeri pemerintah pusat.
4. Prancis
Sampai Maret 2017, utang Indonesia ke Prancis mencapai Rp 23,89 triliun. Turun tipis dari bulan sebelumnya Rp 24,38 triliun. Jumlah tersebut adalah 3,2% dari total utang luar negeri pemerintah pusat.
3. Bank Pembangunan Asia (ADB)
Utang dari ADB hingga Maret 2017 adalah Rp 122,96 triliun, turun dari bulan sebelumnya Rp 123,75 triliun. Jumlah ini adalah 16,8% dari total utang luar negeri pemerintah pusat.
2. Jepang
Negeri Matahari Terbit ada di posisi kedua pemberi utang terbesar ke pemerintah Indonesia. Per Maret 2017, utang pemerintah Indonesia ke Jepang mencapai Rp 199,58 triliun, turun dari bulan sebelumnya Rp 201,8 trliun.
Utang tersebut mencapai 27,2% dari total pinjaman luar negeri pemerintah.
1. Bank Dunia
Bank Dunia kembali pemberi utang terbesar ke pemerintah Indonesia. Jumlahnya hingga Maret 2017 mencapai Rp 235,08 triliun, turun tipis dari bulan sebelumnya Rp 235,31 triliun.
Utang Indonesia ke Bank Dunia mencapai 32,1% dari total utang luar negeri pemerintah. Selain 6 besar ini, Indonesia juga memiliki utang luar negeri ke negara ini:
Korea Selatan Rp 19,66 triliun
China Rp 13,4 triliun
Amerika Serikat (AS) Rp 8,82 triliun
Australia Rp 7,22 triliun
Spanyol Rp 3,43 triliun
Rusia Rp 3,3 triliun
Inggris Rp 2,06 triliun
Indonesia negara yang penuh potensi pertumbuhan ekonomi.
Sumber: