Pemerintah Rusia menginginkan mata uang nasional seperti rubel digunakan untuk pembayaran transaksi perdagangan bilateral dengan Turki. Perdagangan bilateral dengan negara lain juga bisa dilakukan menggunakan mata uang negara masing-masing.
Pernyataan ini menyusul pelemahan nilai tukar mata uang Turki yaitu lira sejak Jumat pekan lalu yaitu sekitar 15-20 persen terhadap dolar.
Pada awal pekan ini, lira sedikit menguat setelah bank sentral Turki menambah likuiditas di pasar uang lewat pengurangan saldo cadangan minimum di perbankan negara itu untuk pinjaman berbasis lira dan valuta asing.
“Isu penggunaan mata uang nasional dalam perdagangan bilateral merupakan topik yang telah diangkat pemerintah Rusia sejak lama dan konsisten di berbagai level pembicaraan, termasuk level atas,” kata juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, seperti dilansir Sputniknews dan Haaretz, Senin, 13 Agustus 2018.
Peskov melanjutkan,”Presiden (Vladimir) Putin telah beberapa kali berbicara soal ini dan aspek praktis penerapannya.”
Mata uang lira melemah pada Jumat pekan lalu setelah pemerintah Turki terlibat ketegangan dengan pemerintah Amerika Serikat. Ini terkait nasib seorang pastor asal AS yang ditahan di Turki karena didakwa terlibat kegiatan mendukung kelompok kudeta militer terhadap Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada 2016.
Pada saat yang sama, nilai tukar mata uang Rusia yaitu rubel juga mengalami pelemahan sekitar 1-2 persen setelah AS mengumumkan sanksi baru pada pekan lalu terkait kasus penyerangan bekas agen ganda Sergei Skripal dan putrinya di Salisbury, Inggris pada awal 2018.
Ada dua paket sanksi baru yang akan dikenakan kepada Rusia dan bakal berlaku mulai pekan depan. Paket pertama pelarangan penjualan komponen teknologi strategis, yang nilainya bisa mencapai ratusan juta dolar atau triliun rupiah.
Paket sanksi kedua akan diterapkan tiga bulan lagi jika pemerintah Rusia tidak mengizinkan PBB atau lembaga internasional melakukan inspeksi ke lokasi tempat pembuatan racun syaraf novichok, yang digunakan terhadap Skripal dan putrinya.
Peskov menjelaskan pemerintah Rusia menilai penerapan penggunaan mata uang nasional dalam transaksi perdagangan bilateral membutuhkan kalkulasi yang detil.
“Ini yang kami perjuangkan untuk hubungan bilateral perdagangan dan ekonomi,” kata Peskov. “Dan ini sudah dibicarakan berulang kali dalam diskusi ekonomi bilateral antara Rusia dan Turki.”
Pada Sabtu pekan lalu, seperti dilansir Hurriyet Daily News, Erdogan mengungkapkan rencananya untuk menggunakan mata uang nasional dalam memfasilitasi kegiatan ekspor dan impor dengan empat negara terbesar mitra dagang. Keempat negara ini adalah Cina, Rusia, Iran dan Ukraina. Turki juga menjajaki langkah serupa dengan Uni Eropa.
source: tempo