Siapa yang tidak ingin anak yang sehat dan tumbuh cerdas? Setiap orangtua pasti ingin membesarkan anak yang sanggup untuk menjamin hari tua mereka. Anak yang cerdas dan pintar bukan hanya dari asupan gizi maupun uang untuk biaya hidup. Tidak semua orang tua yang menyadari bahwa Kesehatan psikologi anak itu juga perlu diperhatikan!
Sebuah penelitian 2011 oleh Jeffrey Bowers menegaskan penggunaan bahasa yang buruk berdampak pada dan mengubah perilaku kita. Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari relativitas linguistik berkaitan dengan kata-kata umpatan dan eufisme. Sebagai bagian dari penelitian ini, 24 sukarelawan antara usia 18 – 26 dengan usia rata-rata 21 menjadi sasaran eksperimen 20 menit yang melibatkan respons mereka pada kata-kata makian yang diucapkan dengan keras dan tanggapan mereka dicatat. Selain itu aktivitas elektrodermal mereka diukur menggunakan perangkat internal yang mengukur perubahan resistensi kulit sebagai respons terhadap kata-kata umpatan.
Mungkin dia mendengar tetangga, temannya berkata kasar atau mungkin juga dari Anda yang tanpa sadar berkata kasar di depan anak. Namun sayangnya di Indonesia pemberian hukuman memaki orang didepan umum tidak diterapkan secara tegas. Pada tahun 2015 kota Myrtle Beach AS mengeluarkan peraturan yang membuat bahasa yang profan dihukum dengan denda hingga $ 500 dan / atau 30 hari penjara. Sejumlah uang $ 22.000 dikumpulkan dari denda ini di tahun 2017 saja. Lalu bagaimana dampak buruk dari pengaruh ucapan kasar orangtua?
1. Berkata kasar di depan anak akan mempengaruhi perkembangan mental anak
Anak yang dibesarkan dalam rumah tangga yang kasar (lisan dan sikap) akan membuahkan anak pemberontak. Bahkan bukan hanya itu, anak dapat tumbuh dengan pribadi yang sensitif dan sukar menghargai orang yang lebih tua darinya.
Melansir laman Your Dictionary, ditulis Minggu (19/10/2016) berkata kasar di depan anak akan mempengaruhi perkembangan mental anak berikut ini.
2. Anak lebih sentimental dan tak pernah percaya diri bahkan merasa tak berharga
Anak-anak yang dibesarkan dalam suasana kritik keras, ejekan, dan mengejek setiap hari akan mudah menghasilkan pribadi yang lebih sentimen.
Saat anak bertumbuh dewasa, mereka akan mengulangi hal buruk tersebut dan menjadi pribadi yang tak pernah percaya diri bahkan merasa tak berharga.
3. Emosi orang dewasa disebabkan dari lingkungan keras dan buruk sewaktu kecil
Banyak studi yang menunjukkan emosi orang dewasa disebabkan dari lingkungan keras dan buruk sewaktu kecil. Banyak remaja yang menyakiti diri mereka–bahkan mengalami gangguan kepribadian seperti perilaku seksual yang tak wajar, kecanduan narkoba, bahkan tindak kejahatan seperti mencuri.
Dalam mendidik anak orangtua perlu berpikir keras sebelum hendak mengkritik sang anak. Ingatlah bahwa anak memiliki pikiran dan hati lembut yang mudah dipengaruhi.
Orangtua perlu menjaga lisan yang baik dan mencontohkan cara berbicara yang baik di depan anak agar tak berefek buruk di kemudian hari.
Cara terbaik untuk menangani hal anak tak berkata kasar adalah dengan mengabaikannya sampai anak Anda berhenti. Jika dia meneruskannya, beri pengertian dengan kalimat-kalimat singkat dan mudah dimengerti, lalu alihkan perhatiannya dengan cerita.
Studi lain di Stanford pada 2016 menunjukkan korelasi langsung antara kata-kata kotor dan kejujuran. Berdasarkan penelitian terhadap 307 partisipan ini, ternyata dua negara bagian AS teratas (Connecticut dan New Jersey) yang tidak senonoh juga tertinggi dalam hal integritas. Pendapat sebelumnya tentang anak-anak yang mengambil sumpah dari perilaku orang dewasa ternyata tidak benar, sementara pengalaman menunjukkan bahwa mereka belajar bersumpah sebagai perilaku yang sesuai.
Sebenarnya alasan mereka berkata kasar adalah mencari perhatian orang tua, merasa senang atau bangga melihat reakasi kaget dan perasaan tidak nyaman orang dewasa atas prilakunya, serta pengaruh lingkungannya.
Prilaku ini bisa dicegah dengan memberi contoh berbahasa yang baik. Anak belajar dari orang tua, sebagai orang dewasa pertama di sekitarnya.
Sumber: Srikandi Indonesiar