Negara Indonesia memiliki banyak kultur beragam-ragam yang terdiri dari banyak suku bangsa. Menurut Badan Pusat Statistik, tak kurang 1.340 suku tersebar di Indonesia, dari Sabang sampai Merauke.
Setiap suku memiliki tradisi, adat-istiadat, dan budaya yang menjadi kekhasannya masing-masing. Di situlah terlihat letak keragaman dan kekayaan bangsa Indonesia.
Tradisi, adat istiadat, dan budaya itu kemudian melahirkan kebiasaan, karakter, kepribadian, dan identitas setiap suku. Maka, dalam keseharian, masing-masing suku akan cenderung berbeda antara satu dengan lainnya.
Dalam hal kebiasaan berdagang, kita semua tahu bahwa salah satu suku yang memiliki keahlian yang terkenal di mana-mana adalah suku Minang atau Minangkabau. Di mana saja berada, orang Minang terbukti sukses dalam berdagang.
Orang Minang gemar merantau dan berdagang. Tradisi itu sudah berlangsung sejak dahulu kala hingga kini. Pertanyaannya, mengapa orang Minang selalu ahli berdagang ? Apa saja tips sukses yang mereka miliki?
1.Memiliki adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah
Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah adalah adat yang didasarkan atau ditopang oleh syariat Islam. Syariat tersebut berpedoman pada Al-Quran dan Hadist. Bila panduan itu dijalankan akan selalu membawa kesuksesan.
Pedoman usaha menuju kesuksesan berdasarkan Al-Quran dan Hadits memang sangat menarik. Dan memang, hampir semua masyarakat Minangkabau beragama Islam. Mereka selalu memegang teguh ajaran yang mereka anut.
2. Alam takambang jadi guru
Alam takambang jadi guru, artinya alam yang terbentang luas menjadi guru. Alam yang terbentang selalu memberikan pelajaran untuk kehidupan manusia.
Filosofi ini bermakna bahwa salah satu sumber pendidikan dalam hidup manusia adalah alam semesta dengan segala fenomena yang ada. Alam dengan gerak kehidupannya yang dinamis selalu mengajarkan tentang segala kemungkinan yang bisa diraih bagi kehidupan manusia.
Bagi orang Minang, alam dan pengalaman hidup merupakan guru terbaik bagi kesuksesan hidup manusia.
3. Dima bumi dipijak, di sinan langik dijunjuang
Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung. Peribahasa ini memberikan pesan yang sangat bermakna. Setiap orang Minang wajib menyesuaikan diri dengan lingkungan masyarakat di mana mereka berada. Segala peraturan yang ada dalam masyarakat setempat, harus dihormati dan diikuti.
Dalam kaitan dengan bisnis atau berdagang, orang Minang selalu sadar diri dan akan menyesuaikan produk dan dagangannya dengan keadaan serta permintaan konsumen mereka.
4. Baraja ka nan manang, mancontoh ka nan sudah
Baraja ka nan manang, mancontoh ka nan sudah adalah sebuah nasihat yang ditanamkan oleh orang tua dalam masyarakat Minang kepada anak-anak mereka.
Artinya, bagi masyarakat Minang, terutama dalam konteks dunia bisnis, belajar pada orang-orang sukses merupakan sebuah kewajiban yang tidak bisa ditawar-tawar. Selanjutnya, pengalaman kesuksesan dan kegagalan merupakan guru terbaik di masa mendatang.
5. Indak ado rotan aka pun jadi, indak kayu janjang dikapiang
Indak ado rotan aka pun jadi, dalam bahasa Indonesia berarti tidak ada akar, rotan pun jadi.
Meskipun kelihatannya sepele, namun kalimat itu mempunyai makna yang sangat dalam bagi orang Minang. Petuah itu menjadi motivasi, rangsangan, dan sekaligus semangat agar pantang untuk menyerah.
Apabila diterapkan dalam bisnis, maka nasehat ini mempunyai arti bahwa dalam merintis karir ataupun bisnis, tidak selalu harus dimulai dengan modal besar. Hal ini juga sesuai dengan prinsip ekonomi, “Dengan modal sekecil-kecilnya, meraih untung sebesar mungkin.”
Dalam hal ini, yang paling dibutuhkan adalah sikap dan mental pantang menyerah serta tidak lekas putus asa. Meskipun tak henti-hentinya dihempas badai dan gelombang kegagalan, orang Minang harus mampu bangkit dan berusaha lagi.
6. Takuruang nak dilua, taimpik nak diateh
Takuruang nak dilua, taimpik nak diateh, artinya jika terhimpit mau di atas, kalau terkurung maunya di luar.
Kalimat tersebut mengajarkan pada orang Minang bahwa ketika sedang menghadapi kesulitan atau kegagalan, harus kreatif mengubah kesulitan maupun kegagalan menjadi peluang.
Jadi, tak heran apabila banyak orang Minang yang sukses di perantauan karena mengimplentasikan nasehat ini di dalam aktifitas dunia bisnis.
7. Membangun kepercayaan dan memperluas relasi
Bagi orang Minang , membangun kepercayaan dan memperluas relasi pertemanan dan bisnis merupakan suatu keharusan yang tidak boleh ditawar-tawar lagi.
Bahwa kepercayaan konsumen merupakan kata kunci dalam meraih keuntungan yang sebesar-besarnya. Hal ini harus langsung diikuti dengan terus memperluas relasi pertemanan dalam bisnis.
Kepercayaan dan pertemanan yang telah dibangun harus terus dipertahankan dan ditingkatkan. Semakin banyak relasi akan sangat mempercepat dan mempermudah serta memperlancar bisnis dalam meraih keuntungan yang sebesar-besarnya.
8.Kritik konsumen adalah suplemen
Orang tidak akan sukses dalam berdagang apabila mudah ciut nyalinya ketika menghadapi banyak kritik baik dari para konsumen maupun rekan bisnis.
Dalam hal ini, setiap kritikan adalah suplemen untuk memperbaiki pelayanan dan peningkatan produksi. Setiap kritikan adalah masukan yang sangat dibutuhkan untuk mendongkrak peningkatan produksi dan pelayanan.
9. Hemat pangkal kaya, bukan pelit pangkal kaya
Orang sering beranggapan bahwa orang Minang itu pelit. Padahal, ungkapan tersebut tidak benar. Kata yang tepat bagi orang Minang adalah hemat.
Setiap keuntungan dari berbisnis, entah besar atau kecil, harus disimpan baik-baik. Keuntungan itu adalah modal untuk meraih keuntungan berikutnya.
Dalam berbisnis, setiap uang yang keluar harus benar-benar dihitung hingga satuan yang terkecil. Karena begitulah manajemen keuangan yang baik.
Simpanan uang harus benar-benar digunakan untuk sesuatu yang benar-benar dibutuhkan. Sekali lagi, tepatnya adalah hemat dan bukan pelit.