Lembaga yang mengkaji urusan suku pedalaman Brazil, National Indian Foundation (FUNAI), mengatakan bahwa mereka merekam gambar menggunakan drone selama ekspedisi tahun lalu untuk memantau suku pedalaman yang terisolasi, publikasi ini bertujuan untuk studi dan observasi.
Peneliti memantau suku di Vale do Javari, sebuah wilayah adat di bagian barat daya negara bagian Amazonas. Ada 11 kelompok suku terasing yang dikonfirmasi di daerah itu.
Lembaga ini telah mempelajari komunitas yang terekam dalam gambar selama bertahun-tahun, tetapi ini adalah pertama kalinya mereka tertangkap kamera.
“Gambar-gambar ini memiliki kekuatan untuk membuat masyarakat dan pemerintah merenungkan pentingnya melindungi kelompok-kelompok ini,” kata Wallace Bastos, ketua FUNAI.
Bruno Pereira, yang mengkoordinasi penelitian FUNAI tentang suku terasing di kawasan itu, mengatakan dokumentasi ini juga membantu para peneliti mempelajari budaya mereka. Lembaga tersebut belum dapat mengidentifikasi nama suku tersebut, meskipun ia memperkirakan tentang etnisitasnya dan bahasa apa yang dibicarakannya.
“Semakin kita tahu tentang cara hidup masyarakat yang terisolasi, semakin siap kita untuk melindungi mereka,” katanya.
Lembaga FUNAI telah mendaftarkan 107 suku terpencil di negara Amerika Latin terbesar. Sementara FUNAI kadang-kadang mengambil foto dan video, namun belum membuat kontak dengan mereka selama lebih dari 30 tahun.
Pereira mengatakan kepada Associated Press bahwa suku-suku ini sadar akan keberadaan kota-kota dan pertanian di sekitar mereka, tetapi mereka sering memilih untuk mengisolasi diri karena pengalaman traumatis dengan dunia luar.
Kontak dengan dunia luar sering berujung negatif dan bahkan berakhir tragis dengan pembantaian atau wabah yang memusnahkan suku. Tahun lalu, sekelompok penambang emas ilegal diduga menewaskan 10 orang dari sebuah suku terasing.
“Jika mereka ingin kontak dengan dunia luar, mereka akan mencari cara untuk berkomunikasi dengan kami,” kata Pereira.
Namun FUNAI, seperti dilansir dari Dailymail, mengatakan tidak mengetahui nama etnis dari suku tersebut karena belum terlibat kontak sama sekali dengan mereka.
FUNAI memaparkan para penelitinya melakukan perjalanan lebih dari 305 kilometer ke dalam lembah seluas 85 ribu kilometer persegi untuk misi ke Javari di perbatasan dengan Kolombia dan Peru, setelah menerima laporan bahwa pemburu ilegal mengancam keselamatan suku-suku terasing.
Ekspedisi tiga minggu yang dilakukan tahun lalu termasuk ekspedisi sejauh 180 kilometer di sepanjang sungai sebelum naik ke sepeda motor kemudian berjalan sejauh 120 kilometer melalui hutan lebat.
Kelompok ini juga menemukan barang-barang yang dikonfirmasi milik suku-suku terpencil di wilayah tersebut, termasuk kapak batu yang ditinggalkan diikat bersama dengan serat pohon, tanduk yang terbuat dari kulit pohon dan kano.
Di negara bagian Amazonas Brazil diketahui ditempati oleh enam suku yang telah berinteraksi dengan FUNAI. Tapi FUNAI meyakini ada setidaknya 16 suku lain yang tinggal di hutan yang tidak pernah bersentuhan dengan peradaban luar.
FUNAI memperkirakan ada 113 suku yang terisolasi di Amazon Brazil, hanya 27 yang telah terlihat, yang kemungkinan memiliki populasi hingga 3.000 orang.
Selain di Brazil, diyakini ada 15 suku terisolasi di negara tetangga Peru dan lainnya di dalam hutan Bolivia, Kolombia dan Ekuador.
Baru-baru ini, FUNAI menemukan seorang pria yang dijuluki “pria paling kesepian di bumi”. Pria itu adalah anggota dari suku yang dikenal sebagai Flecheiros, atau “Orang-orang Panah”, tetapi pria itu hidup sendirian di Amazon selama 22 tahun setelah sukunya dibantai. Sebuah tim yang terdiri dari 30 orang bersama dengan FUNAI melakukan ekspedisi untuk mencari tahu tentang Flecheiros.