Awalnya Durian Gundul ditemukan pada 2007 di lereng Gunung Rinjani, Nusa Tenggara Barat (NTB) para petani. Buah ini ternyata memiliki kulit yang halus dan tanpa duri.

Para petani mengira jika durian itu beracun karena memiliki tampilan berbeda dan memilih tidak memakannya. Tapi pada musim panen berikutnya Durian Gundul muncul lagi.

Sementara itu, Kepala Inspeksi dan Sertifikasi Benih Nusa Tenggara Barat (NTB), Maisin, menyebut bahwa dari 50 pohon yang mereka tanam. Tapi hanya satu buah durian saja yang tumbuh tanpa duri. Tapi ia tetap bersyukur atas hasil yang telah didapat.

Hal ini membuat penasaran dan akhirnya mereka memberanikan diri untuk mengkonsumsinya. Ternyata rasanya sama seperti durian pada umumnya, dan tidak beracun. Temuan itu kemudian dilaporkan ke Dinas Pertanian Provinsi NTB.

Mereka lalu mengambil stek untuk membudidayakan Durian Gundul ini serta berharap bisa memanen lebih banyak lagi. Akan tetapi tidaklah mudah membudidaya buah tersebut.

Sebab, perlu waktu hingga 12 tahun untuk mendapat lebih banyak cangkok agar bisa memberi hasil yang berlimpah. Bahkan, menurut ahli botani Gregori Garnadi Hambali peluang tumbuhnya Durian Gundul sangat kecil. “Hanya satu banding satu juta,” katanya.

Hanya dua persen Durian Gundul yang tumbuh di pohon. Sisanya layu dan mati. Tidak menghasilkan buah sama sekali,” ungkap dia. Para ilmuwan juga belum dapat menjelaskan fenomena ini.

Namun, menurut Gregori, Durian Gundul adalah hasil dari mutasi alami atau gen resesif. Durian yang kulit dan daging halus ini cenderung tumbuh ketika bunga di pohon jantan dan betina berdekatan.

“Dari 50 cangkok yang diambil tahun 2007, Dinas Pertanian NTB sudah menghasilkan lebih dari 23 ribu bibit. Bibit ini kemudian dikirim ke wilayah lain untuk ditanam. Tapi ternyata belum ada Durian Gundul yang tumbuh,” jelas Gregori.

Fenomena Durian Gundul membuat Taman Buah Mekarsari juga mengambil cangkokannya. Tahun lalu, menurut Maisin, mereka menanam 1.000 bibit juga menjualnya kepada masyarakat. Faktanya, mereka hanya berhasil menumbuhkan tiga pohon namun tidak menghasilkan Durian Gundul.

Hal serupa juga dilakukan Universitas Mataram di NTB, yang mencoba peruntungannya menanam cangkok Durian Gundul. Namun lagi-lagi gagal setelah empat tahun percobaan.

“Kalau Durian Gundul ini bersifat genetik, maka kita mungkin dapat memproduksinya secara massal dengan metodologi kultur jaringan. Tapi jika itu hanya mutasi maka tidak ada yang bisa dilakukan,” tegas Guru Besar Universitas Mataram, Muhammad Sarjan.


Sumber: trubus